Ibu-11

14 2 0
                                    

Ibu selalu punya banyak cara untuk membuat aku merasa istimewa. Di malam hari ketika dia tidak bisa tidur, akan dengan senang hati ia mengecup puncak kepalaku seraya melirihkan doa-doa baik yang begitu banyak. Diiringi tangis tertahannya sebagaimana ketika aku menyalaminya di hari raya.

***

Ibu senang bercerita tentang hidup sulitnya di masa dahulu hingga sontak aku selalu bersyukur dengan apa-apa yang aku punya dihari ini.

***

Ibu tak pernah mau anak-anaknya terluka, hingga disetiap ia merasakan rasa sakit ditubuhnya ia membayangkan bagaimana kalau anak-anaknya merasakan sakit yang sedemikian. Lalu dia akan mengatakan, "Jika anak-anakku akan merasakan sakit yang hebat di masa depan. Maka biar aku saja yang menanggungnya mulai dari sekarang."

Ibu takut, Ibu terlalu takut, dan seolah Tuhan mendengar ucapannya. Setelah hari itu dia merasakan sakit yang hebat, setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari hingga bertahun-tahun.

***

"Kamu ingat ya Nak? Seandainya Ibu memang akan segera pergi. Ibu akan pergi dengan tenang, karena hal berharga yang Ibu punya sudah Ibu titipkan pada Tuhan."

"Hal berharga apa?"

"Kamu, putri kesayangan Ibu."

Ibu berbicara sedemikian kira-kira seminggu sebelum dia pergi. Rupanya begitu lesu, pandang netranya sendu. Dan seluruh keluarga mencoba membuatnya berpikir positif walau sia-sia.

***

Ibu terus menangis beberapa jam sebelum dia pergi, hari itu Ibu sudah tidak bisa bicara walau aku tahu begitu banyak hal yang ingin ia katakan. Pandangannya kosong ke atas, dan ada banyak orang yang berbisik berulang menyebut nama Tuhan.

Ibu meneteskan air mata, dan tak lama untuknya menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya. Diiringi isak tangis keluarga, pun lantunan ayat suci Al-Qur'an dari sanak saudara dan tetangga.

Ada yang meraung memohon supaya ia bangun, ada yang terus memeluknya seraya kembali bercerita tentang masa dulunya, ada yang tulus memohon maaf seraya menenggelamkan wajah dikakinya. Ada yang memegang tangannya seraya membentak orang-orang yang menyuruhnya tenang.

Terlepas dari tindak yang mereka lakukan, hari itu hanya ada penyesalan, kerinduan, dan ketidakrelaan.

***

Ibu, boleh tidak ya hari ini aku mengaku? Bahwa terkadang, aku berlakon seolah masih ada dirimu.

Bahwa aku merasa seperti sudah tidak waras, acapkali mengingatmu membuat dadaku sesak, berteriak, bertanya pada Tuhan kenapa terlalu cepat perasaan seperti ini bertandang.

Ibu, tahu tidak ya dirimu? Aku di sini, aku di sini, merindukanmu tanpa henti.

***

-25 des 21-

Bilik Rindu (Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang