Gema mempunyai dua sahabat laki-laki.
Dua-duanya nggak waras semua yang waras Gema doang.
Haha, bercanda.
Kalau biasanya di suatu circle ada yang rajin, ada rada nakal satu, ada yang suka nyairin suasana alias kang ngelawak satu, ada yang suka mainin cewek satu, pokoknya semuanya punya salah satu sikap diantara empat itu.
Kalau Gema dan kedua temannya ini aneh, ciri-cirinya tidak sama seperti di atas. Anaknya nggak rajin-rajin amat, tapi kalau ada pengumuman juara kelas pasti ketiganya dapat posisi tiga besar semua, mana satu kelas pula. Tidak ada title 'tukang keluar masuk bk' buat circle ini, mereka anak baik-baik.
Kelebihannya mereka itu incaran para perempuan di sekolah.
Tapi sayangnya, kekurangan mereka yaitu sadboy semua—kecuali Gema, tolong dicatat, ya. Yang satu korban friendzone yang satunya lagi masih ngarep sama mantan, alias gamon.
Oke, yang pertama namanya Devano Bagaskara. Kapten basket yang mukanya rada bule-bule gitu. Dia ini sepupunya Manda. Anaknya receh banget. Apa-apa pasti diketawain. Mana ketawanya aneh banget lagi, kayak kuntilanak lagi pilek. Tapi berteman dengan Devan itu enaknya, kalau lagi butuh bantuan terus telepon dia, pasti langsung datang saat itu juga. Anaknya setia kawan banget.
Devan ini pernah dikira homo gara-gara sering cabut pas waktu pelajaran terus berduaan di rooftop sama anak cowok kelas sebelah. Penyebab utamanya itu karena keduanya ketiduran dan secara tidak sadar saling meluk, kepergok murid cewek yang mau loncat dari gedung gara-gara diputusin sama pacarnya. Entahlah bagaimana motifnya Gema saja heran.
Tapi untung aja, sih, karena shock duluan jadinya murid cewek itu tidak jadi mengakhiri hidupnya. Konsepnya jadi mirip serendipity, keberuntungan yang kebetulan. Alhasil, waktu itu Devan tidak mau bolos pelajaran lagi, kapok katanya. Soalnya baru beberapa kali saja, karmanya sudah semengerikan itu.
Katanya Devan suka sama temannya Manda, Luna namanya. Tapi mereka berdua kalau ketemu bawaannya adu mulut terus. Agak-agaknya kalau disodorkan pisau sudah berlanjut jadi adu bacok. Namun kabarnya, Luna suka sama seseorang. Walaupun begitu, mereka itu sudah berteman dari zaman SMP. Jadi kemungkinan besar Devan memang suka, hanya cara penyampaiannya saja yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan.
Yang kedua namanya Farrel Mahardika. Ganteng, tapi tengilnya ketara. Anggota OSIS yang kalau kata Devan sok sibuk banget. Muka-muka ambis tapi zonk. Alasannya masuk OSIS, karena banyak kegiatannya jadi dia punya banyak waktu diluar, agar tidak mendengarkan guru menjelaskan rumus saja, stress katanya.
Nah, ini yang disukai sama Luna. Tapi si Farrel-nya masih sibuk gamonin mbak mantan. Jadinya nggak ada feedback sama sekali. Farrel tidak tahu jika Devan suka dengan Luna, hanya Gema yang tahu. Itu saja hasil nebak, tapi hebatnya tebakannya benar. Farrel itu anaknya punya sifat keibuan—berhubung cowok kebapakan aja kali, ya? Gitu, deh, pokoknya.
Dia itu kalo dijadikan tempat penampung cerita cocok banget. Pengertian, mukanya kalau sudah serius kadang serem. Suka mengingatkan jika salah satu diantara mereka ada yang salah tindakannya. Satu-satunya yang nggak bisa dibantah kalo misalkan sudah bilang 'jangan' ya tetap 'jangan'.
Seperti yang dibilang Gema jika Farrel itu masih gagal move on, sekarang cowok itu sedang menatap tajam sosok murid laki-laki yang saat ini sedang berbincang dengan mantannya yang duduk di pojok kantin sekolah.
Farrel menusuk batagor miliknya dengan garpu sampai bunyi 'ting' dengan ekspresi kesal kala tangan murid laki-laki itu mengusap rambut Alana—mantannya.
Gema dan Devan yang duduk di depan cowok itu sampai kaget. Saling menatap sebentar, lalu mengerti kenapa Farrel seperti itu.
"Belum aja gue patahin, tuh, tangannya. Berani-beraninya nyentuh milik gue," ucapnya masih menatap ke arah pojok kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA || Winwin
Teen Fiction"Gue itu awal dari segala dukanya." -Gema Raditya. #2 in jurnalistik *** Bagaimana jika dahulu saling mengenal, namun sekarang tidak lagi? Bukan, ini bukan tentang yang dulunya saling peduli dan menyukai, tapi sekarang menjadi asing. Itu salah be...