12. Upin-Ipin Kapan Gedenya?

17 5 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

🐣🐣🐣

Ada hal yang paling menyakitkan untuk Gema ingat.

Saat adiknya——Gara mengatakan kepada Manda bahwa dirinya telah tiada.

Kejadian itu tergambar jelas di pikirannya. Saat itu dia baru beberapa hari pindah di Indonesia. Karena mengetahui dirinya satu sekolah dengan Gara, dia mencari tahu dimana alamat baru keluarganya——ah, masihkah bisa disebut seperti itu?

Dia berniat untuk berkunjung. Tapi sepertinya itu tindakan paling bodoh yang pernah ia lakukan. Dia sangat tau sekali bagaimana Papa dan Gara memperlakukannya, namun tetap saja berpikir bahwa mereka akan berubah sedikit lebih baik.

Flashback on.

Gema memandang ragu gerbang rumah mewah yang saat ini dia kunjugi. Dia berada dirumah orang tuanya. Perlahan dia turun dari motor dan menekan bel yang ada di samping gerbang, tak lama satpam muncul dan membuka gerbang tersebut. 

"Maaf, nyari siapa mas?"

"Ya, nyari tuan rumah, lah, pak. Yakali nyari bapak, " ucapnya, Pak satpam yang berada di didepannya pun menaikkan alisnya bingung lalu perlahan mengerti. 

"Oh, silahkan masuk, " ucap satpam itu, lalu perlahan membuka gerbang lebar - lebar. 

Dia memarkirkan motornya tak jauh dari pohon besar yang berada di depan rumah. Lalu berjalan santai kearah rumah itu. Saat akan mengetok pintu yang sebenarnya sudah terbuka, tapi Gema malas bersuara. Dia sayup - sayup mendengar suara cewek yang cukup familiar, Gema mengintip pada jendela yang gordennya sedikit terbuka. 

"Manda? Kok kayak marah gitu?" tanyanya pelan. 

Dia terus memperhatikan Gara dan Manda yang sedang berdebat didalam, sebelum foto yang diletakkan Manda ke meja menyadarkannya akan sesuatu, foto itu diletakkan mengarah ke jendela tempat Gema berdiri. Gema terkesiap, foto itu adalah fotonya dengan Gara saat masih kecil dulu. Kenapa sampai sekarang masih ada yang menyimpan? Gema berusaha mendengar apa yang mereka debatkan, tapi tidak berhasil karena posisinya terlampau jauh dari tempat Gara dan Manda berdiri. Ditambah lagi, mereka mengecilkan suaranya. 

Gema sontak berlari kearah pohon besar tempat motornya dia parkirkan tadi dan bersembunyi dibalik pohon itu, kala Gara membawa Manda keluar rumah. 

"Abang udah meninggal, Man. Dia kecelakaan beberapa tahun lalu."

Gema menolehkan kepalanya kearah mereka berdua, saat mendengar ungkapan Gara yang sangat mengejutkan baginya. Dia menatap Manda yang tengah memandang Gara dengan sorot terkejut serta sedih, jika saja dia tidak memikirkan perasaan Gara yang notabene adalah kekasih Manda, dia sekarang sudah berlari dan memberitahu cewek itu jika dia masih ada dan belum pergi dari dunia ini. 

SUARA || WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang