Lagi-lagi Zale dan Tarani saling bertatapan seperti malam sebelumnya, hanya saja mereka kini membawa senjata masing-masing. Zale dengan sendok sayur yang berhasil direbutnya dari Tarani sementara Tarani memegang sepasang sumpit stainless.
"Un, Deux, Tr-" Zale mulai berhitung dengan angka Prancis.
"Trois!"
Dan Zale berhasil mendapatkan lebih banyak mie kuah itu dalam mangkuknya. Mereka saat ini tengah bersaing untuk mendapatkan makan malam mereka yang tadi dibuat Tarani. Tarani malas berbagi dengan Zale tapi Zale terus memaksanya agar Tarani memberikannya bagian. Dan akhirnya terjadilah perebutan mie kuah yang tentu saja dimenangkan oleh Zale.
Tarani mendengus lalu menaruh sumpitnya kasar di atas meja. Ia merasa kesal dengan kebodohannya yang memilih bertanding dengan sumpit yang tentu saja lebuh sulit digunakan untuk mengambil mie kuah.
Tarani memandangi mangkuk Zale lalu ke mangkuk dirinya bergantian. Mangkuk milik Zale memiliki mie lebih banyak daripada Tarani yang hanya mendapatkan beberapa helai saja.
"Selamat makan!" Kata Zale senang sementara Tarani menatapnya kesal.
Zale mulai menyuapkan mie ke dalam mulutnya dengan gaya yang membuat Tarani ingin melemparkan panci sisa kuah mie sedikit itu padanya. Zale benar-benar terlihat menggodanya.
"Makanya punya otak tuh dipakai! Ya kali sumpit mau ngalahin sendok sayur," cibir Zale.
Tarani kesal dengan sindiran Zale tapi dia tidak mau terlihat kalah.
"Jangan seneng dulu, gue sengaja kalah karena emang porsi makan gue kalau malam ya memang segini," kata Tarani yang mulai memakan selembar mie nya sementara Zale terkekeh sambil menahan tawa.
Dan tawa Zale langsung lepas begitu mendengar suara perut Tarani.
"Kasihan sekali yang diet ya," cibir Zale pada Tarani yang sudah menghabiskan mie nya itu.
"Gini deh, semuanya buat lo asal lo bisa ngalahin gue."
Kening Tarani mengkerut. "Emang mau main apa lagi?"
Zale menyeringai lalu memasukkan selembar mie panjang ke dalam mulutnya lalu memberi kode Tarani untuk makan mie di ujung satunya lagi. Tarani yang mengerti hal itu langsung menolaknya.
"Nggak ah nggak mau, lo mah kesempatan dalam kesempitan," kata Tarani menolak keras ajakan Zale.
Zale menelan mie nya sebelum akhirnya kembali berbicara.
"Bilang aja lo takut kalah!"
Emosi Tarani langsung memuncak, Tarani lalu mengambil selembar mie dari mangkuk Zale lalu memasukkan ujung mie ke dalam mulutnya. Melihat hal itu Zale tersenyum lebar.
Zale pun mendekatk Tarani dan mulutnya perlahan memakan ujung mie itu.Mereka berdua perlahan mulai bergegas memakan selembar mie mereka bersama sampai akhirnya mie tersebut hanya menyisakan sekitar tiga sentimeter dari jarak wajah mereka berdua. Ada senyum tak terbaca di wajah Zale dan Tarani menyadarinya.
'Oh sialan!'
Ini jebakan Zale agar mereka bisa berciuman, pikir Tarani.
Dan Tarani yang tentu saja tidak mau melakukannya langsung segera memajukan bibirnya semakin dekat ke bibir Zale sampai akhirnya dia putuskan mie itu sebelum bibir mereka berdua menempel.
Tarani langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Zale begitu misinya berhasil. Zale terlihat terdiam sebentar sebelum akhirnya kembali ke dunia mereka.
"Gue menang!"
Zale hanya mengangguk merespon kata-kata Tarani. Dan untuk menghilangkan kecanggungan Tarani langsung merebut mangkuk Zale. Tarani mulai memakan mie sisa milik Zale dengan sumpitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncoincidence
RomanceGimana rasanya iseng jadi baby girl taunya sugar daddy nya musuh kamu waktu sma? Tarani akan menjawabnya. Jungri lokal.