59

29 5 0
                                    

Aluna sudah bersiap dengan seragam sekolahnya ia berjalan menuju dapur untuk mengambil dua kotak bekal yang ia siapkan sebelumnya, ia sudah berjanji jika mulai hari ini ia akan membawakan bekal untuk fiki dan juga fenly, setelah itu ia bergabung di meja makan untuk sarapan bersama setelah usai ia diantar shandy untuk pergi ke sekolah, motornya berada dirumah fiki dan tak mungkin juga jika ia menyetir mobil sendiri karna ayah dan bundanya tak mengizinkan itu.

Alunan lagu dari andra and the backbone menemani keduanya disepanjang jalan sesekali mereka berdua bernyanyi bersama ada selipan tawa disana entah bagaimana omongan omongan shandy yang receh bisa membuat Aluna selalu tertawa.

Mereka sudah sampai di depan sekolah Aluna, shandy langsung pergi karena ada rapat pagi ini, Aluna mulai berjalan tapi bukannya ke arah kelasnya ia malah berbelok ke arah kelas sepuluh kelas fiki adiknya.

Dilihatnya hanya ada beberapa orang karena ini masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah, ia tak menemukan fiki disana jadi ia menyimpan bekal itu didalam laci meja fiki dan mengiriminya beberapa pesan, setelah selesai ia berjalan kedalam kelas dan duduk dikursinya, ia menyodorkan satu kotak bekal lagi kepada fenly yang daritadi memang sudah menunggunya.

"udah lama ya fen? Maaf ya gue tadi ke kelas fiki dulu, diabisin ya lo kan belum sarapan " ucap aluna sambil membuka kotak bekalnya

Fenly mendekatkan kotak bekal itu dan mulai melihat lihat isinya

" lo pasti repot deh mentari pagi pagi nyiapin nasi goreng buat gue, maaf ya jadi bikin lo repot"ucap fenly

"Gue gak repot ko malah gue ngerasa seneng pas bikin ini jadi ini harus abis gak mau tau, udah sekarang lo makan nanti keburu dingin"

Tanpa berbicara lagi fenly mengambil sendoknya lalu menyuapkan nasi goreng itu kedalam mulutnya, ia sangat bersemangat hingga tak sengaja ia tersedak

Uhuk Uhuk "fen fen makanya pelan pelan kalo makan, gue gak bakal minta ko ini buat lo semua" ucap aluna yang menyodorkan sebotol air kepada fenly dan fenly langsung meminumnya

"masakan lo enak jadi gue ga sabar buat abisinnya" ucap fenly yang kini melanjutkan makannya

Fenly sudah menghabiskan bekal itu tanpa ada yang tersisa sedikitpun, jauh didalam hatinya ia menjadi lebih sayang kepada Aluna, bukan karna apa tapi Aluna lah yang menumbuhkan rasa percaya diri pada fenly, fikirannya melayang pada saat ia berada di bangku sekolah dasar

Disebuah kursi panjang seorang anak laki laki sedang kebingungan dengan sebuah gitar yang berada di pangkuannya, sebelumnya ia melihat di televisi seseorang dengan lihai memainkan alat musik itu, ia meminta kepada kedua orangtuanya agar dibelikan sebuah gitar agar ia bisa terlihat keren oleh orang orang disekitarnya, ia memetik gitar itu dengan asal sehingga menimbulkan suara yang acak acakan, tetapi ia tetap saja memainkan gitar itu

"tadi liat video tutorialnya gampang ko sekarang susah sih, apa fen gak berbakat ya buat main gitar" ucapnya pada diri sendiri

"fen tuh bukannya gak berbakat tapi fen perlu belajar aja, nanti lama lama fen bakal bisa mainin gitar itu" ucap seorang perempuan dengan menenteng makanan yang baru saja datang dari arah luar

"emang fen nanti bisa main gitar ya mentari? " ucap fenly memposisikan dirinya agar bisa berhadapan dengan orang yang tadi ia sebut" mentari"

"fen pasti bisa ayo luna temenin ya latihannya, ini luna bawain kue yang tadi bibi bikinin biar fen makin semangat"

"makasih ya mentari" ucap fenly dengan senyuman manisnya

Aluna membalas dengan tersenyum kini fenly sangat serius dalam belajar bermain gitar, sesekali Aluna menyuapi fenly karna tangan fenly yang berada diatas senar gitarnya

"kenapa mentari? " ucap fenly yang kaget karna merasakan ada yang menepuk bahunya

" fen fen ngelamunin apaan sih, daritadi dipanggil panggil juga gak nyaut nyaut, itu bu ambar nanyain pr kemaren"

"oh iya ini ada di tas sebentar"

Pelajaran yang sangat menguras pikiran itu sudah selesai dan tibalah untuk seluruh siswa ramai ramai menuju kantin karena perut yang sudah minta diisi,  suasana kantin terlihat begitu riuh, sekelompok siswa dan siswi sedang menikmati makanan yang ada didepannya diiringi obrolan ringan atau tepatnya keluhan dari para Junior yang lelah dengan mata pelajaran mereka hari ini,  para senior pun hanya mendengarkan sambil melanjutkan makan

"kak luna nanti latihan kan? "

" iya ji kaya biasanya,  emang kenapa? Lo mau izin? " jawab Aluna menoleh pada fajri yang berada disamping fiki

" gak sih kak tapi kayaknya gue bakal sedikit telat soalnya gue mau ngambil barang dulu"

"oh yaudah gapapa ji,  nanti gue bilangin coach"

"fen nanti fiki pulangnya ama lo dulu ya,  soalnya nanti gue dijemput kak shand lagian gue gak bawa kendaraan juga,  lo mau sekalian eskul kan? " ucap aluna lagi

" iya gue mau eskul mentari,  nanti fiki pulang bareng gue tenang aja"

Waktu terus berlalu hingga bel pulang sekolah berbunyi dengan sangat nyaring,  para siswa dan siswi berbondong bondong untuk meninggalkan area sekolah tapi ada juga beberapa siswa dan siswi yang belum pulang dikarenakan kegiatan ekstra kulikuler yang mereka pilih,  seperti Aluna sesudah mengganti baju ia berjalan ke arah lapangan basket,  dilapang basket belum ada anggota lain yang terlihat mungkin mereka masih mengganti baju atau sekedar mengisi perut mereka terlebih dahulu,  ia memutuskan untuk duduk dipinggiran lapang  menyumpal telinga nya dengan headset mendengarkan Alunan musik dari dalam handphone nya,  belum selesai satu lagu ada sebuah tepukan pada bahu Aluna yang membuatnya menoleh dan melepas satu sisi headset itu

"eh zweit ko ga pulang? Bukannya ga ada jadwal eskul? " ucap aluna

" iya kak gue nunggu supir dulu,  katanya telat soalnya lagi kejebak macet jadi belum pulang,  kak lun kok sendirian aja? yang lain mana? " tanya zweitson yang memperhatikan ke arah lapang basket

" oh yang lain belum pada dateng mungkin lagi pada jajan dulu"

"zweit temenin ya kak,  boleh kan? "

" boleh dong"

"eh zweit lo gak pulang? " suara itu berasal dari arah belakang dan memaksa Aluna dan Zweitson menoleh mencari sumber suara

" eh ji,  lo abis darimana? "tanya zweitson

" Gue abis ambil sesuatu, nih" fajri menyodorkan "sesuatu" yang baru saja ia ambil

"apaan tuh ji? "

" ini gue beli kue kesukaan kak luna"

"dalam rangka apa ji? Gue kan ga ulang tahun"

"ini sebagai ucapan terimakasih karna kak luna udah mau nerima keluhan keluhan aji selama ini" fajri menyodorkan sepotong kue coklat kepada aluna

"ji,  tanpa lo kaya gini pun gue seneng bisa dengerin apapun cerita atau keluhan lo,  kalian berdua udah gue anggap kaya adek gue sendiri sama kayak fiki"

"makasih ya kak lun,  semenjak kenal kak lun rasanya zweit ga kesepian,  kak lun sering banget gue repotin lewat telpon"

"iya sama sama,  oh iya gue mau kalian berdua terus temenan ama fiki,  kalian bertiga harus selalu kompak dalam hal apapun,  saling jaga dan selalu ada buat satu sama lain" ucap aluna dengan senyuman manisnya

"siap capten " kompak mereka berdua

" boleh peluk ga kak? " ucap aji

Aluna merentangkan tangannya lalu kedua teman adiknya itu langsung memeluk Aluna,  semoga mereka akan selalu bisa bersama Aluna dan Aluna tak akan pernah bosan mendengarkan keluhannya.

Haiiiii terima kasih buat yang udah baca,  yang udah mau nunggu,  komen dan ngasih vote.

Jaga kesehatan ya semoga bahagia selalu

Happy reading

PELINDUNGMU RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang