Aleatory: Gendhis Biranna #1

1.3K 219 67
                                    

lowercase

***

sejak memutuskan untuk melanjutkan sekolah di ibukota, ada banyak sekali kekhawatiran yang muncul di benak nana dan jeno selaku orang tua.

putri mereka tidak pernah mengecap tanah jakarta kecuali jika mereka harus pulang ke sana. seumur hidup, gendhis tinggal di berbagai daerah pelosok, mengikuti jejak ayahnya untuk mengabdi pada negeri.

namun, ketika gadis kecil yang kini beranjak dewasa itu menyodorkan satu nama kampus, jeno dan nana, suka tidak suka, mau tidak mau, terpaksa harus mengangguk.

dan, di sinilah gendhis saat ini, di antara teriakan orientasi mahasiswa teknik yang menguras tenaga, emosi juga air mata.

"pita merah ke pinggir dek, gerak cepat!"

gendhis menunduk sejenak, dia pita hijau omong-omong, sehat jasmani rohani untuk mengikuti kegiatan ini.

"yang lain berdiri tegak, jangan nunduk, sama matahari kok takut!"

dia tidak pernah peduli pada kesehatan kulit sebelum ini, tapi kayaknya nanti gendhis bakal ngeluarin satu set body care yang ibunya selipkan di dalam koper.

"pita hijau! badge sipil!"

aduh.

gendhis berusaha untuk tidak menarik perhatian, keberadaannya tidak mencolok, kalau saja senior dengan id card berwarna biru—khas jurusan perminyakan dan pertambangan—menegurnya keras.

"oh, adiknya gya."

anjiiiiiiir.

kepalanya semakin menunduk, saat seorang senior lain—sepertinya komdis—mendekat, menatap wajahnya lamat-lamat sebelum mendengkus.

"jangan harap akan ada kebijakan dan toleransi."

"lah?"

"kenapa? mau protes?"

semua makian yang sudah diujung lidah terpaksa ditelan kembali. mas gya udah bilang untuk tidak mencari masalah selagi statusnya masih mahasiswi baru.

"gendhis biranna asteria."

"gue tandain lu."

dipikir gendhis bakal takut? ah tidak. dia udah pernah mengalami hal yang jauh lebih mengerikan dibanding ospek fakultas ini.

***

"katanya, anak sipil itu militan. karena terbuat dari bahan yang keras seperti besi, batu, semen dan kayu. kok lo letoy gini?"

gendhis rasanya pengen nimpuk seniornya pake papan jalan yang dia bawa hari ini.

"lari sepuluh putaran keliling jurusan."

ANJIIIIIIIIIIRRRRRR.

masalahnya jurusan sipil ini luasnya bikin mual, kalo gendhis lari sepuluh putaran dijamin besoknya langsung pesan makam di sandiego hills.

"tapi kak ..."

"jangan mentang-mentang lu adiknya gya ya."

lah. kocak.

gendhis terpaksa meletakkan tasnya, ikut lari bareng anak-anak baru jurusan teknik sipil di tengah terik matahari yang membakar kulit, berdoa supaya nanti dia masih tetap hidup, belom nyusul eyang kakung ke surga.

***

"aku benci banget sama senior yang apa-apa adiknya gya."

anargya yang hari ini ngejemput gendhis di hari terakhir orientasi jurusan mengerutkan kening, "kenapa?"

draftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang