warning: 🔞, implisit sex, kinda hurt. nomin slight markmin.
***
Apa yang paling menyakitkan bagi sebuah kisah romansa?
Perpisahan?
Kehilangan?
Keputusasaan?
Navy merasakannya. Semua kefrustrasian yang menghancurkan hatinya belakangan ini terlampiaskan saat Jean menciumnya sedikit kasar, mendorong tubuhnya ke tembok hotel yang pria itu pesan sehari sebelum mendarat di tempat Navy tinggal.
"Easy, Ay." Bisiknya lembut disela erangan mendamba yang pria itu kobarkan disela bibir mereka.
"I miss you. I really miss you."
"I know."
Kedua lengannya terkalung di leher Jean, menarik tengkuk kekasihnya lebih dekat dan menciumnya kembali, menuntaskan hasrat yang selama ini hanya bisa tersalur lewat obrolan singkat di tengah malam.
"You look great."
Mana ada.
Navy tau Jean hanya merayu, rambutnya berantakan dengan bibir membengkak, namun pria itu masih menatapnya dengan damba.
"I love you."
Untuk saat ini, kalimat itu masih membuat perutnya dipenuhi gelitikan sayap kupu-kupu, membangkitkan satu naluri terpendam yang kemudian menuntunnya untuk mendorong bahu Jean dan memeluknya erat, membenamkan wajahnya diceruk leher kekasihnya.
"This is a farewell?"
"No." Jean menggeleng keras, menolak opsi itu, "Please ..."
Navy hanya mencoba realistis, semakin lama mereka bersama, akan semakin sulit untuknya melepas Jean.
"Je ..."
"I fucking love you."
Berkali-kali setiap hari. Jean akan selalu mengatakannya,
Disela pekerjaannya yang menumpuk.
Diantara debur ombak laut Bali yang sering dikirim melalu pesan.
Disetiap jengkal malam yang menemaninya pulang ke rumah selepas bekerja.
Jean akan selalu mengatakannya.
"I love you. Don't leave me, ay."
Navy mengecup sisi wajahnya, menatap dalam dua manik arang yang selalu menariknya dalam pusaran cinta berlebih.
"Jangan gini, Je."
"Kamu yang jangan gini."
Mereka sudah terlalu sering memperdebatkannya. Hubungan yang sudah terjalin nyaris tujuh tahun itu harus terhenti dengan kalimat, "Nggak apa-apa kalo temenan aja, asal jangan sampe pacaran ya? Jean deserves someone better than you, Nav." yang sering kali mama Jean ucapkan saat Navy berkunjung ke rumah
Navy tau dia tidak pantas mendapatkan cinta di dunia ini saat ibunya pun memilih meninggalkannya dengan ribuan pertanyaan tanpa jawab. Navy tidak berhak atas semua kebaikan semesta saat dirinya tumbuh tanpa mengetahui siapa ayahnya dan mengapa bisa dia terlahir.
"Don't cry ..." Jean berbisik lirih, menghapus air yang menggenang di sudut mata favoritnya. "Navy ... don't cry."
Dan sekarang, Jeano Altair. Satu dari tiga orang yang bisa dia panggil sahabat. Satu dari dua pria yang selalu ada di sampingnya dalam keadaan apapun. Satu-satunya orang yang kepadanyalah semua perih yang tersisa akhirnya tumpah.