3. Gue Salah?

34 10 0
                                    

Manda menatap kosong ke arah depan seraya memetik senar gitarnya pelan. Irama yang berasal dari tiap petikan yang dia hasilkan itu membuatnya memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan angin malam yang menerpa kulit wajahnya dengan lembut.

"Bareng-bareng terus, ya?"

Sebuah kalimat yang pernah ia dengar dahulu tiba-tiba terlintas begitu saja di benaknya. Kelopak matanya terbuka perlahan, menghadirkan senyum miris di wajahnya.

"Lo pembohong, Dit."

Netranya menerawang ke arah pemandangan lampu-lampu jalan yang terlihat kecil dari balkon kamarnya. Manda tidak sedih, hanya saja rasanya kosong.

Kenapa harus berkata jika tak mampu mewujudkannya menjadi nyata? Ah, manusia memang jagonya memberi harapan.

Ada ruang khusus yang dia siapkan untuk dua orang di hatinya, namun kedua orang tersebut memilih untuk pergi, membiarkan ruang itu kosong begitu saja.

Yang pertama Ayahnya dan yang kedua Radit.

Dua orang yang setia menutupi telinganya agar suara petir tak mampu menembus gendang telinganya. Namun kini keduanya hanya tersisa bayangan saja.

"Lo bisa ketawa, kan, Dit, di sana?"

"Dulu lo norak banget, nyuruh gue dengerin kotak musik, padahal kan ada earphone," ujarnya seraya terkekeh pelan.

Jari lentiknya yang semula berhenti memetik gitar, sekarang mulai memetik alat itu kembali.

So one last time...🎶

I need to be the one who takes you home...🎶

One more time...🎶

I promise after that, I'll let you go...🎶

Baby, I don't care if you got her in your heart...🎶

All I really care is you wake up in my arms...🎶

One last time...🎶

I need to be the one who takes you home...🎶

Suara lembut nan merdu milik Manda memecah keheningan malam itu. Barisan lirik lagu yang akhir-akhir ini ia sukai. Tidak, Manda tidak merasa lagu itu mewakili perasaannya.

Hanya saja, sepenggal lirik yang barusan ia nyanyikan punya makna tersendiri untuknya, terlepas dari arti seluruh lagu milik Ariana Grande itu.

Sudahlah, kalian tidak akan mengerti.

Manda beranjak dari kursi yang berada di balkon, menutup pintu kaca yang membatasi antara balkon dan kamarnya serta menutup tirainya. Gitarnya ia taruh di tempatnya semula.

Dia mengambil ponselnya yang berada di atas nakas yang menampilkan banyak notifikasi dari grub yang hanya berisi ia, Luna, Devan, Gema, dan Farrel. Manda mulai merebahkan tubuhnya di kasur.

Sebenarnya mereka berlima ini cukup dekat sedari kelas sepuluh, hanya saja beda kelas dan jurusan. Manda dan Luna berada di IPA, sedangkan Devan, Gema, dan Farrel di IPS.

Remaja kurang belaian(21)

Devan : p

Devan : cara nembak yang bener itu gimana?

Farrel : lah? ngapain tanya di sini anying

SUARA || WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang