Onze

1.2K 219 16
                                    

Tidak salah memang kalau Tarani memberikan Zale gelar laki-laki paling menyebalkan versi nya.

Bagaimana tidak, pagi hari ini Zale sudah muncul di dalam kamar Tarani sambil berlutut di depan Tarani yang baru saja bangun dari tidurnya.

Zale melamar Tarani pagi ini?

"Woy daddy gila! Nyawa gue aja belum kekumpul bisa-bisanya lo muncul depan mata gue bawa cincin sama ini kenapa banyak balon gas di langit-langit kamar gue?" kata Tarani sambil menunjuk balon-balon yang terbang ke atas langit-langit kamarnya itu.

Zale ikut memandangi balon-balin berwarna campuran lilac dan putih itu.

"Kalau meletus barengan terus jantung gue kaget gimana? Lo mau gue meninggal hah?" tanya Tarani kesal.

Zale kini menunduk menatap Tarani
"Suudzhonan amat jadi orang lo," kata Zale yang kini sudah bangun dari berlututnya dan kini berdiri tegak.

Zale lalu melemparkan kotak beludru berwarna biru itu pada Tarani.

Dengan cepat Tarani langsung menangkapnya.

"Pasang sendiri cincinnya, jangan manja," gumam Zale.

"Dih kok gue mesti pasang cincin dari lo? Gue aja belum jawab apa-apa," protes Tarani yang kemudian membuka kotak itu dan mendapati ada cincin putih mahal di dalamnya.

"Cincinnya harga lima puluh juta, nanti lima puluh juta lagi gue transfer ke rekening lo," kata Zale sambil memperbaiki dasi di kemeja dalam tuxedonya.

"Hah? Apaan maksudnya ini? Lo nggak mungkin kasih ini semua gratis kan?" tanya Tarani bingung.

Zale tersenyum menyeringai. "Tumben lo pinter," puji Zale membuat Tarani agak kesal padahal dia dipuji Zale.

"Jangan bilang lo beneran mau nikah sama gue beneran? Gue masih mau milih laki-laki dulu yang lebih baik dari lo," jelas Tarani jujur.

"Bodoh banget lo, udah bagus dikasih cowok modelan gue masih aja mau cari yang lebih baik," gumam Zale tidak habis pikir dengan jalan pikiran Tarani.

"Gue bukan bodoh tapi memang andanya saja yang tidak sadar kalau anda tidak seluar biasa itu Tuan Isfandyar."

Zale memutar bola matanya. Sebelum akhirnya ia memandang Tarani lagi.

"Hari ini ada perayaan ulang tahun pernikahan nenek sama kakek gue. Lo tugasnya jadi tunangan gue. Itu disana gue udah siapin gaun sama sepatunya. Lo bisa dandan sendiri kan? Jadi kita nggak usah ke Salon cuma buat dandanin lo," jelas Zale yang kemudian melirik ke meja rias Tarani. Ada dua buah kotak disana.

"Kenapa harus gue?"

"Ya kan lo baby girl gue," jelas Zale.

"Dan kenapa harus jadi tunangan, kenapa nggak pacar dulu aja?" tanya Tarani lagi heran.

"Keluarga gue tau gue pacarnya banyak, kalau tunangan ya cukup satu jadi mereka bakal percaya lo pasangan gue kalau lo jadi tunangan gue," jelas Zale lagi.

"Jangan bilang lo mau dijodohin ya makanya bawa gue?" tebak Tarani iseng yang langsung dijawab anggukkan oleh Zale.

Tarani terkejut.

"Eh serius?"

"Ya nggak lah! Hidup gue mah bebas mau apa aja dan ngapain aja," jelas Zale membuat Tarani kesal sendiri.

"Gue keluar dulu ya kecuali lo mau gue mandiin," kata Zale sambil tersenyum menyeringai.

"Zal bentar!"

Zale menoleh pada Tarani yang sudah bangun dari kasurnya.

Tanpa permisi Tarani langsung berdiri di hadapan Zale dan memegang dasi Zale. Dia memperbaiki dasi Zale.

UncoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang