Mereka baru saja tiba di Parkiran Apartement. Zale sudah keluar dari mobil tapi Tarani masih sibuk di dalam mobil. Ada apa sebenarnya?
Zale langsung muncul di kaca mobil samping Tarani.
"Kok nggak turun?"
"Ada sesuatu yang gue lupa beli Zal..." sahut Tarani membuat kening Zale berkerut samar.
"Apa?"
Tarani terlihat celingukan memperhatikan sekeliling. Melihat hal iti Zale justru mengikuti Tarani sambil berpikir apa yang kelupaan sampai membuat Tarani harus memastikan kondisi sekitarnya dulu?
"Zal..."
Zale menoleh karena Tarani memanggilnya. Tarani lalu memberi kode agar Zale mendekatkan telinganya ke bibir Tarani.
"Gue lupa beli pembalut," bisik Tarani membuat Zale akhirnya paham sekaligus heran karena tumben sekali Tarani memiliki rasa malu.
"Kirain apaan."
"Bukan kirain apaan ih. Tapi besok udah masuk jadwalnya," jelas Tarani membuat Zale tersenyum menggodanya.
"Widih lagi masa subur dong sekarang lo?"
"Zale ih!" Kata Tarani kesal karena Zale justru menggodanya.
"Ya terus gimana?"
Tarani lalu tersenyum sambil memamerkan giginya. "Tolong beliin boleh nggak Zal?"
"Beliin? Gue? Beliin pembalut?"
Tarani mengangguk cepat.
"Gengsi gue lah!"
"Zal jangan gitu ih! Kan lo yang bisa bawa mobil. Kalau gue yang bawa, nabrak mau?" protes Tarani.
"Ya kenapa nggak berdua aja?" tanya Zale heran.
Ya benar sih. Tapi...
Tarani mendengus. "Gue laper soalnya."
"Makanya tadi ditawarin makan dulu tuh mau bukan malah salah tingkah karena dikira pengantin baru," goda Zale mengingat kejadian tadi di Supermarket.
"Gue mau makan masakan gue sendiri," sanggah Tarani membela diri.
"Ya tapi tetep aja masa gue beli pembalut."
"Ya nggak apa-apa. Emang kenapa sih?"
Kini giliran Zale yang mendengus.
"Ya udah lo turun gue cari warung atau supermarket terdekat."
Senyum langsung mengembang di wajah Tarani.
Tarani lalu membuka pintu mobil dan turun dengan perasaan bahagia. Dia lalu membawa belanjaan mereka itu.
"Nggak mau gue bawain?"
"Nggak usah biar cepat," sahut Tarani membuat Zale mengangguk lalu kembali masuk ke dalam mobilnya.
Tarani lalu tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Bye daddy!"
***
"Kebetulan sekali kita ketemu disini."
Tarani yang tengah menunggu lift langsung menoleh pada perempuan yang baru saja muncul keluar dari dalam lift.
"Kakak gue nya mana?"
Pertanyaan Delia membuat pintu lift yang Tarani tunggu tertutup lagi karena Tarani pasti mau tidak mau harus meladeni dulu adik tirinya Zale ini.
Tarani mengedikkan bahunya. "Nggak tau," sahut Tarani berbohong.
Tarani sengaja berbohong karena jujur saja dia malas kalau harus terseret ke dalam masalah keluarganya Zale.

KAMU SEDANG MEMBACA
Uncoincidence
RomantizmGimana rasanya iseng jadi baby girl taunya sugar daddy nya musuh kamu waktu sma? Tarani akan menjawabnya. Jungri lokal.