"DEMI APAPUN AKU SAMA JAY TUH NGGAK ADA HUBUNGAN APA-APA! KENAPA SIH?"
Gendhis menatap semua orang yang duduk di ruang tengah rumah eyang. Ada mami dan papi yang berbagi piring makanan yang sama, ada si kembar yang tumben bisa ikut kumpul, juga ada ibu yang hari ini mengunjungi putri sulungnya.
"Iya, Ndhis. Ibu nggak bilang ada hubungan loh."
Gadis itu masih bersungut, menempeli eyang uti yang ketawa kecil, nggak nyangka bisa liat cucu-cucunya tumbuh mengenal cinta seperti sekarang ini.
"Kalian tuh ya, harusnya nanya Mas Gya dulu, bukan aku!"
"Apa nih mas Gya mas Gya?"
Sepupunya yang paling tua itu muncul dari pintu, ngeletakin tasnya di lantai sebelum mencium pipi mami, eyang dan ibu.
"Permisi ..."
Suara halus juga gugup terdengar menyusul langkah Gya, Gendhis mengerjapkan mata saat sosok Nao muncul dengan senyum cerah.
"KAK NAWWW!"
Perempuan itu udah kenal semua keluarga Gya, baik dari mami ataupun dari papi. Ya maklum aja, mereka tumbuhnya bareng, teman pertama yang Gya tau adalah Nao dan itu bertahan sampai mereka akhirnya kuliah dan Gya memilih menyibukkan diri dengan mengambil double degree.
"Sini Naw, udah makan?"
"Sudah kok mami hehe."
Gendhis masih bersungut pelan, mendekati Nao dengan membawa piring berisi kue dan cemilan yang tersedia.
"Kenapa kamu?" tanyanya, ngeliat si manis menekuk wajah.
"Tau tuh Kak Nawww, pada nyebelin, masa katanya aku sama Jay pacaran."
"Jay siapa?"
"Yang anak mesin," Gya menyahut, iseng ngambil black forest punya Gendhis yang dibalas delikan, "Mas minta satu."
"KAN MASIH ADA."
"Ndhis ah, suaranya."
Ibu memang selalu penuh sopan santun dan tata krama, bener-bener nggak bisa disandingkan dengan putri satu-satunya yang bar-bar dan seenaknya.
"Kalo bukan Jay sama itu dong, si Agi?"
"Agi?" kening Nana mengerut, satu nama yang nggak asing baginya. "Rahagi?"
"Iya, Bu."
Pinggang Gya dicubit tajam, ngebuat siempunya meringis perih, nyaris nyentil telinga Gendhis kalo saja gadis itu nggak buru-buru sembunyi di belakang punggung Iyel.
"Kamu naksir Agi?"
"NGGAK IBUUUU!"
"Jangan naksir-naksiran dulu," Mark bersuara, menatap ponakan tertuanya dengan mata teduh, "Belajar dulu yang rajin."
"PAPI NGACA DONGGG!" Iyel berteriak protes, "Kata Uti, papi sama mami malah pacarannya dari kecil."
"FITNAH IH!" Heera berdecak, menatap Tenyssa yang tertawa.
"Kan kamu sama Mark bareng udah dari bayi, sampe sekarang punya keluarga sendiri."
"Tapi kita nggak pacaran, mamiiii. Pacarannya kapan ya nggak tau, eh tau-tau balik intern langsung dilamar."
"Tuh mas Gya dengeriiiin." Gendhis melebarkan senyum siap membalikkan keadaan yang dari ngebuat dia tertekan dengan pertanyaan Jay atau Agi.
"Apa sih?"
"Mami sama papi tuh kenal dari keciiiil."
"Yaaaa?"
"Tau-tau nikah."