∶∶ 08 : NATHAN AND ALLARD ∶∶

270 43 1
                                    

Pagi ini, ketujuh pemuda beserta Nathan sedang berjalan ke suatu tempat di dalam hutan yang cukup lebat. Nathan berada di barisan paling depan sebagai penunjuk jalan, sedangkan ketujuhnya mengikuti sosok tersebut dari belakang.

Selama perjalanan, mereka terus disuguhi oleh bunga-bunga dan banyak tanaman cantik lainnya, serta kupu-kupu terbang dan beberapa dari mereka menghinggapi sari bunga-bunga untuk dijadikan nektar itu tampak memanjakan mata. Belum lagi, hewan-hewan dengan wujud sangat unik tersebut pun tampak berkeliaran di balik semak-semak belukar.

"Kalau hutannya seperti ini, aku akan nyaman jika berkemah di sini. Sungguh," ujar Chaiden dengan sepasang mata elangnya yang memandang takjub sekitar hutan.

"Kau ingin berkemah sendirian di sini? Kau melihat serangga terbang ke arahmu secara tiba-tiba saja sudah berteriak. Sok-sokan mau berkemah di sini dengan roh-roh. Dasar penakut!" Cibir Asher.

"Butuh cermin? Aku ada banyak di rumah. Jangan mencibir orang kalau kau sendiri seperti itu juga!" Timpal Chaiden.

"Tetapi, setidaknya aku lebih berani daripada kau, Hart! Dan, aku tidak bodoh! Aku ini pintar, tidak sepertimu!"

"Aku juga pintar, Halbert! Kau ini sengaja memancing emosiku atau apa, hah?"

"Memang sengaja. Kenapa, memangnya?"

Chaiden menatap sinis pada Asher di sebelahnya. "Kalau bukan teman, sudah ku tendang kau!" Ucapnya kesal.

Asher pun tertawa renyah setelah berhasil membuat Chaiden kesal. Chaiden ini mudah sekali kesal, sumbunya pendek. Sesuai sekali dengan elemennya, api.

Elan yang melihat pertengkaran kecil antara Chaiden dan Asher di hadapannya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengulas senyuman simpul. Namun, tak lama ia merasakan ada sesuatu yang lewat di belakangnya. Ia menengok ke belakang dan tidak menemukan apa-apa. Setelah itu, pemuda jangkung tersebut mencoba mengabaikannya saja.

Tak lama kemudian, sesuatu itu kembali melewatinya dari arah belakang. Elan berusaha tidak memedulikan sesuatu yang mengganggunya itu dan terus berjalan. Namun, sosok itu terus mengganggunya dan berhasil membuatnya sedikit kesal.

"Ada apa, Kak? Kenapa kau kesal begitu?" Tanya Haven yang melihat sang teman tertua terlihat sedikit terganggu oleh sesuatu yang tak kasat mata.

"Ada sesuatu yang terus lewat di belakangku dan itu mengganggu sekali," jawab Elan.

"Itu roh jahat yang mencoba mengganggumu, Elan."

Tiba-tiba, Nathan menyahuti ucapan Elan.

"Roh jahat?"

"Iya. Hei, roh jahat! Keluar kau!"

Tiba-tiba, roh jahat itu keluar dan langsung meninju perut Chaiden dengan keras hingga sang empunya meringis kesakitan sambil memegang perutnya. Chaiden yang masih di ambang kekesalan pun berteriak marah.

"Bangsat! Jangan meninju perutku, makhluk sialan!"

"Allard! Aku tahu itu pasti ulahmu! Jangan jadi pengecut! Muncullah kau, roh sialan!" Pekik Nathan penuh amarah, bahkan bola cahaya berwarna violet di tangan kanannya sudah siap dilemparkan kepada sosok itu jika muncul di hadapannya.

Allard, yaitu nama dari roh jahat yang mengganggu mereka bertujuh dan Nathan. Ah, tidak! Lebih tepatnya, Elan yang diganggunya.

Walaupun sudah diteriaki oleh Nathan, Allard tetap tidak mau muncul di hadapan mereka dan tetap dalam wujud tak terlihatnya. Sosok itu hanya tersenyum jahat di balik wujudnya dan sengaja ingin memancing amarah Nathan.

Namun, mendadak bola cahaya violet milik Nathan melesat ke arahnya dan membuat Allard berteriak keras. Teriakannya menggema di seluruh penjuru hutan, membuat ketujuh pemuda itu bergidik ngeri saat mendengarnya.

SEI ISLAND (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang