"Seperti lirik lagu 'Laskar Pelangi', yang berbunyi bahwa 'mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia'."
~Happy reading~
Malam ini, di dalam sebuah cafe yang sudah tutup milik keluarga Renjun, Haechan dan temannya yang lain sedang berlatih memainkan musik yang akan mereka pertunjukan di acara ulang tahun sekolah. Mereka memilih berlatih disana atas ide Renjun. Renjun sengaja memanfaatkan cafe milik orangtuanya yang yang memang sedang ditutup.
"Latihannya sampai sini aja?" tanya Renjun.
"Sampai sini aja, kita udah sering latihan dan ini juga udah memuaskan. Kita istirahat supaya gak capek," Haechan menjawab.
"Yaudah, kita pulang yuk," ajak Mark.
Mark dan Renjun pun pulang bersama sedangkan Haechan pergi ke suatu tempat bersama Hwa Young untuk menunggu Taeyong yang akan menjemput. Entah kenapa gadis itu selalu saja mengikuti Haechan, tapi Haechan tidak keberatan. Gadis itu selalu bisa menjadi penyemangatnya.
Cafe yang dimiliki orangtua Renjun ditutup karena memang jadwalnya yang untuk libur sementara waktu, cafe itu sangatlah bagus karena berlokasikan di dataran tinggi.
Haechan sendiri membawa Hwa Young ke suatu tempat dimana terdapat sebuah kursi panjang dengan lampu menerangi tempat tersebut. Letaknya yang berada di dataran tinggi membuat mereka dapat melihat suasana indahnya kota dari atas. Kota yang dipenuhi oleh cahaya lampu dari kendaraan. Suasana juga semakin lengkap dengan ditemani sinar rembulan juga bintang yang bertaburan.
"Tempat nya indah," Hwa Young berucap dengan kagum. Matanya berbinar menatap ke arah bawah kota bergantian dengan langit malam.
"Iya, kayak kamu."
Hwa Young terdiam dengan ucapan Haechan. Wajahnya sedikit memerah karena malu.
"Apasih Chan," Hwa Young tersipu malu, perkataannya pun disertai sedikit cekikikan kecil di akhir.
"Beneran, kamu itu sesuatu yang paling indah yang pernah aku temukan." Haechan menatapnya. "Kamu cantik, hati kamu juga baik, kamu paling indah."
Hwa Young mengalihkan pandangannya, ia berfokus menatap keindahan kota dan menghindari kontak mata dengan Haechan. Malu.
Selama beberapa saat mereka terdiam, menikmati indahnya kota. Hingga akhirnya Hwa Young mencoba bersuara untuk menghentikan kecanggungan .
"Chan," panggilnya. "Kamu tahu gak kalo selama ini aku gak pernah punya mimpi ataupun cita-cita di masa depan."
Haechan sedikit terkejut dengan penuturannya. Tidak punya mimpi?
"Aku pernah bilang kan sama kamu, kalo hidup aku itu gelap. Itu karena aku gak punya mimpi, kebanyakan orang hidup untuk mencapai impian di masa depannya, kan? Memiliki tujuan hidup untuk kedepannya, sedangkan aku gak punya. Aku gak punya dan seolah-olah aku hidup hanya untuk membuang waktu dengan sia-sia, tidak pernah memiliki tujuan," Hwa Young menjelaskan.
"Harusnya jangan begitu," Haechan menggenggam tangan Hwa Young. "Dulu, ada salah satu lagu Indonesia yang memiliki lirik dan berarti seperti ini, 'Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia'. Artinya mimpi dalam hidup setiap orang itu berharga, kamu harus punya mimpi, punya cita-cita agar bisa menaklukan dunia yang berarti orang-orang menganggap kamu itu bisa, kamu itu ada dan hebat. Kamu tidak direndahkan."
"Kamu itu kayak cahaya Chan,"
"Maksudnya?"
"Hidupku aku bilang gelap karena tidak memiliki mimpi, tapi kamu tiba-tiba datang dengan seribu ucapan yang menyadarkan aku akan pentingnya mimpi. Kamu ibaratkan seperti cahaya yang datang ke dalam hidupku yang gelap."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise - Haechan [TERBIT]
Fanfiction"Hidup adalah sesuatu yang harus kita jalani dan syukuri." - begitu katanya. Kata dia yang selalu kuat meski semesta menerkamnya dengan rasa sakit bahkan ketidak adilan. Dia yang katanya berjanji tidak akan pergi. Dia yang memberi tahu bahwa mataha...