Pada pagi yang terik, menyilaukan para cowok yang sedang asik berolahraga. Dengan jersey yang melekat di tubuhnya, menambahkan kesan tersendiri untuk keenam cowok dengan tubuh atletisnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pantulan bola terdengar memenuhi lapangan outdoor. Teriknya matahari tak membuat mereka bergerak untuk menepikan badannya. Reval beserta para tim nya semangat memainkan bola basket, bahkan mereka sudah beberapa kali memasukan bola ke dalam ring.
Di pinggir lapangan, berbagai sorak dari para gadis yang menonton pertandingan itu, membuat suasana semakin panas. Saatnya untuk Bagas tebar pesona.
"HALLO SEMUANYA!!" teriak Bagas, sambil mengedipkan sebelah matanya.
Teriakan dari Bagas membuat mereka yang sedang berada di tepi lapangan memekik kegirangan. Cowok itu terlihat friendly, bahkan sempat-sempatnya menyapa semua gadis yang menontonnya.
Dari tepi lapangan, seorang gadis dengan rambut pirang berteriak kencang. "YaTuhan jika dia jodoh orang, maka jadikanlah orang itu aku karena aku juga orang."
Yang lainya pun tak kalah histeris. "Hooo Bagas!!"
"Omg mereka ganteng banget!!"
"Reval, kamu ganteng banget. Bahkan gantengnya melebihi bapak ku."
"Vero aku terlalu halah buat kamu yang selalu woah!"
"Langit aku bagaikan bumi yang tidak pernah bersatu denganmu!"
"Iyan kenapa mukamu bagai monyet bekantan yang tak pernah dikasih jatah oleh mantan!"
Dari tengah lapangan, Iyan melotot kaget. "Wah, dasar cewek. Mulutnya ga pernah difilter!" dengusnya.
Semuanya menertawai Iyan, yang sudah kepalang marah. Bisa-bisanya cewek itu memuji semua cowok yang sedang memainkan basket. Kecuali dirinya, malah dengan tak punya rasa kasihan, gadis itu menghina dirinya.
"Awas aja lo, jadi jodoh gue!" batin Iyan.
Kringggggg...
Suara bel masuk membuat kegiatan mereka terhenti, pergantian jam pelajaran membuat para siswi yang berada di sekitar mendesah lesu.
Langit berdiri, sambil memegang botol minuman. "Kasian banget mereka." Tunjuknya, pada cewek yang terlihat lesu di pinggir lapangan.
Kini Reval beserta kelima cowok itu sudah duduk di tepi lapangan sambil menenggak minuman dingin. Membuat tenggorokan mereka bagaikan tersiram air surga.
"Ahhhh ... segerr," desah Iyan, disaat menenggak minuman berwarna orange itu.
Lorenz mengelap keringat dengan handuk kecil yang berada di bahu. Cowok itu menatap teman-temanya dengan raut tanya. "Bentar lagi ganti jam mapel Matematika, lo pada masuk gak?"