∶∶ 14 : TRUST ISSUE ∶∶

196 44 2
                                    

"Nathan, kau belum tidur?"

Elan keluar dari kamarnya, menuruni setiap anak tangga yang terbuat kayu kokoh. Hendak melangkahkan kakinya ke dapur, ia melihat sesosok entitas yang membelakangi dirinya sedang duduk meringkuk di depan tempat perapian. Kemudian, pertanyaan itu lolos dari bibirnya seraya menghampiri sosok yang Elan yakini adalah Nathan.

Yang ditanyai masih bergeming di tempatnya, sedangkan Elan sudah duduk di sampingnya dan ikut memandang api yang berkobar-kobar di tempat perapian.

"Api ini sangat menghangatkan. Tapi, kenapa raut wajahmu muram begitu?" Tanya Elan.

"Aku belum memberi tahu padamu dan keenam temanmu soal kristal itu, kan?" Tanya Nathan balik tanpa mengalihkan atensinya dari api unggun di hadapannya.

Pemuda berusia dua puluh itu menggeleng. "Bahkan, kau belum menceritakan kejadian beberapa minggu yang lalu itu," ucapnya kemudian.

"Di balik air terjun yang selama sebulan ini menjadi tempat latihan kita, ada sebuah gua yang selalu diterangi oleh cahaya dari Kristal Tiga Warna, yaitu warna biru, ungu, dan hijau. Gua itu tersembunyi dan tidak diketahui oleh siapa pun selain para roh yang tinggal di pulau ini," jelas Nathan setelah menyamankan duduknya.

"Lalu, apa hubungannya dengan kristal yang bilang waktu itu?"

"Kristal yang ku maksud waktu itu adalah Batu Kristal Kehidupan. Kristal itu berbentuk seperti bola putih dengan cahaya yang memancar dan menerangi ujung gua. Kristal itu pula yang mengatur keseimbangan roh-roh di Pulau Sei, serta melindungi Pulau Sei dengan menciptakan kubah sihir raksasa tak kasat mata hingga sekarang. Kami sangat menjaga kristal tersebut, tidak ada yang boleh menyentuhnya, kecuali ia ingin menjemput ajalnya sendiri."

Elan yang mendengar cerita Nathan dengan begitu saksama, kemudian mengangguk paham. Namun, ia masih ada satu pertanyaan di dalam benaknya. "Jadi, secara tidak langsung, kau mengatakan bahwa kristal itu sedang mengalami masalah sekarang? Kubah sihir pada saat itu retak dan sedikit diselimuti oleh kegelapan. Bukankah begitu? Atau, aku salah terka?" Tuturnya panjang lebar.

Nathan yang mendengarnya lantas menjawab, "bisa dibilang begitu. Tebakan benar, Elan. Dan, yang menyebabkan kristal tersebut bermasalah adalah kekuatan iblis."

Elan mengatakan atensinya kepada Nathan dengan tatapan bertanya. "Iblis?"

Roh itu mengangguk sebagai jawaban. "Anak-anak buahnya Erebos. Tetapi, iblis yang bisa menggunakan kekuatan kegelapan secara maksimal adalah iblis tingkat atas. Walaupun Raja Dunia Bawah terlihat tidak peduli dengan keadaan dunia manusia, namun ia sangat menentang Erebos dalam segala hal. Termasuk, tujuan Erebos yang ingin menguasai dunia manusia. Maka dari itu, Sang Raja pun menghukum Erebos dengan mengurungnya di Tartaros untuk selamanya. Namun..."

"Namun?" Tanya Elan dengan raut wajah sedikit khawatir.

Sebelum melanjutkannya, Nathan menghela napas kasar. "Erebos berhasil bebas dan kabur dari Tartaros demi mencapai tujuan awalnya, yaitu menguasai dunia manusia. Dan, Pulau Sei adalah tempat pertama yang akan dihancurkan," lanjutnya dengan raut wajah murung.

Elan tidak bisa berkata-kata lagi, mendengar semua penjelasan Nathan membuat pikirannya cukup kalut.

"Bagaimana keadaan bola kristal itu sekarang?" Tanyanya seraya sedikit menundukkan kepalanya dengan raut wajah sedikit gelisah.

"Sekarang, baik-baik saja. Aku sudah memperbaikinya dan agar tidak ada yang bisa menghancurkannya lagi, ku beri pelindung di sekitar gua dan Bola Kristal Kehidupan. Akibatnya, energiku cukup terkuras banyak dan harus beristirahat penuh selama beberapa hari agar kembali pulih," jawab Nathan sambil mengulas senyuman tipis.

SEI ISLAND (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang