"Kamu sadar nggak sih dengan kamu membawa tunangan non resmi kamu itu buat orang-orang langsung memikirkan hal yang buruk soal keluarga Isfandyar. Dan kamu sudah mencoreng nama baik Isfandyar Zale!"
Zale memutar bola matanya malas.
"Di luar sana jadi banyak desas-desus kalau kamu menghamilinya jadi kamu terpaksa bertunangan dengan dia," racau papanya Zale lagi.
"Gimana mau hamil, pegangan tangan aja susah," dumel Zale dengan suara pelan dan seringaiannya mengingat Tarani agak susah diajak romantis olehnya.
"Kamu ngomong apa hah?"
"Udahlah sekali aja papa nggak bisa gitu nggak denger omongan orang lain? Zale udah gede Pa, udah tau apa yang Zale mau, ya Zale mau tunangannya sama Tarani. Makanya Zale tunangan sama Tarani," jelas Zale.
"Ya nggak bisa begitu Zal! Papa nggak bisa biarin kamu tunangan sama cewek sembarangan Zal!"
"Ya tapi Tarani bukan cewek sembarangan Pa!" protes Zale pada kata-kata ayahnya.
"Kamu dari dulu suka bawa cewek sembarangan memang papa nggak tau. Kamu sendiri sering bilang trauma buat komitmen dan kamu bawa-bawa perceraian papa dan mama untuk disalahkan atas rasa trauma kamu," papanya Zale langsung tersenyum sinis. "Atau kamu hanya berpura-pura trauma biar papa merasa bersalah? Kamu pikir papa merasa bersalah?"
"Jangan main-main sama trauma orang lain pa!"
"Papa nggak main-main! Papa cuma mengatakan hal fakta. Papa tau kamu, kamu bukan orang yang bisa berkomitmen dengan satu perempuan, kamu itu mirip papa Zal," jelas sang papa membuat Zale tersenyum menyeringai.
"Jangan samakan kebrengsekan anda dengan saya!"
Brugh!
Sebuah tinjuan dari papanya berhasil membuat Zale tersungkur. Tinjuan papanya ke wajah Zale sangat keras bahkan sudut bibir Zale mulai berdarah.
"Jaga bicaramu sama orang tua!"
Zale menyeka darah di sudut bibirnya.
"Lebih baik kamu pergi dari rumah ini saja kalau kamu merasa papamu ini brengsek tidak seperti kamu!"
"Oke, siapa takut!"
***
"Tar-"
Jeglek!
Pintu Apartement ditutup sebelum Zale berhasil masuk ke dalam atau bahkan membujuk Tarani.
Zale menekan bel serta mengetuk pintu terus-terusan berharap Tarani mengizinkannya masuk.
Tapi kenapa ia melakukannya? Bukannya dia biasanya bisa masuk ke Apartement ini tanpa izin Tarani.
Zale lalu mulai menekan beberapa tombol pasword kunci Apartement ini. Tangannya sudah berhasil membuka kenop pintu namun belum sempat ia masuk ia mendengar ponselnya berbunyi. Dia kemudian mengangkatnya.
"Ngapain lo?"
"Dih galak bener lo! Gue padahal cuma khawatir sama lo!"
"Dih Raya lo cewek gue aja bukan sok khawatir lo! Gue udah punya cewek dan nggak berniat nikah sama saudara sendiri jadi jangan ngarep!" jelas Zale sambil berharap Tarani mendengarnya.
Siapa tau Tarani jadi ke gr an.
"Najis Zal! Gue telpon lo karena gue dapet info dari salah satu temen gue yang pemilik hotel katanya nama lo di blacklist dari seluruh hotel yang ada di Bandung sama bapak lo. Lo ngapain beliau?"
Ayahnya Zale sudah mulai menggunakan kekuasaannya ternyata.
"Biasalah masalah bapak dan anak tampannya," sahut Zale santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncoincidence
RomanceGimana rasanya iseng jadi baby girl taunya sugar daddy nya musuh kamu waktu sma? Tarani akan menjawabnya. Jungri lokal.