"Aaron! Ibu sudah bilang berhenti membeli buku-buku tidak berguna itu! Kenapa kamu masih membangkang Ibu, hah?!"
Teriakan sang ibu menggema di ruang tengah, amarahnya meledak tatkala melihat anak laki-lakinya membeli buku lagi.
"Bukannya menurut, malah makin menjadi-jadi! Ibu sudah susah payah menghidupi kamu dan kamu sendiri malah jadi seperti ini! Mau jadi apa kamu di masa depan kalau begitu terus, hah?! Pengemis?!"
Aaron sudah biasa mendengar ibunya memarahi dirinya dengan alasan seperti itu. Ia tidak membangkang, melainkan hanya melampiaskan emosinya dengan membaca berbagai macam buku di kamarnya. Ia sudah lelah dan muak mendengar keributan kedua orang tuanya yang terjadi setiap hari di rumah.
Apakah mereka mengurusi Aaron? Jawabannya adalah tidak. Ayahnya yang pemabuk dan sering pulang larut malam dan ibunya yang menjadi jalang di luar sana. Sedangkan, ia ditelantarkan begitu saja seolah-olah dirinya tidak pernah ada di dunia.
Tidak hanya itu, tak jarang juga Aaron mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya. Ia dijadikan bahan pelampiasan amarah ayah dan ibunya. Dan, lagi-lagi Aaron sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
Apakah mereka pantas disebut sebagai orang tua? Aaron pikir tidak.
"Anak sialan, apa kamu tidak mendengar Ibu?! Kamu punya telinga, kan?! Jawab!" Bentak sang ibu sambil mendorong-dorong kepala Aaron menggunakan jari telunjuknya dengan penuh amarah.
Aaron tetap diam sambil sedikit menundukkan kepalanya, tidak melawan.
"Dasar tidak berguna! Kamu cuma bisa menyusahkan Ibu saja! Andai saja Ibu tahu kamu jadi begini, maka dari dulu Ibu sudah menggugurkanmu, anak sialan!"
Cukup! Aaron sudah muak!
"Aku tidak minta untuk dilahirkan! Aku juga tidak berharap untuk lahir di dunia ini! Kalau Ibu dari dulu sudah tidak mengharapkan diriku lahir, kenapa tidak Ibu bunuh saja aku?!" Bentak Aaron balik dengan air mata yang mulai menggenang di kedua pelupuk matanya.
Perempuan itu diam karena terkejut melihat anaknya membentak balik dirinya.
"Apa Ibu pikir aku bahagia selama ini? Tidak! Kalian berdua selalu membuatku tertekan! Aku melampiaskan emosiku dengan membaca banyak buku di kamarku ketimbang mendengar pertengkaran kalian yang terus ada setiap harinya tanpa henti!"
"Aku lelah, Ibu! Kalian saja tidak pernah menganggapku ada dan selalu pulang larut malam! Tetapi, kenapa baru sekarang Ibu peduli denganku?! Ke mana saja Ibu selama ini?!"
"Aaron! Ibu tidak mengajarkanmu untuk membentak orang tuamu sendiri! Jaga sikapmu!" Pekik wanita paruh baya itu murka.
Mendengar itu, Aaron tertawa sarkas. "Tidak, aku tidak akan pernah menjaga sikapku kepadamu dan Ayah jika kalian berdua saja tidak bisa menjaga sikap kalian padaku dan pada saat sedang di luar rumah. Lagi pula, aku jadi begini karena Ayah dan Ibu," ucap laki-laki bermata tajam itu kemudian dengan nada dingin.
"Aaron!"
"JANGAN PANGGIL NAMAKU, SIALAN!"
Setelah itu, Aaron berjalan dengan langkah lebar dan penuh amarah, hendak masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan, sang ibu hanya mematung di tempatnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
Sesampainya di depan kamar, ia berbalik dan berkata pada ibunya dengan nada dingin, "mulai detik ini, abaikan saja aku dan silakan nikmati pekerjaan menjijikkanmu sepuasnya!" Setelah mengatakan itu, Aaron pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan sangat keras.
Sedangkan, wanita paruh baya itu hanya diam tak berkutik ketika melihat secara langsung putranya berteriak marah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEI ISLAND (DISCONTINUED)
FantasyLegenda mengatakan bahwa Pulau Sei adalah sebuah pulau yang menjadi tempat tinggalnya para roh. Tidak peduli baik atau jahatnya mereka, semua makhluk tak kasat mata itu berkeliaran di pulau tersebut. Roh-roh di sana pun akan sangat terbuka pada man...