Happy reading...
🐣🐣🐣
Devan memicingkan matanya ke arah cowok yang tengah menatap sesosok cewek yang terlihat menunggu sesuatu di halte.
Farrel kok gini banget, ya?
Sudah kaku, tidak peka pula.
Yang diincar sudah ada di depan mata, eh malah diem doang sambil ngelihat dari jauh. Mana matanya sedari tadi tidak berkedip sama sekali, kan creepy.
Lagaknya kayak orang yang lagi mengagumi dalam diam.
Kalau lagi galau kayak orang yang paling tersakiti di dunia. Padahal yang duluan nyakitin dia, cih.
Devan menghela napasnya jengah sendiri. "Mata lo udah keluar belom?"
Farrel menoleh ke arah cowok dengan balutan jersey basket di sampingnya. Lalu sejurus kemudian dia menempeleng kepala Devan. "Congor lo difilter coba," sinisnya.
"Ya, lagian lo daritadi berdiri diem doang disini, cosplay jadi patung apa gimana, dah?" Devan mengelus kepalanya yang tidak sakit. Ya, lumayan, lah.
"Ngeliat dia," ujar Farrel mesam-mesem sendiri mirip orang gila kalau kata Devan.
"Bego!"
"Apasih, Van. Lo bau badan tai!" Farrel mendorong tubuh Devan yang penuh keringat karena habis latihan basket.
"Lo pandangin doang sampe tahun depan juga si Alana nggak bakalan balik ke elo. Yang ada udah diembat sama orang lain," celetuk Devan yang membuat Farrel menoleh.
"Ya, terus?"
Devan menatap tak percaya ke arah cowok yang masih memakai seragam sekolah di sampingnya. "Rel, lo beneran bego, ya?"
Farrel menatap Devan bingung. Membuat Devan gemas sendiri. Ya, tau sih Farrel orangnya tidak peka, tapi nggak gini juga kan...
"Samperin lah goblok! Ajak pulang bareng. Cepetan mumpung belum ditikung sama mas mas grab," ucap Devan.
"Dih, gantengan juga gua kemana-mana," balas Farrel dengan nada agak sombong.
"Ganteng doang nggak bisa ngebahagiain cewek buat apa," cibir Devan pelan.
"Pernahh tuh."
"Iya, satu persen doang. Sembilan puluh sembilan persennya lo sakitin, kan?"
"Diem, deh. Jangan ngingetin soal masa-masa begonya gua," ujar Farrel.
"Lah, sampek sekarang aja lo masih bego," balas Devan membuat Farrel menatap datar ke arah cowok itu.
"Gelud aja yuk?" Farrel mendekat ke arah Devan membuat cowok itu berdecak kesal.
"Udahlah anjing, sanaaa!" Devan mendorong bahu Farrel membuat cowok itu menurut dan mulai melangkah maju.
Tapi baru tiga langkah Farrel kembali berbalik membuat Devan kembali berdecak.
"Apalagi?!"
"Ini nggak masalah gue ke sana?"
Sudahlah, Devan emosi.
Pengen nonjok muka sok polos Farrel aja rasanya.
Ngeselin soalnya.
Dia tersenyum. Terpaksa tapi. "Nggak apa-apa. Nanti kalo lo berhasil balikan, gue relain satu novel Harry Potter gue buat lo dah!"
"Satu doang, nih?"
"Yeee, si samsul dikasih hati malah minta jantung."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA || Winwin
Teen Fiction"Gue itu awal dari segala dukanya." -Gema Raditya. #2 in jurnalistik *** Bagaimana jika dahulu saling mengenal, namun sekarang tidak lagi? Bukan, ini bukan tentang yang dulunya saling peduli dan menyukai, tapi sekarang menjadi asing. Itu salah be...