01. 🍓

120 22 4
                                    

.
.

Seseorang dengan senangnya sedang mengobrak-abrik bagian perut sang mayat dengan menggunakan pisau lipatnya. Bahkan darah segar terlihat banyak keluar dari lubang lubang bekas tusukan pada tubuhnya.

Sedari tadi dirinya tak juga puas dengan apa yang ia lakukan. Bahkan perutnya sudah berbunyi karena ia belum diisi oleh sesuap nasi sedikitpun.

Kemudian matanya melirik lirik hasil karyanya, masih belum puas.. dia Masih ingin bermain pada bagian tangannya.

Senyumnya merekah melihat tubuh itu tidak terlihat jelas lagi bagaimana bentuk aslinya.

"Hem kau tau, terakhir kali aku melihat bunda keadaannya sama seperti ini, tangannya terlepas"

Sreeekk..

Seseorang itu dengan mudahnya memisahkan bagian tangan dari tubuh sang mayat, bahkan terlihat jika ia membuangnya ke sembarang arah.

Percikan darah mengotori lantai yang sudah terdapat banyak darah yang mengering disana.

Tawanya puas tanpa beban, tidak pernah berpikir bagaimana nasib keluarga korban yang selalu dia jadikan seperti permainan.

"Sayang sekali aku tidak melihat keadaan ayah seperti apa saat itu, atau mungkinkah begini". Desisnya seraya memisahkan kepala korban dari lehernya.

"Oh yaa sepertinya memang benar begitu bukan?"

"Jika hanya ayah yang mati. Aku mungkin tidak akan menjadi gila seperti ini"

Ia tak juga berhenti memotong tubuh korban dengan pisau lipatnya. Hingga tubuhnya hancur menjadi beberapa bagian.

Ia melihat jika bagian kepalanya masih utuh, melihat itu membuat dirinya menyeringai kecil. Di detik selanjutnya dengan segera ia menginjak kepala itu hingga bola matanya keluar dengan sendirinya.

Laki-laki itu meresapi bau amis darah yang sangat ia sukai. "Benar benar segar," desisnya dengan seringaian kecil.

"Cukup, hari ini sudah sangat melelahkan bermain diruang bawah tanah ini"

Ia sudah berada dua jam didalam ruangan tersebut. Bahkan mayat yang baru saja ia potong menjadi beberapa bagian masih berserakan di dalamnya.

Kakinya melangkah menaiki anak tangga namun berbanding terbalik dari arah kamarnya. Ternyata dia disini sekarang, disebuah tempat rahasianya.

Disetiap pojok ruangan ini terdapat lukisan sketsa hasil karyanya. Namun disetiap lukisan selalu ia goreskan darah menggunakan ibu jarinya, yaa darah itu adalah darah milik sang korban yang ia bunuh beberapa saat lalu.

Selalu seperti itu, setelah lelah bermain dengan tubuh mayat dia akan melanjutkan permainannya bersama lukisan.

Lukisan sketsa yang selalu ia gambar itu adalah sesosok gadis kecil dengan rambut yang melebihi pundak. Senyumannya manis namun membuatnya muak.

"Jangan selalu tersenyum. Cepat atau lambat kau akan mati nanti," desisnya.

Matanya tajam tersirat dendam, dia selalu berkhayal sebaik apa gadis itu tumbuh sekarang.

Jika benar gadis itu tumbuh dengan baik maka sangat tidak adil baginya. Karena dia sendiri tumbuh dengan menyendiri dan penuh ketakutan tanpa adanya pelindung yang menemani sepinya.

Setelah tragedi itu terjadi dirinya diasuh oleh bibinya hingga sekolah menengah pertama.
Dan kemudian dia mulai terbiasa hidup sendiri sejak itu.

Kenangan kecilnya sungguh kejam dan sangat tak pantas disimpan oleh memori seorang anak berusia tujuh tahun.

Sebuah kenangan dimana kedua orangtuanya tewas didepan matanya. Kejadian itu terjadi karena gadis kecil itu, dia mengingatnya.
Memori itu benar-benar tersimpan rapi dalam ingatannya.

Strawberry || My psycho loves ice cream ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang