***
perempuan itu tertidur dengan tenang di atas kasur, wajar karena jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dinihari, waktu yang tepat untuk menikmati mimpi sebelum menyambut pagi.
pintu kamar yang dibuka pelan nggak bikin dia terjaga, seorang pria masuk dengan rambutnya yang berantakan, terlihat sekali gurat lelah di wajah tampannya.
pria itu kemudian melepas baju, nggak mandi kok, cuma bersih-bersih dikit, kalo dia mandi ntar sakit terus diomelin lagi. hal terakhir yang dia pengen denger itu omelan cey.
kasur yang bergerak ngebuat si wanita terbangun, tangannya ingin menekan lampu tapi ditahan.
"tidur lagi aja, ceyi."
"kamu baru pulang? ini jam berapa?"
"jam dua, sstt tidur gih."
kepalanya ditepuk pelan, meminta untuk segera kembali ke ruang mimpi.
namun perempuan itu terlanjur bangun, matanya menyusuri wajah pria yang kini berbaring menyamping menatapnya.
"kamu yang tidur. seneng banget kerja sampe pagi."
"sorry, sebentar lagi akhir tahun, audit."
ceysa bukannya nggak peduli, cuma apa artinya prestasi perusahaan kalo yang punya jatuh sakit?
"nanti pagi aku banguninnya jam 9an ya?"
"jangan, aku mau meeting sama staff keuangan."
"noo!" ceysa menggeleng kuat, mana mungkin dia ngebiarin orion bangun pagi padahal lelaki itu baru aja pulang pukul dua. "aku banguninnya agak siang yaa?"
"jam 8 ya?"
"enggak! kamu tuh harus istirahat yang banyak, iyoon."
orion mengalah, mendebat ceysa di subuh hari tidak akan berakhir bahkan ketika matahari sudah terbit.
"bobo sana, jangan liatin akunya."
"kamu juga tidur."
"aku udah bobo dari jam sepuluh tau."
orion tersenyum simpul, tangannya menyentuh rambut cey yang menutupi kening sebelum menjatuhkan kecupan manis di sana.
"iyooon."
"hmm? apa?"
"mau peluk nggak?"
"mau."
"siniii."
ceysa beringsut, melingkarkan tangannya di pinggang orion, membiarkan pria itu meletakkan pipinya di atas kepala ceysa.
"i love you, cey. i'm glad, so glad that you came into my life."
nggak sekali dua kali cey denger kalimat itu, tapi perutnya tetap dipenuhi kepakan sayap kupu-kupu yang berterbangan. rasanya hangat dan juga bahagia.
"iyooon."
"yaa?"
"you make me feel so proud every day with your courage, kindness and hard work. it is a privilege knowing you in this life."
orion terkekeh kecil, mengecup puncak kepala ceysa dengan sayang.
"harusnya aku yang bilang gitu. terima kasih ya?"
"hehehe, iyon sayang aku nggak?"
"sayang. banget."
"yaudah, kalau sayang, sekarang iyon bobo biar nggak sakit. okeiiii?"
pria itu akhirnya mengalah, membiarkan ceysa mengelus punggungnya sembari menyanyikan lullaby yang terdengar lembut di telinga, membuainya hingga akhirnya jatuh tidur.
"i love you, iyon. you did well today!" katanya, sebelum menjatuhkan kecupan di hidung orion.
***
"kok nggak bangunin aku?"
ceysa yang lagi bikinin kopi buat papi mengedikkan bahu, padahal tadi subuh dia udah bilang bakal bangunin orion agak siangan.
"kamu kenapa udah bangun coba?"
"alarm."
bola mata cey berotasi malas, tau gitu dia bakal sita ponsel orion.
"masih ngantuk kan? bobo lagi aja sih."
"nggak bisa aiiii, nanti mau meeting."
"meeting aja terus, kalo sakit aku nggak mau urusin!"
perempuan itu berlalu dengan secangkir kopi buat papi yang duduk di teras, nungguin tukang bubur lewat.
orion mengekori langkahnya, ikut duduk di kursi yang kosong dengan tatapan memelas.
"kalian kenapa?" jo menatap cey dan orion gantian.
"iyon tuh pi, bebal banget, enggak bisa dibilangin."
"oke?"
"aku udah nggak ngantuk kenapa disuruh tidur coba?"
"kamu tuh! semingguan ini bangun jam tujuh pulang jam dua lah jam tiga lah! kalo sakit gimana? kalo drop gimana? kalo kenapa-kenapa gimana?"
jo mengerjap, bingung dengan tingkah anaknya yang tiba-tiba meledak.
"kalian masuk kamar gih, selesaiin berdua hari ini juga."
"nggak mau!"
"arceysa."
orion ngehela napas, dia paham kok kalo ceysa khawatir tapi kan kalo udah nggak ngantuk gimana? masa mau dipaksa.
"ri, masuk."
"iya pi."
ceysa ngalah, kalo papi udah manggil dia arceysa berarti pria itu beneran marah. langkahnya ngikutin orion yang berjalan di depan.
"cey."
"don't talk to me. im angy!"
orion ketawa kecil, meraih lengan kurus itu dalam dekapan.
"aku tau batasku, sayang."
"dont sayang sayang me."
"tapi aku sayang, gimana dong?"
"manis banget mulutnya!"
orion ketawa kecil, mengacak rambut cey yang berantakan.
"gini deh, aku berangkat sekarang, pulangnya jam delapan."
"nggak! dinner di rumah."
"nggak bisa sayang."
"dinner di rumah atau aku telpon papa terus kamu diseret enggak boleh masuk kerja? pilih mana?"
orion ngalah, kalo udah ngelibatin papa mending dia nurut aja, soalnya papa sama mama itu pro ceysa garis keras.
"mandi sana, aku siapin sarapan sama bekel. tupperwarenya jangan lupa bawa balik punya mami."
"iya."
"minum yang banyak."
"iya."
"inget, pulangnya jam 5!"
"iya."
"huft, bisa darah tinggi aku lama-lama."
ngedenger itu, orion ketawa, dia memahami khawatir dan pedulinya ceysa dan dia bersyukur perempuan itu masih ngomel.
"sayang."
"apaa?"
"aku sayang kamu banget."
"daaah mandiiii."
orion masuk ke kamar mandi, ninggalin ceysa duduk di kasur dengan wajah merah.
***