"Kita bertemu lagi ... manusia lemah."
Chaiden dan Haven sama sekali tidak asing dengan suara itu. Suara menyebalkan dari sesosok roh jahat yang mengganggu Elan dan memancing amarah Nathan tadi pagi itu kembali memasuki telinga mereka masing-masing. Dua tatapan nyalang itu dilontarkan ke arah sosok roh yang tengah mengulas senyuman yang sungguh menjengkelkan bagi keduanya.
Yang tak lain dan tak bukan adalah Allard.
"Allard. Itukah namamu?" Tanya Haven sedikit basa-basi tanpa menghilangkan aura dinginnya sedikit pun.
"Yup! Benar sekali. Rupanya, kalian masih mengingat namaku setelah aku membuat masalah dengan kalian di hutan. Omong-omong, aku tak melihat lima orang yang bersama kalian berdua dari tadi. Apa kalian menyuruh mereka berlindung?" Tutur Allard sembari memainkan salah satu anak panahnya dengan raut wajah menyebalkan.
Chaiden berdecak seraya merotasikan bola matanya jengkel. Baginya, tak ada gunanya juga Allard berkata seperti itu. Buang-buang waktu saja!
"Heh! Dengar, ya, makhluk jahat! Kau sedang berhadapan denganku dan Haven, tetapi kenapa kau masih mencari teman-teman kami, hah?! Sebenarnya, apa yang sedang kau inginkan?!" Ucap Chaiden yang terus berusaha untuk tidak bertindak gegabah.
Mendengar pertanyaan tidak santai dari Chaiden, Allard tertawa keras dan membuat laki-laki berahang tajam itu hampir saja naik pitam jika tidak ditahan oleh Haven yang menatapnya dingin. Kalau saja hanya ada ia dan Allard, sudah dipastikan pertarungan pun tak akan lagi bisa terelakkan.
"Tidak ada yang lucu, Allard. Berhenti tertawa sekarang atau aku akan merobek mulutmu!" Ancam Haven dingin dan penuh penekanan.
Ajaibnya, Allard langsung diam setelah mendengar ancaman Haven. Seolah-olah, ada sesuatu dari dalam diri Haven yang membuatnya segan.
"Pedang kalian berdua keren juga. Apa aku boleh mengetes kemampuan berpedang kalian?" Tanya Allard setelah beberapa menit terdiam.
Chaiden dan Haven menyeringai tipis sambil melirik tajam satu sama lain seakan telah merencanakan sesuatu yang kini tersimpan di dalam kepalanya masing-masing.
"Boleh. Tetapi, kau jangan kaget nanti."
Tepat setelah Chaiden mengatakan itu, mereka berdua langsung melesat ke arah yang berlawanan, membuat Allard agak kebingungan dan mengubah panahnya menjadi pedang hitam andalannya. Mereka berdua begitu cepat dan lincah. Buktinya adalah tanpa sepengetahuan Allard, Haven sudah berada di belakangnya dan segera menendang punggungnya keras.
Belum sempat memroses kejadian barusan, Chaiden kini sudah berada di hadapannya dan langsung menebas salah satu tangannya. Tak berdarah, namun tangan kanan Allard berhasil terpotong dengan sempurna.
Senyuman miring terulas di wajah tegasnya Chaiden. Apalagi, api yang berkobar-kobar di bilah pedangnya berhasil membakar tangan itu sampai habis menjadi abu. Allard membelalak tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
Manusia-manusia ini...
Ternyata, benar kata Nathan. Mereka bukanlah manusia biasa.
Mereka bertarung dengan begitu sengit. Seperti sedang berada di arena pertarungan, Chaiden dan Haven lebih menguasai pertarungan daripada Allard yang sama sekali tidak dikasih jeda sedetik pun. Sosok itu kewalahan menghadapi kedua insan tersebut karena saking gesitnya.
Tangan kanannya yang sempat terpotong itu telah tumbuh lagi, namun rasanya tetap tidak berguna karena kemampuan berpedang dari kedua laki-laki muda tersebut sungguh di atas rata-rata dan jauh dari ekspektasinya.
Tak jarang, ia mendapatkan luka-luka sayatan ataupun luka bakar di tangan dan kakinya gara-gara Chaiden dan Haven.
"Hei! Sudah, sudah! Cukup! Baiklah, kalian menang! Aku mengaku kalah! Memang seharusnya aku tidak menantang kalian berdua sejak awal!" Seru Allard menyerah dengan tangan kiri yang terangkat, bermaksud untuk menghentikan pertarungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEI ISLAND (DISCONTINUED)
FantasyLegenda mengatakan bahwa Pulau Sei adalah sebuah pulau yang menjadi tempat tinggalnya para roh. Tidak peduli baik atau jahatnya mereka, semua makhluk tak kasat mata itu berkeliaran di pulau tersebut. Roh-roh di sana pun akan sangat terbuka pada man...