Aku baik-baik saja, walau berulang sebuah tanya, "Di mana Ibumu?" membuat senyumku seketika sirna.
Aku baik-baik saja, walau berulang berada di rumah sendiri membuatku perlahan disergap sunyi. Yang kemudian membuatku meloloskan bulir bening dari pelupuk mata lagi. Sungguh, nelangsa terasa tanpa henti.
Aku baik-baik saja, walau berulang tiba-tiba ingin memeluk foto Ibu lama-lama. Menangis menjadi-jadi berharap dengan begitu ia hadir dengan pigura yang alunkan suara riang sebuah tawa. Berkata seperti dahulu bahwa aku tak perlu resah akan apa-apa.
Aku baik-baik saja, walau berulang diselimuti rasa terkejut yang luar biasa. Kala tak menemukan Ibu di dapur saat pagi buta. Kemudian ketika tertepuk pundakku, mendapati ayah yang kemudian bertanya, "Ada apa?" Kesadaranku berkumpul dengan sendirinya. Menangis menjadi-jadi dibahu kokohnya. "Ayah, kukira Ibu masih ada ...." Sayangnya bisikku tak terdengar jelas sebab diiringi isak yang sungguh sulit dibuat mereda.
Aku baik-baik saja, walau berulang kutemukan diriku mengumpat pada diri sendiri saat tidak terlalu ingat resep makanan yang hendak di masak. Mencari-carinya diinternet tapi tidak memberi rasa puas. Rasa sesal mengarak-ngarak, harusnya ketika ada Ibu aku belajar sungguh-sungguh caranya memasak ....
Aku baik-baik saja, walau berulang kudapati diriku yang terduduk lesu di sofa ruang tamu. Dengan mata memanas sebab menangisi kepergian Ibu.
Aku baik-baik saja, ah, mengapa rasanya kalimat itu fana? Aku tidak baik-baik saja tanpa Ibu, sekarang kukira ... begitu nyatanya.
-jum 25 mret 22-
KAMU SEDANG MEMBACA
Bilik Rindu (Pre-Order)
Poesíabiar kuberi tahu, bagaimana caranya menemani tumbuhnya sosok aku, muasal sabarnya dalam menghadapi rumitnya pintaku, tentang tulusnya ia mendekap luka-lukaku. tentang, yang kunamai Ibu. *** Bilik Rindu sudah terbit, pemesanan ke no berikut (08966846...