Neuf

1.3K 241 26
                                    

Suasana benar-benar tegang dan hening di rumah itu.

"Dih kenapa jadi tegang gini sih suasananya?" Protes Hardian yang langsung membawa makanan yang dibawa Zale ke depan ayahnya.

"Yah, Lihat nih calon suami Kak Tarani bawa makanan yang banyak buat naklukin hati ayah sama ibu," kata Hardian membuat semua masih terdiam.

Terlihat ayah dari Tarani dan Hardian memperhatikan lebih jelas penampilan Zale malam ini.

"Itu... Tato asli?" tanya ayah Tarani sambil menunjuk ke arah lengan Zale.

Zale menganggukkan kepalanya. "Iya ini tato asli om..."

"Kok nggak ditutupin? Biar kelihatan garang di depan saya?" Cibir ayah Tarani.

"Bu-bukan om!" sanggah Zale cepat.

"Lantas kenapa?"

Zale tersenyum. "Saya cuma pengen jujur aja sama keadaan saya ke keluarganya Tarani. Ya saya begini adanya... Saya rambutnya gondrong, tatoan, terkesan tidak rapi memang. Tapi saya nyaman jadi diri saya sendiri senyaman saya jalanin hubungan sama Tarani," jelas Zale membuat Tarani rasanya ingin muntah.

Tarani kalau bisa mengacungi keempat jempolnya dia ingin memberikannya saat itu juga untuk mengapresiasi akting Zale sebagai pacarnya yang terasa luar biasa itu.

"Jadi pekerjaanmu apa?"

Zale mulai menjelaskan pekerjaannya pada ayah Tarani sementara ibu Tarani membawa Tarani dan Hardian jauh dari mereka ke dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi dibawa Zale.

"Jujur, ibu mah masih belum sreg sama Zale, Tar..." kata Ibunya pada Tarani yang tengah sibuk mencari piring.

"Dih ibu, yang pacaran kan Kak Tarani kenapa ibu yang repot?" tanya Hardian yang langsung diam ketika ibunya memelototinya.

Hardian akhirnya memilih untuk mengantarkan makanan yang sudah disajikan di piring ke ruang tengah daripada mendengar dumelan sang ibu.

"Liat aja badannya tatoan, rambut gondrong, ya walaupun emang ganteng tapi tetep aja kalau gitu mah kaya anak nakal," jelas ibunya.

Anak nakal?

Tarani seolah kena sindiran sang ibu. Anaknya ini juga anak nakal. Kalau bukan anak nakal ia tidak mungkin sampai membawa Zale ke rumah ini sekarang.

Apa sudah terlambat untuk Tarani menjadi anak baik seperti dahulu?

"Bener kata Agus si Zale nggak baik untuk kamu," tambah ibunya lagi membuat Tarani memutar bola matanya malas.

Jujur saja mendengar nama kakak sepupunya itu benar-benar membuat Tarani kesal. Jika saja dia tidak mengadu soal Zale pada orang tua Tarani, Tarani pasti tidak perlu kebingungan seperti sekarang. Dia tinggal menjalani tugasnya menjadi baby girl Zale dengan baik sampai Zale sudah tidak menginginkannya bukan malah Zale jadi sosok pacar untuknya.

"Ibu nggak boleh gitu... Jangan nilai orang dari penampilannya aja. Kalau ibu kaya gini nanti ibu bisa-bisa diculik sama cowok ganteng rapi nggak tatoan karena ibu mikirnya yang nggak tatoan itu orang baik," jelas Tarani yang walaupun malas membela Zale tapi ia tetap melakukannya agar aman.

"Ya tapi tetep aja-"

"Dah yuk udah beres mending ke depan gabung sama Ayah, Zale sama Hardian," ajak Tarani pada ibunya agar mereka kembali ke ruang tengah.

Terdengar suara tawa ayah Tarani, Zale dan Hardian pecah. Tarani terkejut. Bisa-bisanya Zale berhasil menaklukan ayahnya.

***

UncoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang