18. Bunda

132 17 1
                                    

"Haechan gak bisa bener ya di mata ayah?"

~Happy reading~

Dengan tubuh menggigil, Haechan menyandarkan punggungnya di sofa. Ia mengeratkan jaket yang Taeyong pinjamkan padanya.

"Maaf jadi ngerepotin," ujar Haechan. Ia merasa tidak enak karena merepotkan Taeyong serta Hwa Young yang rela menjemputnya bahkan dengan menerjang derasnya hujan.

"Siapa yang ngerepotin sih Haechan?" tanya Irene yang merupakan mama Hwa Young. Wanita itu telah pulang dari kerjanya dan mendengar penjelasan khusus dari Taeyong. "Gak apa-apa. Taeyong juga gak keberatan, tante juga senang kalo kamu disini. Kamu kan anak baik," puji Irene. Memang bagi Irene sendiri Haechan adalah anak yang baik. Terlihat dari cara anak tersebut yang berteman dengan putrinya.

"Anak baik", 2 kata yang membuat perasaan Haechan menghangat. 2 kata yang Haechan harapkan dapat ia dengar dari sang mama, namun nyatanya kata itu ia dengar dari orang lain. Seorang wanita yang menjadi bunda dari temannya.

Begitu sulit ya? Sulitkah mama Haechan memberikan 2 kata itu padanya? Kenapa jadi orang lain yang memberikannya?

Tak apa, Haechan sangat bersyukur meski orang lain yang mengucapkannya.

Tapi kini Haechan memiliki pertanyaan lain di kepalanya. Kenapa Hwa Young membenci hidupnya sendiri? Gadis itu memiliki kasih sayang keluarga meski keluarganya sendiri tidak lengkap karena kehilangan sosok ayah.
Harusnya gadis itu bersyukur masih memiliki kasih sayang. Tidak seperti Haechan yang keluarganya lengkap namun tidak merasakan kasih sayang.

"Makasih tante," ucap Haechan senang dan ia pun tersenyum.

"Jangan panggil tante, panggil aja bunda."

Pernyataan dari Irene membuat Haechan terdiam.

"Bu... Bunda? Gak apa-apa?" tanya Haechan ragu. Ia justru merasa canggung jika memanggil Irene dengan sebutan bunda. Ia takut jika hal itu membuat tidak nyaman, namun nyatanya Irene malah meminta Haechan memanggilnya bunda.

"Gak apa-apa, panggil aja bunda. Bunda aku baik, aku juga gak keberatan kalo berbagi bunda sama kamu," Hwa Young langsung menjawab pertanyaan Haechan yang ragu-ragu tersebut.

"Hahha," Irene tertawa mendengar perkataan putrinya. Berbagi bunda katanya. "Iya tuh. Anaknya aja udah izinin, jadi gak apa-apa, panggil aja bunda."

Haechan tersenyum bahagia dan mengangguk. Rasanya ia seperti diberikan berkat lebih oleh Tuhan.

Jadi ia memiliki 2 ibu?
Satu mama dan satu bunda.

.

.

.

Hujan diluar masih sangat deras. Entah sampai kapan ia akan akan berhenti. Disaat itu pula, Haechan dan Hwa Young hanya terfokus terhadap tugas yang mereka kerjakan.

Hwa Young mengerjakan tugasnya dengan lancar tanpa adanya gangguan lupa dengan pelajaran ataupun yang lainnya. Namun Haechan, ia terkadang menggaruk pelipisnya dengan ujung bagian belakang pulpen yang tumpul. Ia bingung bahkan lupa dengan konsep pelajarannya. Alhasil ia pun mengambil beberapa buku pelajaran yang dapat membantunya.

Hwa Young melirik Haechan, ia tahu jika Haechan kebingungan dan ia hendak membantu karena tugasnya telah selesai.

"Ayo aku bantu," Hwa Young mendekat ke arah Haechan.

I Promise - Haechan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang