Sept

1.2K 232 19
                                    

Laki-laki itu membawa Tarani ke kamar lantai atas. Ia membuka pintu, masuk bersama Tarani lalu menutup pintu itu dengan cara membantingnya lalu menguncinya.

Cobaan apa lagi ini ya tuhan? Tarani sudah semakin takut di buatnya.

Dia benar-benar tidak berani mendongak menatap wajah laki-laki yang mulai menghampirinya itu.

Grep!

Laki-laki itu memeluknya lalu menempelkan dagunya di bahu Tarani. Bukannya balas memeluk, kedua tangan Tarani justru refleks mengelus rambut gondrong laki-laki itu.

Tarani sudah tau siapa laki-laki ini? Tentu saja. Wangi tubuh serta campuran parfum ini benar-benar tidak asing bagi Tarani.

"Katanya lo mau pulang besok?"

"Gue terlanjur kangen sama baby girl gue," kata Zale lembut.

Dan ajaibnya Tarani tidak kesal sama sekali bahkan ia masih membiarkan Zale memeluknya. Entah mengapa Tarani merasa nyaman dan aman dipeluk Zale seperti ini.

Apa karena kejadian tadi membuat pertahanan Tarani pada Zale melemah?

Atau Tarani terlalu takut Zale marah karena sudah memakai Apartement ini untuk pesta bahkan tadi membiarkan laki-laki itu hampir mencium Tarani?

Namun kenyamanan itu berakhir begitu ia merasakan pengait branya terlepas karena ulah jahil tangan Zale.

Dengan cepat Tarani mendorong tubuh Zale. Zale terkekeh begitu melihat Tarani kesulitan kembali mengaitkan pengait bra nya itu.

"Mau gue bantuin nggak?" tawar Zale menggoda Tarani.

"Nggak!" Sahut Tarani ketus.

Ia tidak menyangka jika Zale se pro itu. Padahal baju ini cukup ketat membuat Tarani saja kini kesulitan bagaimana mengaitkan kembali bra nya.

Zale masih terkekeh melihat Tarani masih sibuk dengan pengait itu.

"Harusnya gue curiga ya kenapa lo tiba-tiba meluk gue dan ngomongnya lembut banget," dumel Tarani pada laki-laki yang kini sibuk melepas jas dan dasinya.

Zale lalu membaringkan tubuhnya di kasur lembut itu sambil memperhatikan Tarani dari sana.

"Harusnya lo juga dorong laki-laki tadi kaya lo dorong gue Tar..."

Dan tepat setelah kata-kata Zale itu Tarani berhasil mengaitkan kembali pengait branya.

"Lo marah sama gue?" tanya Tarani yang dibalas dengan tatapan aneh Zale.

Seperti tatapan kesal namun di tahan.

Tarani menyadari tentu saja wajar jika Zale kesal padanya. Sudah jelas-jelas Tarani baby girl nya dan Apartement ini diberikan Zale padanya tapi Zale tadi justru melihat baby girl nya itu hampir dicium laki-laki lain di Apartement mereka.

Dan oh mengapa Tarani merasa seperti dirinya habis terciduk selingkuh oleh suaminya di rumah mereka?

Tarani lalu berbaring di sebelah Zale.

"Kenapa tadi lo nggak nonjok laki-laki itu? Kan biasanya kalau di film-film kan kalau nyelametin ceweknya si cowok langsung mukul laki-laki itu?"

Zale tersenyum. "Gue nggak mau jadi pusat perhatian dan rusak acara ini," jelas Zale lagi yang terlihat mengepalkan tangannya karena kesal.

"Oh bagus, bagus, tumben sekali seorang Zale Isfandyar tidak mau menjadi pusat perhatian," cibir Tarani membuat Zale hanya tersenyum menyeringai mendengarnya.

Dan Tarani bisa melihat kepalan tangan Zale melemah. Tarani lalu melirik Zale.

"Tapi Zal..."

Zale melirik pada Tarani juga. Mereka kini saling bertatapan di atas kasur yang sama.

UncoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang