∶∶ 06 : FORECAST ∶∶

346 64 5
                                    

Kini, mereka bertujuh sangat kebingungan. Para roh yang tinggal di sini terlihat berbisik-bisik sambil memandang mereka dengan tatapan ... senang, mungkin? Entahlah, ketujuh pemuda itu sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.

Mereka bertujuh dan Nathan berjalan ke suatu tempat yang diyakini sebagai rumahnya Nathan.

"Nathan, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Asher sedikit ragu yang berada di belakang Nathan.

"Boleh. Ingin bertanya apa, Ash?" Jawab Nathan tanpa menoleh ke belakang dan terus berjalan ke depan.

Sebelum itu, ia mengulum bibirnya dengan perasaan sedikit ragu. Namun, akhirnya laki-laki Halbert itu memberanikan diri untuk bertanya, "Tujuh Pengendali Elemen terkuat itu apa? Lalu, apa maksudmu dengan ramalan yang kau katakan tadi di gerbang?" Tanyanya yang sudah sangat penasaran.

Nathan hanya tersenyum tipis setelah mendengar dua pertanyaan sekaligus dari Asher. "Akan ku jelaskan di rumah. Ceritanya cukup panjang," ujarnya tenang.

Padahal, Asher sudah sangat penasaran dari tadi. Mungkin, ia harus bersabar sedikit lagi. Alhasil, pemuda bersurai gelap itu menghela napas pelan. Roh baik satu ini memang sedikit menyebalkan, menurutnya.

Setelah dua puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah dengan beberapa pot bunga mawar dan lily di jendela yang sedikit terbuka. Kalau dilihat-lihat, rumah ini cukup besar untuk Nathan yang tinggal sendirian.

Mereka pun masuk ke dalam rumah Nathan dan seketika, ketujuh lelaki tersebut merasakan kehangatan saat memasuki rumah ini.

"Kalian duduk dulu di situ. Aku ingin mengambil sesuatu di kamarku." Setelah mengatakan itu, ia segera berjalan ke kamarnya. Sedangkan, mereka pun duduk di kursi yang sudah tertata rapi di ruang makan tersebut.

Beberapa menit kemudian, Nathan kembali dengan tujuh lembar kertas usang yang seperti tertulis sesuatu di sana di tangan kanannya. Kemudian, ia pun duduk di kursi tengah meja makan dan menaruh tujuh lembar kertas tersebut di meja makannya. Lalu, Nathan mengambil selembar kertas dari Tujuh kertas tersebut, kemudian diberikan pada Asher yang duduk di dekatnya.

"Aku meramal tentang masa depan Pulau Sei dan hasilnya cukup membuatku terkejut. Karena, aku melihat sosok dewa tengah mengacaukan wilayah Hao. Dan, tentu saja aku tahu sosok dewa itu. Ialah Erebos, Dewa Kegelapan," jelas Nathan sedikit cemas.

"Di penglihatanku, wilayah ini begitu kacau. Kegelapan menyelimuti seluruh Pulau Sei dan lebih parahnya, kekuatan para roh diserap habis olehnya agar bertambah kuat. Tentu itu adalah hal yang paling menakutkan bagi kami semua."

"Tunggu! Sepertinya, aku tahu maksudmu setelah kau mengatakan hal itu pada kami," ucap Chaiden yang baru menyadari sesuatu.

Nathan tersenyum tipis. "Ya, ini ada hubungannya dengan Tujuh Pengendali Elemen yang aku katakan tadi," timpalnya.

Kemudian, atensi roh itu beralih ke arah Asher yang termenung sedari tadi sambil menatap kertas tersebut. Ia pun memanggilnya dan bertanya, "Asher, apa yang kau baca di kertas itu?"

Asher pun menaruh kertas tersebut di atas meja dan menjawab, "kami akan menjadi penyelamat Pulau Sei. Dan, aku adalah pengendali elemen tumbuhan. Kemampuanku adalah healing dan membaca pikiran. Itu yang aku baca di kertas itu," jawabnya dengan ekspresi sedikit kaget.

Nathan mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian tangannya mengambil enam lembar kertas yang tersisa dan memberikannya kepada keenam pemuda lainnya dengan senyuman khasnya. Sedangkan, tangannya masing-masing terulur untuk mengambil kertas tersebut dari tangan Nathan.

Setelah itu, mereka pun membaca apa yang tertulis di kertas tersebut. Kekagetan terlihat jelas pada wajah masing-masing, terutama Elan. Pemuda bersurai hitam itu sampai menganga dan tidak mampu berkata-kata lagi.

SEI ISLAND (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang