Mata mereka kini saling bertatap. Bukan tatapan penuh cinta tentu saja. Tatapan yang lebih seperti keinginan untuk saling membunuh satu sama lain.
"Giliran gue kan?"
"Sure, tentu silahkan," kata Zale mempersilahkan Tarani mengambil kesempatannya.
Tarani lalu mulai mengambilnya. Benda kecil yang kemudian dikocok olehnya. Dan Zale hanya mengamati sambil menikmati pemandangan itu.
Bukan benar-benar pemandangan sebenarnya. Karena seolah ada api yang terpercik dari mata Tarani. Dan itu cukup menakutkan bagi Zale.
"Satu, dua, tiga, empat, Li- Yeaaayyyy gue menang lagi!" Sorak Tarani yang bidak birunya kembali berhasil masuk ke segitiga rumahnya.
Zale mendesah keras sementara Tarani terkekeh meledek Zale.
"Sini sini Zal majuan!" titah Tarani pada laki-laki yang rambutnya di kuncir ke atas itu.
Zale kesal tapi dia menuruti Tarani. Dia menggeser tubuhnya yang tengah duduk sila itu lalu membungkuk agar wajahnya dekat dengan wajah Tarani.
Jari-jari Tarani sudah siap di jidat Zale.
Dan plak! Jidat Zale terkena sentilan Tarani. Entah sudah berapa kali Zale merasakan itu. Mungkin sudah lima kali Zale kalah main ludo dengan Tarani.
Keberuntungan benar-benar seolah sedang tidak berpihak pada Zale atau justru sebaliknya.
"Dah yok main satu kali lagi?" Ajak Tarani.
Zale mendengus. "Apaan dari tadi satu kali lagi terus," tolak Zale.
"Ya gimana gue ketagihan mainnya.."
"Ya karena lo menang terus makanya ketagihan," cibir Zale.
"Dan lo kalah terus makanya udah nggak mau lagi main ludo nya," Tarani balas mencibir Zale.
Zale pun langsung terdiam.
Jika dipikir-pikir ini pertama kalinya dia menghabiskan waktu dengan seorang perempuan hanya dengan bermain ludo.
Zale lalu mengangkat tangan kirinya, dia memperhatikan jam yang ada di tangannya.
Jam nya sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Jam sebelas malam, waktunya baby girl gue tidur," kata Zale membuat Tarani menatapnya heran.
Zale mengangkat alisnya seolah bertanya 'apa?' pada Tarani.
"Baby girl? Lo punya bayi cewek?"
Zale memutar bola matanya. Tanpa basa-basi ia mendekati Tarani dan mulai menggendongnya.
"Baby girl gue kan lo bodoh!"
"Zale lepasin ih! Gue bisa jalan sendiri!" kata Tarani yang terus meronta saat di gendong Zale.
Dan..
Gubrak!
Tarani jatuh ke lantai karena Zale benar-benar melepas tangannya.
"A-aaa pantat gue," gumam Tarani saat jatuh ke lantai. "Kena geger pantat nih bisa-bisa."
Zale menyeringai, "mana ada geger pantat yang ada geger otak. Kecuali otak lo pindah ke pantat!"
"Dih ngeselin ya lo Zal!" Kata Tarani yang sudah bangun dari jatuhnya.
"Tidur sana!"
"Ya terus lo mau kemana?"
"Ya pulang lah," sahut Zale langsung kemudian tersenyum menggoda Tarani. "Kenapa? Lo pengen banget tidur sama gue sampai pagi? Ya harusnya tugas lo begitu sih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncoincidence
RomansaGimana rasanya iseng jadi baby girl taunya sugar daddy nya musuh kamu waktu sma? Tarani akan menjawabnya. Jungri lokal.