.
.Sesampainya Aera dirumah ia tidak segera mengetuk pintu rumahnya. Aera masih berada didepan pintu karena ia ragu untuk mengetuknya.
Kemudian tangannya meraba pipi kanan dibagian bawah matanya. Kini luka itu terasa sedikit bengkak dan mungkin telah membiru.
"Sakit.." lirihnya kembali dan berusaha untuk tidak terisak.
Aera sudah merasakan kantuk namun ragu untuk mengetuk pintu dan menjawab pertanyaan yang mungkin akan Jordan tanyakan.
"Aku lelah dan ingin tidur"
Dengan penuh keraguan ia mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu tersebut. Tak lama Jordan membukakan nya dan mungkin masih belum sadar jika Aera tengah terluka mengingat penerangnya sedikit redup.
Begitu Aera masuk kedalam rumah barulah Jordan sadar dengan plester yang menempel di pipi Aera ketika penerangan didalam rumahnya cukup baik.
"Aera.." panggil Jordan membuat Aera berhenti dengan jantung yang berdegup kencang. Aera berusaha menengok ke arah ayahnya yang sedang menatapnya bingung.
"Itu kenapa lagi?" Tanyanya seraya menunjuk kearah bawah mata Aera yang sudah diplester.
"Tadi aku jatuh. Dan untungnya ada juan yang menolongku," tutur Aera yang tidak membuat Jordan mencurigainya sedikit pun.
Namun Jordan nampak mendekatinya dan mengamati luka dibalik plester tersebut. "Sampai bengkak gini. Jatuhnya dimana?" Tanya Jordan dengan nada khawatir.
"Didepan rumah juan. Aku jatuh sampai terkena batu"
"Lain kali hati-hati. Apa perlu diperiksa? Takut kalau nanti infeksi," ucap ayahnya membuat Aera menggeleng kuat.
"Gak perlu ayah. Juan orang pintar yang bisa mengobati lukaku dengan baik. Aera nggak papa," tolaknya membuat Jordan melemaskan bahunya.
"Yaudah sekarang kamu tidur. Besok mau sekolah atau libur?"
"Aera tetap sekolah. Selamat malam ayah," ucap Aera dengan senyuman paksa sebelum meninggalkan ayahnya yang masih ingin menonton televisi.
Sedangkan jordan masih menatap kepergian putrinya yang sedang terlihat tidak baik. "Jatuhnya pasti terlalu keras sampai Aera nangis gitu," Lirihnya yang sempat melihat ada jejak air mata yang mengering dipipi nya.
***
Aera menenggelamkan wajahnya di balik bantal seraya meringis perih. "Sakit.." lirihnya kembali dengan kata yang sama seperti beberapa saat lalu.
Aera kembali terisak ketika mengingat juan yang begitu gila. Bahkan juan sempat menuduh Aera yang tidak tidak.
"Bodoh. Mana mungkin aku seorang pembunuh. Na juan bodoh!" Desisnya ketika mengingat bagaimana juan yang sekenanya menuduh Aera akan hal yang sangat mustahil Aera lakukan.
Matanya mengantuk namun tidak bisa tertidur karena rasa perih di bawah matanya sangat mengganggu. Bahkan Aera berulang kali mengusap pelan lukanya berharap rasa perihnya berkurang.
"Na Aera? Siapa dia"
Aera masih saja mengeluarkan air matanya dan berusaha keras untuk tertidur. Tak lama matanya mulai memejam bersamaan dengan rasa perih yang mulai menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry || My psycho loves ice cream ✔️
Fiksi Penggemar"Kisahnya tak pasti. Hanya berawal dari dia yang menyukai strawberry.. hingga akhirnya lebih memilih pergi karena dibenci.." MAAF_ -Apa arti strawberry bagimu? -sesuatu yang berharga. -bukankah itu sesuatu yang kau benci? -hem. sesuatu berharga yang...