47- MERELAKAN

4.7K 164 7
                                    

yeayy, thanks 30k readers. Sesuai janji, Shaa up lagi nih. Ini part terakhir ya. Terima ga terima sama endingnya, wajib terima.

---

Paginya, Reval memang benar-benar berbeda. Entah mengapa, cowok itu lebih ceria dibanding sebelumnya. Padahal semalam ia seperti seorang yang sedang di akhir hidupnya. Namun, kian dirinya merasa dunia baik-baik saja.

Huftt...

Reval menghembuskan napasnya pelan. Udara di pagi hari begitu segar, membuatnya terlihat lebih fresh.

Sebelum Reval berangkat kuliah, ia lebih dulu mendatangi toko kue milik Bu Herly. Reval ingin lebih dekat dengan wanita paruh baya itu. Karena dirinya merasa jika sifat Bu Herly seperti Bunda nya.

Ia juga akan bertanya sesuatu pada pemilik toko itu. Semalam, Reval sudah memikirkanya. Ia berharap rencananya berhasil.

Saat Reval sudah sampai di depan toko roti. Cowok itu bergegas untuk masuk, karena waktunya yang singkat.

"Permisi," sapanya.

Bu Herly yang sedang membereskan tempat roti, menoleh. Wanita itu tersenyum lebar kearah Reval.

"Sini Nak." Bu Herly menepuk kursi yang masih kosong, untuk Reval tempati.

Reval mengangguk sopan, mengikuti gerakan Bu Herly. Ia duduk di kursi dengan sopan.

"Wah, ga nyangka kamu bakal kesini," ucap Bu Herly.

Reval tersenyum tipis. "Saya kesini karena ada yang mau saya tanyakan."

Bu Herly nampak mengangguk paham. Tanpa basa-basi, wanita itu menjawab, "Silahkan bertanya, apa yang membuatmu tidak tenang selama ini Nak?"

Reval pun mulai menceritakan tentang bagaimana pertama kali dirinya bertemu dengan gadis yang dulu ia benci. Hingga sampai dimana kejadian itu menimpanya, kejadian tak terduga yang membuat hidup Reval kacau. Ia juga menceritakan tentang gangguan mental yang dialami selama beberapa tahun. Reval mengalami depresi berat dan trauma. Cowok itu mulai sembuh saat beberapa kali mencoba ke psikater di London. Disinilah sifat Reval mulai berubah. Namun, mereka dipertemukan kembali dengan perubahan sikap Zera yang berbeda. Ia ingin tidak percaya, tetapi wajah gadis yang pernah ditemuinya, mirip dengan Zera.

Semua keluh kesah, Reval ceritakan pada Bu Herly. Wanita itupun mendengarkan dengan raut prihatin. Ia menepuk bahu Reval untuk menguatkan.

Bu Herly menghela napasnya panjang. "Val?"

"Iya Bu?"

"Ada yang ingin saya bicarakan tentang beberapa hal yang saya tau. Kamu jangan kaget ya?"

Deg.

Perasaan Reval mulai tak karuan. Ia tidak mau semua yang dibayangkan itu benar. Sebisa mungkin dirinya berpikir positif, tetapi masih saja ia tak mau mendengar apa yang selama ini ditakutinya.

"Val?" Panggil Bu Herly sekali lagi.

Reval gugup. "A-ah i-iya Bu, saya siap mendengarnya."

Bu Herly mengangguk. "Waktu itu ...."

FLASHBACK ON

Seorang wanita berjalan tergesa menuju lorong rumah sakit. Ia membawa satu tas berisi roti yang sudah dipesan oleh pelanggan.

Dia Bu Herly,

Dengan berpakaian sederhana, Bu Herly memasuki ruangan itu dengan pelan. Saat membuka pintu, ia melihat seorang gadis cantik sedang berbaring lemah di sana.

Kue yang dipesan oleh seorang cowok yang berada disamping gadis itu, diletakan di kursi.

"Maaf, saya terlambat," ucap Bu Herly, tergesa.

REVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang