∶∶ 18 : KING OF THE SKY ∶∶

201 39 0
                                    

Di tengah badai salju, Kenzie berjalan dengan susah payah tanpa arah yang jelas seraya menghalangi wajahnya dengan lengan kanannya. Ia terjebak─ah, tidak! Lebih tepatnya, laki-laki berusia delapan belas tahun itu terkurung dalam daerah bersalju yang seolah-olah tidak ada ujungnya.

Terus melangkah dengan diri yang terus mencari jawaban, tiada petunjuk, dan tak tahu arah pulang. Ingin rasanya Kenzie menangis sambil berteriak sekeras mungkin karena rasa frustrasi yang makin menggerayangi tubuhnya, namun pikirannya sudah terlanjur kacau lebih dulu.

Kenzie penasaran. Sudah berapa lama ia berkelana tanpa arah? Kakinya lemah, tangannya memerah, dan tubuhnya sudah sedikit membeku.

Pada suatu waktu, Kenzie ambruk di tengah tanah bersalju dengan satu tetes air mata yang lolos dari salah satu pelupuk matanya. Lama-kelamaan, satu tetes air mata itu berubah menjadi tangisan dalam diam dengan penuh kefrustrasian.

"Aku hanya ingin pulang! Tolong beri aku petunjuk ataupun arah agar aku bisa pulang! Siapa pun ku mohon!" Ucapnya keras, bahkan hampir bisa dibilang berteriak.

Kalau saja ada orang yang berlalu lalang di sekitar sini, mungkin ia sudah dikira orang gila karena berteriak tidak jelas. Tetapi, anak itu tidak peduli.

"Ku mohon..."

"Hei, Nak!"

Suara seseorang dari arah utara samar-samar terdengar di telinganya. Dengan cepat, ia mengangkat kepalanya dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara tersebut. Kini, mulai sedikit ada harapan untuk Kenzie pulang.

Tepat setelahnya, badai salju yang seakan berusaha menerjang tubuh Kenzie perlahan mereda dan lenyap setelah embusan terakhir berlalu. Sekarang, laki-laki Xavier itu hanya melihat tanah bersalju yang luas dan cakrawala.

Melihat itu, Kenzie mulai bertanya-tanya. "Sesungguhnya, apa saja yang sudah ku lalui?"

Dari entah sejak kapan, ia bangun di sebuah hutan belantara dan mulai berjalan entah ke mana tujuan yang ia tempuh sebenarnya. Mencari sesuatu yang ia sendiri tidak begitu tahu apa yang sebenarnya dicari.

Setelah tubuhnya agak menghangat, dengan perlahan Kenzie bangkit dan berjalan dengan agak susah payah karena terhambat oleh salju setinggi mata kakinya. Ia masih mendekap dirinya karena semilir angin yang bertiup pelan, netra kucingnya berpendar ke segala arah di depannya.

Laki-laki itu kini mulai heran. Ia pun bergumam, "dari mana suara tadi? Lalu, kenapa suara itu tiba-tiba menghilang?" Gumamnya bertanya-tanya.

Puk!

"Astaga! Sial─"

Umpatan Kenzie terhenti tatkala seorang pria membungkam mulutnya dengan jari telunjuknya, kemudian ia pun berkata, "jagalah tutur katamu, anak muda. Saya tahu kamu kaget tadi, tetapi jangan sampai mengumpat juga. Apalagi, kamu hampir mengumpat di hadapan saya," tuturnya dengan raut wajah tenang, namun sedikit mengintimidasi.

Kenzie sedikit melangkah mundur dengan tatapan sinis. Apa-apaan orang ini? Siapa dia?

"Siapa Anda?!" Tanya laki-laki berlesung pipit itu dengan tidak santai.

Orang itu hanya tertawa pelan, lalu menjawab, "saya Ethan Ivander, seorang pemimpin pertama dari Klan Elco. Saya masuk ke mimpimu untuk memberi tahumu sesuatu yang amat penting sekaligus membantumu pulang."

"Oh, ya! Namamu siapa tadi?"

"Kenzie Xavier. Bisa dipanggil Kenzie atau Ken saja."

SEI ISLAND (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang