Bilik Rindu (Pre-Order)

Ibu-36

Rupanya aku sulit untuk merela, kisah kasihmu terlalu melekat dalam kepala. Ibu, untukku kamu manusia yang terlalu sempurna. Untukku kamu manusia baik yang tak ada tandingnya. Aku ingat setiap kamu haturkan sebuah frasa padaku di sore bersama senja. Entah tinggi tidak nadanya, selalu kurasakan kehangatan yang perlahan menerpa.

Kadang yang kita bahas hanya perihal selebgram teratas. Perihal sayur-sayur di pasar yang harganya tak bersahabat. Kemudian dilain waktu kita mendumel sebab film favorit yang tayang terlalu banyak iklannya.

Oh dan kadang kamu mengeluh sebab aku masih tidak bisa makan dengan ikan yang banyak tulangnya. Kemudian dengan kesal di awal kamu menyuapiku walau aku sudah besar. Juga kadang kamu menghela napas lelah ketika aku minta di antar ke kamar mandi padahal masih siang.

Ibu, aku tahu kamu suka segala hal tentang aku. Kecuali ketika kamu bertanya dan kutanggapi, "Ha?"

Ibu, rupanya aku masih sulit untuk merela. Juang-juangku seperti berakhir sia-sia. Di sebuah malam tangisku seperti tak akan ada usainya. Di sebuah pagi rasa sepi dalam diriku seperti tak ada ujungnya.

Ibu, aku mau kembali hidup seperti dulu. Asing-asing dengan pilu, sedangkan dengan bahagia terus saja berujung temu. Di pagi buta kumau meneguk segelas susu buatanmu. Siangnya ketika kamu membersihkan rumah kan kubantu. Sorenya kita akan duduk santai di ruang tamu, menunjukan bahwa tidak ada yang bisa menandingi kehangatan dari sebuah kebersamaan anak ibu. Malamnya ketika tidak bisa tidur aku akan beringsut di antara Ayah dan kamu. Membiarkan kalian memelukku hingga aku merasa baik-baik saja bahkan dalam mimpiku.

Ibu, rupanya aku sulit untuk merela. Hatiku masih memberat tanpa diduga. Aku masih mau hidup seperti dulu-dulunya. Maafkan aku apabila hingga kau tiada aku masih menyulitkanmu di sana. Maaf ini bukan bualan semata.

Sungguh Bu, maafkan aku. Maafkan aku yang masih sulit untuk merela kepergianmu.

-jum 25 mret 22-