"iya bu, nggak ada penyakit parah kok, ini sakit kepala karena tekanan darahnya naik." mark masih tersenyum, menjelaskan dengan ramah pada ibu-ibu yang masih kekeuh kepalanya sakit.
"bukan kanker atau tumor ya dok?"
"puji Tuhan, bukan bu."
"yaaah."
baru kali ini mark menemukan ada pasien yang menyesal karena sehat, nggak tau lagi dia mau berekspresi kayak gimana.
"tuh maa, nggak ada apa-apa."
"diem deh kamu."
"ya ampun ma, yuk balik aja."
"jadi enggak sakit parah dok?"
"enggak Bu. tapi nanti saya resepkan obat penurun darah sekaligus vitamin ya, bisa ditebus di apotik terdekat."
"denger kan maaaa!" perempuan muda yang ikut mendampingi ibu-ibu tersebut mengembuskan napas lelah, nyaris setengah jam mereka di sini tapi mamanya masih bersikeras ingin dicek.
"abis ini aku masih harus meeting ma."
"yaudah pergi aja sana, mama naik ojol."
mark hanya tersenyum, sedikit canggung mendengar percakapan ibu dan anak yang berlangsung di depannya.
"dokter mark masih single?"
"hah? gimana Bu?"
matanya mengerjap bingung, menatap ibu-ibu yang kembali bersemangat mencecarnya dengan beberapa pertanyaan.
"mas dokternya kalo masih single sama anak saya aja!" serunya antusias, menepuk paha anak perempuan yang kini menggerutu dalam hati, "namanya echa, baik kok dok anaknya."
"maaa please deh!"
nggak sekali dua kali mamanya kayak gini, setiap kali menemukan laki-laki yang sekiranya potensial untuk dijadikan menantu, beliau pasti udah siap dengan segala jenis promosi yang kadang bikin dia nggak enak sendiri, soalnya bingung mau nolak dengan kalimat kayak gimana.
"yuk balik, nanti kita ke apotik dulu."
"mas dokter, gimana?"
"hahaha."
tawa dokter itu terdengar renyah, sebenernya echa kenal dokternya tapi mungkin dokternya nggak kenal echa. mereka satu kampus, satu kecamatan pas KKN dulu, bedanya echa jadi sekretaris yang aktif sementara dokter mark yang anak kedokteran memilih jadi anggota nolep.
"makasih ya, dokter!"
"sama-sama mbak echa."
"kasih nomer kamu sama mas dokternya, cha. nanti kalo mau konsul kan tinggal chat aja."
"nggak sopan, mamaa."
echa agaknya udah frustrasi sama mama, salahkan mbak bhia si kakak ipar yang udah janji mau anter mama ke dokter tapi harus ngurus WO-nya yang lagi ada masalah, atau mas jo, kakaknya yang nomer dua yang lebih milih ngerem di studio daripada ngehadepin mama yang mulai masuk fase kembali ke anak-anak.
"permisi ya dok."
"iya, mbak."
"ish kamu tuh!" mama berseru pelan saat echa membuka pintu ruangan, "mama udah pengen liat kamu nikah, ntar kalo mama mati gimana, chaaa?"
"aduh mama, omongannya!"
mark udah nggak denger lagi, soalnya sepasang ibu dan anak itu udah menutup pintu, meninggalkan mark yang cuma ngegelengin kepala, agak takjub sama ibu-ibu tadi.
***
"tau nggak pa?"
echa nih agaknya harus menebalkan telinga setiap kali pulang, soalnya mama sama papa pasti memulai makan malam dengan kalimat seperti itu.
"apa?"
"mas dokter yang tadi cakep banget, masih single, cocok sama echa. mama jodohin aja apa ya?"
sayur lodeh yang dimasak bibi terasa hambar soalnya echa udah asin menghadapi pertanyaan kapan kawin dari semua orang. LITERALLY SEMUA.
keluarga besar mama.
keluarga besa papa.
tetangga.
teman SD, SMP, SMA, kuliah.
nggak ada yang nanyain, karirnya kayak gimana? atau promosi jabatannya berhasil apa enggak? atau apa yang udah dia capai di usia sekarang? tiap kali ketemu, setelah menodong traktiran, pertanyaan wajib adalah echa kapan kawin? yang bikin dia males bangeeeeet berinteraksi dengan manusia.
orang tuanya sebenernya tuh nggak ambil pusing, toh kakak pertamanya udah ngasih sepasang cucu yang sekarang kelas satu dan TK, sementara kak jo yang tiga tahun lebih tua udah duda ditinggal meninggal dengan satu anak perempuan bernama embun.
jadi, echa beneran enjoy menghadapi hidup, kadang di akhir bulan, dia bakal hunting makanan yang disudut kota, atau nyetir malem-malem sambil nyanyi sekerasnya, kadang kalo lagi ambil libur dia milih buat stay cation, mengunjungi negara-negara eksotis untuk memuaskan batinnya.
mama mulai riweh nanyain pasangan setelah keluarga besarnya rutin ngumpul buat arisan, soalnya banyak sepupu yang seumuran bahkan lebih muda dari echa yang udah punya pasangan, bahkan punya anak. hanya echa yang kadang dateng sendiri kadang sama embun.
"mas dokternya mau nggak sama echa?"
"mau dong, echa kan cantik banget pa."
echa mendorong mundur kursinya, udah kenyang dengan gibahan mama papa tentang hidupnya.
"aku ada meeting, jangan ganggu yaaaa?"
"ehh, mas dokternya gimanaaaa?"
bola matanya berotasi malas, CAPEK!
***
bekerja sebagai consultant analyst membuat hidupnya bener-bener sibuk, echa bisa aja sarapan di singapura terus makan malemnya di jakarta. penghasilannya lebih dari cukup, sangat cukup malah. dia udah punya rumah sendiri, mobil sendiri, dengan beberapa investasi tak bergerak seperti tanah dan emas.
tapi, bagi mama itu semua nggak cukup, beliau ingin putri bungsunya segera memiliki pendamping agar hidupnya lebih sempurna.
maka, dimulailah misi pencarian menantu oleh ibu renyta nasution.
pria pertama yang dikenalin mama adalah teman kuliah kak jo, namanya mas tara, mapan dengan profesi sebagai pengacara muda. sayangnya, waktu itu echa masih fokus ngejar S2 di Yale, jadi mas tara skip dulu.
pria kedua adalah juniornya kak chandra, namanya mas angga, polisi seperti kakaknya tapi echa nggak mau sama yang berseragam padahal mamanya udah excited. jadi, mas angga skip dulu.
yang ketiga adalah jeno, tetangga sebelah, anaknya tante jessica, cowok yang juga teman masa kecilnya. mereka emang deket, berproses, yang bikin mama seneng banget. tapi, wanita itu langsung emosi pas empat bulan kemudian tante jessica bilang jeno mau nikah sama nadea.
mamanya ngamuk banget padahal selama ini mereka keluar dengan kedok pdkt tuh mereka ngomongin nadea, mama marah soalnya yang bantu jeno deketin nadea ya echa.
yang keempat itu koh lucas, pemilik toko bangunan terbesar di kota mereka, mama ketemu pas beli balok sama papan buat renov kamar embun, jiwa promosinya muncul pas lucas bilang dia masih single.
echa akhirnya setuju diseret nganter mama, tapi boom gagal lagi karena koh lucas nyari yang chinese seperti keluarganya.
apa mama nyerah? tentu saja tidak, buktinya beliau masih gencar promosi pas ketemu dokter mark, yang bikin echa rasanya pengen nangis dan marah tapi ditahan soalnya kata kak chandra dan kak jo, dosa besar ngebentak mama.
***