.
.Sesampainya Aera dirumah, dirinya membuka buku pelajaran yang baru saja ia pelajari disekolah. Lembaran demi lembaran ia rangkum dalam satu hingga dua lembar kertas.
Tak lama kemudian Jordan mengetuk pelan pintu kamarnya yang membuat Aera menoleh.
"Hai, apa ayah ganggu?" Tanya Jordan yang melihat Aera yang ternyata sedang belajar.
"gak ganggu ayah. Ada apa ayah kesini?" Tanya Area yang mulai curiga ketika ayahnya tiba-tiba datang ke kamarnya. Apalagi alasannya jika bukan karena mengajaknya terapi pastinya.
"Em ayah ingin mengajak putri ayah berobat, mau?" Jordan berusaha berbicara lembut ketika mengajak Aera berobat dan berharap ia tidak mendapatkan tolakan kali ini.
Aera dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan. Aera sangat benci mendengar kata itu, baginya berobat adalah salah satu hukuman dalam hidupnya.
"Percuma ayah, Aera nggak akan bisa jalan lagi, jadi untuk apa susah-susah terapi tanpa hasil," Keluh Aera yang merasa sangat percuma dalam pengobatannya.
"gak akan ada yang tau sebelum mencobanya bukan?" Jordan masih berusaha memastikan bahwa berobatnya akan membuat kakinya kembali berjalan seperti sedia kala.
"Aera capek ayah, nanti aja oke," untuk kesekian kalinya Aera menolak dengan alasan nanti saja dan itu membuat Jordan menghelakan nafasnya pasrah.
"Untuk kali ini saja ayah mohon agar Aera tidak menolak. Ayo kita berusaha bersama, ayo kita buktikan pada ibumu kalau Aera berhasil sembuh"
Ada sedikit getaran ketika sang ayah memohon sambil membawa-bawa nama sang ibu, ia ingin menangis namun takut dirinya dicap sebagai anak yang cengeng oleh ayahnya.
yaa walaupun kenyataannya memang benar jika dia adalah anak yang cengeng ketika sedang sendiri merindukan sang ibu. Namun ia tetap tidak mau menunjukkan nya dihadapan ayahnya.
'Haruskah aku mulai berusaha untuk kakiku' ingin mengiyakan ajakan ayah namun masih takut untuk kembali keruangan itu, ruang dimana setiap pojoknya berbau obat yang menyengat.
Setelah beberapa menit berfikir Aera mulai menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia setuju dengan ajakan ayahnya untuk berobat.
"Oke. kali ini Aera akan berusaha agar bisa kembali berjalan, tapi ayah harus temani Aera didalam ruangan"
"Aera setuju? Ayah janji akan menemani Aera bahkan hingga didalam ruangannya sekalipun," Seru Jordan senang karena setelah sekian lama berusaha membujuk dan kini anaknya mau diajak berobat.
"Ayah siap-siap dulu oke"
"Baik ayah, Aera juga akan bersiap," Aera hanya bisa menghelakan nafasnya pasrah. Ia benar-benar akan berusaha sembuh untuk kali ini.
Setelah selesai dengan persiapannya, Jordan mendorong kursi roda Aera menuju mobilnya. Setelah itu ia mulai melajukan mobilnya ketempat kemoterapi terbaik di kotanya. Dirinya sangat berharap agar Aera nantinya tak mudah menyerah ketika gagal pada awalan.
Perjalanan menuju tempat kemoterapi hanya membutuhkan waktu sekitar limapuluh menit lamanya. Dan kini keduanya telah sampai ditempat yang dituju.
Ayah Aera turun mengelilingi mobilnya untuk membukakan pintu Aera kemudian menggendongnya dan menurunkannya pada kursi roda.
"Nah ini dia tempatnya, tidak semenyeramkan yang dikira bukan?"
Tempatnya memang indah karena banyak ditanami berbagai bunga, namun siapa yang tau jika didalam ruangan sangat berbanding terbalik dengan tamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry || My psycho loves ice cream ✔️
Fanfiction"Kisahnya tak pasti. Hanya berawal dari dia yang menyukai strawberry.. hingga akhirnya lebih memilih pergi karena dibenci.." MAAF_ -Apa arti strawberry bagimu? -sesuatu yang berharga. -bukankah itu sesuatu yang kau benci? -hem. sesuatu berharga yang...