🍼BR 14🍼

5K 307 2
                                    

Bandara Soekarno-Hatta

Olivia dan Reon berjalan beriringan keluar dari bandara. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, dan entah kenapa Reon kini merasa lapar.

"Mommy.."

"Kenapa hm?"

"Eon laper.." rengek Reon sambil menepuk perutnya yang sedikit buncit itu.

Olivia terkekeh, dia mengangguk dan membawa Reon menuju Restoran didekat bandara.

Setelah makan, mereka pun bergegas ke Mansion milik Olivia.

Dan setibanya disana Olivia sungguh Shock.

Kejutan yang sangat tidak disukai inginkan.

Keluarga yang ia benci kini ada di hadapannya.

"Sayang.!!" sapa Lidia a.k.a mama tiri Olivia sambil memeluk Olivia erat.

Olivia tahu pelukan ini hanya formalitas saja, karena sang papa ada disini. Atau yang biasa disebut caper?

Olivia diam tak membalas pelukan itu, tapi pegangan pada tangan Reon mengerat. Reon menatap Olivia dia tersenyum penuh arti didalam hati.

Mommy benci mereka ya ternyata.

Merasa tak ada balasan Lidia melepas pelukan itu. Dia tersenyum canggung tapi berbeda dengan hatinya yang sudah menyumpah serapahi Olivia.

"Ngapain ke sini?" tanya Olivia menatap dingin mereka semua setelah duduk disofa single dengan Reon yang duduk di pangkuannya.

"Kami rindu sama kamu, nak" ujar papa tirinya-Bryan.

Lidia mengangguk setuju.

"Jaga tatapan kamu itu,Danira" ucap Olivia penuh penekanan menatap tajam Danira, adik tirinya yang terus menatap penuh nafsu kearah Reon.

"E-eh uhmm dia siapa kak?" tanya Danira dengan suara yang di lembut lembutkan.

Ah mereka baru menyadari bahwa Olivia membawa seorang lelaki kerumah ini.

"Iya siapa dia sayang?"

"Suami saya" ujar Olivia singkat.

Tentu saja ucapan Olivia mengagetkan mereka.

"APA?!"

"Kamu menikah tanpa persetujuan kami Olivia?!" bentak Bryan.

Olivia memutar bola matanya malas.

"Untuk apa saya meminta persetujuan anda? Anda bukan siapa siapa saya" jawab Olivia dan hendak berjalan pergi tapi perkataan Lidia menghentikan langkahnya.

"Tak tahu diri kamu Olivia, tentu saja kamu butuh persetujuan kami, kami keluargamu. Dan lagi suami kamu itu seperti nya jauh lebih muda usianya dari kamu. Kenapa tidak kamu ceraikan dia dan nikahkan dia dengan adikmu? Bukan kah mereka seumuran?"

Danira mengangguk dengan semangat.
"Iya kak, ceraikan saja. Biarin dia jadi suami aku"

Reon yang berdiri disamping Olivia menatap keluarga itu aneh, bukan kah mereka yang pantas disebut tidak tahu malu? Meminta Olivia menceraikannya yang notabene nya baru sehari mereka menikah.

"Gila" gumam Olivia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya. Tak memperdulikan panggilan dari keluarganya itu.

Olivia melangkah menuju kamar mereka.

🍼🍼

Malam harinya, Olivia dan Reon sedang makan malam bersama. Yah tidak lupa pula dengan keluarga tidak tahu malu itu. Olivia sudah menyuruh mereka pulang, tapi mereka bersikeras ingin menginap.

Menginap atau ingin mengambil uang?

Olivia berdecih malas.

Reon merasa risih terus ditatap penuh nafsu oleh Danira.

Jijik gue anjing, gli bangsat batin Reon bergidik.

Dia imut, harusnya dia jadi milikku bukan milik Olivia si jalang ini. Lihat saja aku akan merebutnya. Batin Danira tersenyum licik.

Selesai makan malam, mereka bersiap menuju kamar masing masing.

"Mau kemana?" tanya Olivia menginterupsi Bryan, Lidia, dan Danira.

"Ke kamar" ujar mereka.

"Kamar kalian disana" tunjuk Olivia kearah kamar disudut bawah tangga dekat dengan kamar para maid.

"Lantai atas khusus untuk saya dan suami saya, tidak boleh ada yang kesana kecuali kami berdua" lanjutnya.

Lidia hendak protes tapi ditahan oleh Bryan. Dengan terpaksa mereka tidur disana.

Sekitar pukul 11 malam Reon terbangun karena merasa haus. Dia berjalan keluar dari kamar, dan menuruni tangga. Tapi saat melewati kamar Lidia dan Bryan dia mendengar sesuatu yang sangat menarik.

"Kapan kamu mau ngambil perusahaan itu mas?"

"Sabar sayang, kita masih harus menarik perhatiannya agar dia lengah dan saat dia lengah kita baru bisa mengambil semua aset miliknya"

"Yah seperti kamu menarik perhatian ibunya lalu kamu membunuhnya bukan?"

"Ya, mereka sangat bodoh. Terutama ibunya, bisa bisanya dia menikah dengan pembunuh suaminya sendiri"

Reon yang mendengar itu mengepalkan tangannya.

Sialan.

Dia menghela nafas dan melanjutkan lagi langkahnya ke dapur supaya mereka tak curiga.

Saat menuangkan air ke dalam gelas, Reon merasa ada yang memeluknya dari belakang. Dia tahu siapa ini.

"Sayang, kamu harus jadi milikku. Kalau kamu jadi milikku aku akan kasih kamu jatah setiap hari" ujar Danira sensual.

Reon yang mendengar bisikan itu serasa ingin muntah. Dia menyentak tangan Danira hingga dia terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Menjijikan!" desis nya lalu berlalu pergi meninggalkan Danira yang mengepalkan tangannya penuh emosi.

Jangan kalian kira karena dia memiliki little space dia tak bisa bertindak kasar. Dia bisa melakukan itu karena itu adalah sifat aslinya.

Bersambung....

Maaf baru up:(

Rainbow ngerasa gak pede sama cerita ini, takut gak sesuai ekspektasi kalian:(

My Baby ReonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang