Ibu-24

9 2 0
                                    

-Hari itu temanku menikah, aku melihat bagaimana ia ketika selesai akad---bersimpuh dikaki ibu dan ayahnya. Memohon maaf banyak-banyak sebab terlalu sering merepotkan dan menyakitinya. Orang tuanya hanya diam, kemudian memeluknya dan berkata, "Kamu sudah menjadi anak yang paling hebat."

Dan mereka menjadi baik-baik saja. Bahagia.
Ibuku bertanya padaku kapan dia bisa merasakan kebahagiaan yang seperti itu. Dia tak letih meminta umur panjang supaya bisa melihat pemuda yang Tuhan khususkan untukku. Hari itu aku jawab aku tidak tahu kapan. Tapi mungkin segera, segera datang.

Sampai ketika ia pergi, pergi dengan harapan dan keyakinan bahwa apapun yang akan kumiliki di suatu hari adalah hal baik yang akan sangat direstui Ilahi. Dan ketika aku membayangkan aku menikah aku berharap Ibu memelukku, berbisik hangat bahwa ia tak akan pernah meninggalkanku. Bahkan disetiap satu detik yang kulalui di bumi. Aku terus mengenangnya, menangis, berharap ia ada.

-Dibeberapa kesempatan teman-teman ayahku datang ke rumah. Mereka mengatakan bahwa mungkin, sembilan puluh persen aku yang bisa memberi kenyamanan untuk orang tuaku. Ibuku turut bergabung dalam percakapan dengan bersuara, "Aku tahu. Aku sudah merasakannya, paling sederhana seperti ... dia merapikan rambutku setiap pagi tanpa disuruh."

Aku katakan pada Ibu bahwa aku belum bisa jadi apa-apa. Belum bisa berbuat apa-apa. Dia membelai suraiku dan berbisik, "Aku tahu nilaimu dengan baik."

-Ketika Ibu sudah tidak ada Ayah selalu bangun pagi dan membangunkanku juga. Kami membagi tugas rumah dengan baik, kadang ketika aku lelah dia menanak nasi. Ia juga memastikan aku tidak kekurangan apa-apa. Selalu diselimuti cemas perihal aku senang atau tidak di bumantara-Nya. Menjadi yang paling sigap memberi obat kala aku terluka. Ia superhero di bumi, aku berterima kasih.

-Dari ceritaku semoga kamu memahami bahwa diri kita dengan diri orang lain memiliki rute hidup yang berbeda. Bahwa kadang-kadang harapan tak melulu jadi nyata. Bahwa kadang-kadang kita perlu kehilangan untuk menghargai apapun yang dipunya. Bahwa, kadang-kadang kita menerima kesedihan untuk mengenal lebih jauh arti kebahagiaan. Bahwa orang tua akan menjadi yang paling mengenali anaknya. Bahwa, seorang Ibu tak akan pernah melupakan setiap perlakuan manis nan baik sang anak. Walau---kadangkala sang anak melupakan hal-hal sederhana namun berkesan yang dilakukan oleh sang ibu. Bahwa orang tua akan selalu memohon hal baik pada Tuhan untuk anaknya. Selalu.

-kam, 10 maret 22-

Bilik Rindu (Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang