"Hp nya gimana daddy?" tanya Tarani hati-hati.
Yang ditanya lagi sibuk mengecek handphone nya.
"Baru kali ini gue ngerasa bersyukur beli hp bagus," sahutnya yang kemudian mulai memakan mie nya.
Mendengat jawaban Zale membuat Tarani bisa bernapas lega. "Nah kan apa aku bilang! Badan aku tuh ringan Zal!"
"Zal? Tadi aja bilangnya daddy kok sekarang Zal lagi?" protes Zale.
Tarani memutar bola matanya. "Ya lo segitu obsesinya pengen dipanggil daddy sama gue?"
"Bukan obsesi tapi lebih ke kewajiban lo lah!"
Tarani hanya bisa mencibir laki-laki yang kini sibuk memakan mie nya.
"Zal?"
"Apa?"
"Lo nggak bakal lama kan tinggal disini?"
Zale menghentikan makannya dan terlihat berpikir. "Kenapa? Lo nggak suka liat gue lama-lama disini?"
"Ya itu mah jelas Zal."
Zale langsung geleng-geleng kepala.
"Tapi-"
Zale kemudian menatap Tarani penasaran.
"Tapi gue lebih khawatir ke lo sih. Kan lo kabur dari rumah dan tinggal disini pasti karena lo ada masalah kan ya sama keluarga lo. Ya kalau lo lama disini berarti masalah lo sama keluarga lo nggak selesai-selesai. Dan gue nggak mau itu terjadi," jelas Tarani membuat Zale mengerjapkan matanya tidak percaya.
"Lo... khawatir sama gue?"
Tawa Tarani langsung pecah. "Ya nggak lah. Gue khawatir sama diri gue kalau lo lama-lama ada disini. Gue takut lo apa-apain Zal."
Zale pun langsung bangun dari duduknya dan mendekati Tarani bersiap seolah akan menerkam Tarani.
"Ampun Zal ampun!" Kata Tarani menyerah.
***
Tarani bangun dari tidurnya lalu berjalan melewati Zale yang berdiri sambil terlihat tengah memakai dasi. Tarani yang belum sadar sepenuhnya itu memperhatikan bagaimana Zale memakai dasi. Lama sekali. Zale rupanya kesulitan memasang dasinya sendiri.
Tarani pun menghampiri Zale dan berdiri di hadapan laki-laki yang sepertinya tidak sadar akan keberadaan Tarani karena Zale sibuk menunduk memperhatikan dasinya.
Tanpa permisi dan dalam keadaan belum sadar sepenuhnya membuat Tarani menyentuh dasi Zale. Zale akhirnya mengangkat wajahnya dan memandangi Tarani yang kini sibuk dengan dasi yang sudah tidak di pegang lagi oleh Zale.
"Pasti lo kebiasaan dipasangin dasi sama sekertaris sexy lo atau sama asisten rumah tangga lo atau sama adik atau mungkin sama mama tiri lo itu ya sampai-sampai nggak bisa pasang dasi sendiri?" tanya Tarani sambil mencoba memasangkan dasi yang benar untuk Zale.
"Kenapa emangnya kalau dipasangin sama mereka? Cemburu lo?" Goda Zale pada Tarani yang langsung melepaskan dasi yang tengah di pegangnya itu.
"Idih percaya diri banget lo!" Sanggah Tarani sementara Zale terkekeh.
Melihat Zale terkekeh membuat Tarani makin kesal.
"Nyesel gue bantuin lo pasang dasinya."
"Percuma nyesel, dasi gue udah terpasang rapi sama lo," kata Zale yang kemudian tanpa permisi mengecup kening Tarani.
"Thanks ya..."
Otak Tarani sedikit nge lag. Beberapa saat kemudian Tarani baru menyadari sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncoincidence
RomanceGimana rasanya iseng jadi baby girl taunya sugar daddy nya musuh kamu waktu sma? Tarani akan menjawabnya. Jungri lokal.