.
.Setelah sampai di rumah Aera segera pergi ke kamar. Hari ini benar-benar melelahkan untuknya. Hari masih terlihat sore dan Aera ingin pergi jalan-jalan hanya sekedar untuk menunggu senja tiba.
Setelah mengganti semua seragam sekolah dengan baju santainya, Aera turun kebawah ingin meminta ijin pada ayahnya.
"Ayah.." panggilnya ketika bertemu dengan ayahnya yang sedang menonton televisi.
"Iya, kenapa?"
"Aera mau jalan-jalan sebentar. Boleh?"
Sedangkan jordan yang sedang sibuk dengan filmnya hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika ia mengizinkannya.
Tak butuh waktu lama Aera segera keluar rumah dan mulai menjalankan kursi rodanya untuk berkeliling kompleks.
Sebenarnya Aera tidak berniat untuk bermain kerumah juan. Namun ketika ia sampai didepan rumahnya terlihat jika juan sedang menyirami tanaman miliknya.
Aera tidak memanggil ataupun menghampirinya. Ia hanya melihat juan dari jalan kompleks tanpa ingin mengganggu kegiatannya.
Terlihat samar jika juan kini sedang menyiram buah yang ia benci. Aera tidak ingin berlama-lama jika tidak ingin ketahuan kalau sedari tadi Aera sedang memperhatikannya.
Namun ketika Aera hendak berbalik untuk pulang, juan terlebih dahulu melihatnya dan segera memanggil perempuan yang sedari tadi memperhatikan kegiatan yang juan lakukan.
"Aera..!!" Panggilnya yang membuat Aera menoleh.
Juan melambaikan tangannya seolah meminta Aera untuk menghampirinya.
Aera belum beranjak hingga membuat juan sendirilah yang datang pada Aera. "Matamu rabun? Aku udah nyuruh kamu untuk mendekatiku tapi kamu tetap diam seolah-olah gak liat lambaian tanganku"
"Maaf, mungkin aku gak liat," elaknya.
Juan tersenyum kecil sebelum mendorong kursi roda Aera menuju ke rumahnya.
"Ngapain kamu bawa aku kesini. Aku mau pulang"
"Ayo kita ngobrol sebentar. Dari tadi aku nahan cemburu sampai-sampai ingin membunuh semua tetanggaku," tutur juan pelan namun berhasil membuat nyali Aera menciut.
Juan mendudukan bokongnya di sofa tunggal yang berada di ruang tamunya. "Kamu mau liat raksa mati?" Tanya juan tanpa aba-aba membuat Aera terdiam.
"Punya rasa apa kamu sama raksa hm?" Lanjutnya.
"Sama seperti kamu. Cuma teman," tutur Aera membuat juan tersenyum remeh.
"Kamu samain posisi aku sama raksa? Ironis sekali," kekehnya.
"Maunya?"
Juan tak menjawabi pertanyaan Aera melainkan hanya memandangnya dengan tajam. "Apa perlu aku ngomong dulu baru kamu bisa paham?"
"Maaf tapi aku bukan orang yang peka. Jadi aku gak bisa berpikir dengan sendirinya tanpa kamu yang mengatakan apa maunya," tutur Aera yang berbicara tanpa melihat kearah lawannya.
"Kamu mau tau apa mauku?"
"Hm. Apa?"
"Jauhi raksa. Itu mauku, mudah kan?"
"Itu gak mudah. Aku gak punya alasan buat jauhin dia," tolak Aera yang membuat juan mengeraskan rahangnya.
"Apa kamu perlu alasan untuk itu?"
"Ya. Karena aku orang yang memiliki hati. Rasa bersalah karena menjauhi orang tanpa sebab itu pasti ada, apalagi kalau orang itu sampai sedih. Aku gak bisa," lirihnya dengan susah payah memberanikan diri agar bisa mengucapkan kalimat tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry || My psycho loves ice cream ✔️
Fanfiction"Kisahnya tak pasti. Hanya berawal dari dia yang menyukai strawberry.. hingga akhirnya lebih memilih pergi karena dibenci.." MAAF_ -Apa arti strawberry bagimu? -sesuatu yang berharga. -bukankah itu sesuatu yang kau benci? -hem. sesuatu berharga yang...