16. Tentang Jisung: Jisung Gak Suka Berdarah

119 13 2
                                    


Selamat datang di bab 16. Bab dimana kalian akan dibawa mundur untuk sementara, dibawa mundur dan diceritakan kisah tentang Jisung, Jisung dikala usianya masih kecil atau dibilang kanak-kanak.

Selamat datang di kehidupan Jisung, kehidupan yang baginya sangatlah tidak mudah, namun dengan keteguhannya ia masih mampu bertahan.

Mari kita simak beberapa tentang cerita hidupnya.

~Happy reading~

8 Tahun lalu...

Langkah kaki itu terdengar dengan jelas ketika dihentakan ke lantai. Langkah kaki yang sedikit cepat juga sepertinya terburu-buru. Itu adalah langkah kaki Jisung.

Kala itu anak tersebut berusia 7 tahun. Ia berlari dari kamarnya yang penuh dengan mainan berserakan ke sang ibunda yang berada di lantai bawah tepat di ruang tengah dimana keluarganya sering menonton televisi bersama.

Sang ibunda yang sedang membaca majalah sudah dapat mendengar langkah kaki Jisung yang berlari.

"Jisung jangan lari," tegur sang ibunda dari kejauhan namun justru teguran itu tidak dapat didengar oleh Jisung. Jisung masih tetap berlari.

"Sung... -" bibir sang bunda yang hendak menegur Jisung kembali menjadi bungkam ketika melihat putranya tepat di depannya.

"Bunda..., Jisung berdarah." Anak itu menutup bagian hidung hingga mulutnya, berusaha menahan agar darahnya tidak terus mengalir keluar.

Namun nihil usahanya tidak berhasil. Semenjak berlari pun ia sudah menutupi area hidung hingga mulutnya namun darah tetap saja mengalir. Bahkan sekarang baju yang tengah dipakainya menjadi kotor karena terlihat noda warna merah darah yang mengalir dari hidungnya tadi.

Bundanya pun mengangkat tubuh Jisung dan mendudukannya di sofa.
Sang bunda menyuruh Jisung untuk sedikit mencondongkan badannya ke depan agar darah tidak masuk ke tenggorokannya dan mencubit dengan ringan hidung dengan kedua jarinya selama sang ibunda beranjak mengambil es batu yang dilapisi kain untuk menghentikan mimisan.

"Dokter.. Dokter.." panik bunda Jisung dari telepon. Ia menelepon dokter untuk datang ke rumahnya sembari mengompres hidung Jisung dengan es batu yang dilapisi kain.

Selanjutnya, bunda Jisung menelepon sang suami. "Pah... Jisung mimisan lagi." suara sang ibunda sedikit lirih di balik telepon.

"Papa akan kesana." dapat didengar dengan jelas jawaban sangat ayah yang panik di balik telepon oleh Jisung. Ia dapat mendengarnya karena berdekatan dengan sang bunda.

"Sebentar ya nak, dokter sebentar lagi datang," bundanya berucap dengan kekhawatiran yang terus melanda sembari terus berusaha menghentikan mimisan di hidung Jisung dengan mengompresnya.

Jisung mengangguk mendengar jawaban dari sang bunda dan secara perlahan darah dari hidungnya mulai berhenti mengalir. Jisung pun mencoba melirik tangannya.

"Bunda..," ucapnya lirih. "Jisung gak suka berdarah, kulit putih Jisung jadi kotor."

Sang bunda tertegun mendengar ucapan putra kecilnya. Dapat ia lihat juga jika kedua tangan putranya yang memang benar-benar putih kini menjadi kotor karena darah yang mengalir dari hidung dan sebelumnya tangan tersebut digunakan untuk menahan darah yang terus mengalir keluar.

I Promise - Haechan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang