14

50 13 0
                                    

Fiki kini sudah sampai dirumah, ia berlari dengan tergesa gesa menuju lantai atas, ia melupakan sesuatu, ia memutar knop pintu dan menghela nafas lega karena sesuatu yang dilupakannya sedang terlelap dengan tenang diatas tempat tidur tapi ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya, ada seorang pemuda yang tertidur dengan posisi duduk disampingnya, tangan mereka saling menggenggam dan terlihat seperti tak ingin untuk ditinggalkan. Fiki melangkahkan kaki nya menuju ranjang itu ia melihat wajah damai kakaknya yang sedang tertidur dengan pulas, seulas senyum terpancar diwajah tampannya. Tangannya mulai mengelus rambut  aluna dengan lembut dan penuh kasih sayang, fiki lalu membangunkan shandy dengan hati hati dan menepuk pundak ya beberapa kali, shandy yang setengah sadar pun memberikan tatapan yang seolah bertanya "ada apa?" dan dijawab oleh fiki

"tidurnya dikamar aja bang, pegel kalo tidur begitu"

"iya gue balik ke kamar dulu ya fik, kalo ada apa apa ama aluna langsung panggil gue" ucap shandy yang kini berjalan menuju ke kamarnya dengan sedikit sempoyongan

"ada apa apa, emang tadi kak mentari kenapa ya?" batin fiki

Fiki memutuskan untuk tidur di kamar kakaknya lagi, ia mengelus ngelus lembut rambut aluna perlahan matanya terpejam, ketika ia hendak tertidur aluna bangun dan membuat fiki membuka matanya kembali.

"dek kamu udah pulang? , kamu udah makan?" pertanyaan beruntun yang fiki dapatkan dari kakaknya, fiki tersenyum bahkan disaat baru bangun tidur pun kakaknya selalu mengkhawatirkan nya

"iya kak aku baru pulang,, aku udah makan, kakak udah makan?"

"kakak udah makan tadi, kamu kemana aja dek?"

"aku tadi pergi sama mamah papah kak, maaf" Fiki mengucapkan maaf sambil menunduk, ia merasa bersalah karna tidak menjemput aluna disekolah tadi

"maaf untuk?"

"fiki tadi lupa gak ngejemput kakak, hp fiki juga ada dikamar ga fiki bawa jadi ga bisa dihubungin "

"kakak gapapa dek, yaudah sekarang kita tidur yuk, besok kan sekolah takutnya malah kesiangan lagi"

Akhirnya fiki dan aluna tertidur di kamar aluna, fiki sangat merasa bersyukur karena mempunyai kakak yang sangat menyayangi nya dan selalu memprioritaskan dia di banding apapun, setidaknya ia tidak akan pernah merasa kesepian jika kedua orang tua nya tidak ada dirumah.

Hari ini cuaca sangat tidak mendukung untuk pergi ke sekolah bagaimana tidak, awan diatas sana tak secerah biasanya, hari ini sepertinya tetesan air akan turun dari langit, fiki dan aluna memutuskan untuk diantar shandy lagi karena shandy menawarkan untuk mengantar mereka dan shandy khawatir jika melihat fiki membonceng aluna menggunakan motor, supir yang biasanya mengantar mereka sedang izin cuti karena anaknya sedang sakit jadilah mereka harus memilih memakai motor atau diantar shandy.

"lun, kamu yakin mau masuk? Udah sehat?" ucap shandy ketika akan melajukan mobilnya

"aku sehat kok kak shand emang aku kenapa?"

"kamu kan semalem sakit lun, badan kamu panas, perut kamu sakit"

"kak mentari kenapa kak?" tanya fiki yang mulai panik dan refleks memegang kening kakaknya

"kakak gapapa kok dek, mungkin kemaren kakak kecapean aja"

"emang kemaren kakak pulang ama siapa?pake apa? "

"kakak pulang sendiri jalan kaki dek"

"yaampun pantesan kamu bisa sakit lun, pokoknya hari ini kamu jangan latihan basket dulu ya, pulangnya kak shan jemput"

"tapi kak bentar lagi kan aku mau lomba dan aku Capten nya kak"

"yaudah kamu cuma boleh liatin temenmu aja, dan pulangnya kakak jemput, ga ada penolakan"

Aluna pasrah menganggukan kepalanya, ia tak bisa menolak lagi karena sepertinya susah menolak permintaan shandy, setelah perdebatan kecil itu mobil shandy melaju menembus jalanan untuk mengantarkan 2 saudaranya ke sekolah, sepanjang jalan fiki hanya menatap keluar jendela memikirkan apa yang shandy katakan jika semalam aluna sakit dan pasti itu karna ulahnya yang membiarkan aluna pulang dengan berjalan kaki dan menyebabkan aluna kecapean, sungguh fiki sangat menyesal. Ia beralih menatap lekat ke arah kakaknya, ia memandang wajah aluna yang seperti tanpa beban, merasa diperhatikan aluna menoleh dan mendapati fiki yang sedang memperhatikan nya.

"kenapa dek?"

"maafin fiki kak" ucap fiki pelan dan menunduk memainkan jari jarinya

"kakak udah bilang kan semalem kamu ga usah minta maaf, kamu ga salah, udah ya jangan merasa bersalah begitu" ucap aluna sambil mengelus rambut Fiki lembut

"tapi gara gara fiki kakak..."

Shuttt.... Aluna meletakkan jari telunjuknya dibibir fiki

"kamu ga salah dan kakak gapapa okey, udah sekarang kita turun ini udah sampe" Aluna mengulas senyum terbaik ya untuk menenangkan fiki

"kamu nanti jangan lupa makan ya lun pokoknya sore kakak jemput, hubungin kakak ya" shandy mengulurkan tangannya untuk mengelus surai hitam milik aluna.

"iya kak shan, makasih ya" Aluna turun dari mobil dengan senyuman yang tak pernah luntur, ternyata seperti ini rasanya kasih sayang dari keluarga, ia masih teringat bagaimana shandy merawatnya semalam dengan sangat telaten, ia berjanji akan menerima dan menganggap shandy seperti kakak kandung ya sendiri.

Hai terimakasih yang udah mampir dan memberikan vote nya, kalo ada keluhan dipersilahkan buat komen, Stay save ya semoga selalu bahagia. Mumpung masih momen tahun baru, apa sih resolusi kalian di tahun 2022?

PELINDUNGMU RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang