Sudah tiga hari Aluna berada dirumah keluarga kandungnya ia sedang belajar membuat kue dengan bunda selepas sekolah. Ia mulai beradaptasi dengan keluarga ini dan ia fikir ia mulai bisa menerima semua kenyataan dan takdir yang akan datang selanjutnya.
Aluna masih asyik mencetak beberapa adonan kue yang nanti akan dimasukkan kedalam oven, meskipun ia sudah lumayan bisa membuat kue tapi ia ingin belajar menggunakan resep bundanya dan shandy pernah bercerita jika kue bunda adalah yang terbaik.
Setelah selesai dengan membuat kue shandy mengajak Aluna untuk bermain basket di belakang halaman rumahnya, rumah itu terbilang mempunyai halaman yang sangat luas sehingga disana ada mini lapangan basket, kolam renang dan sedikit taman yang ditumbuhi bunga bunga cantik.
Aluna melakukan pemanasan terlebih dahulu sambil menunggu shandy yang sedang mengangkat telpon nya. Aluna memperhatikan sekeliling rumah nyaman dengan fasilitas yang selalu ia inginkan, kehangatan keluarga bahkan ada didalamnya tapi rasanya tak lengkap karna tak ada fiki disampingnya, ia bisa membayangkan jika fiki sedang duduk di kursi yang terletak didepan kolam renang menunggunya sambil memakan beberapa camilan yang ia buat,hanya karna itu saja Aluna tersenyum bagaimana nanti hal itu akan menjadi nyata pasti ia sangat bahagia.
"dek senyum senyum sendiri, kamu gapapa kan? Jadi ngeri liat kamu begini " ucap shandy sambil bergidik melihat kelakuan aluna
" apaan sih kak orang lupa gapapa juga, lupa lagi ngebayangin ada fiki disitu yang liatin lupa sambil makan kue tadi"ucap Aluna bersemangat ia juga menunjuk sebuah kursi disana
Raut muka shandy yang awalnya tersenyum kini terlihat muram, masih saja tentang fiki padahal Aluna sudah beberapa hari tak bertemu fiki
"Loh kakak kenapa? "Aluna sadar dengan perubahan ekspresi dari shandy
" kakak gapapa ayo kita mulai kamu udah kan pemanasannya? "
" udah dong kak, gimana nih peraturan nya? "
" siapa yang menang bisa minta apa aja terserah tapi cuma dua permintaan gimana? "
" deal"
Bola dilempar ke udara shandy yang mempunyai tinggi badan lebih daripada Aluna memulai mengambil bola itu ia berusaha keras untuk melewati Aluna walaupun ia bukan atlet basket tapi ia yakin bisa memenangkan permainan ini dan akan meminta Aluna untuk tinggal bersamanya. Sudah beberapa lama dan permainan itu dimenangkan oleh shandy karena ia sedikit menipu Aluna dengan mengatakan jika dibelakangnya ada fiki dan langsung saja Aluna kehilangan fokus jadilah ia kalah.
Aluna duduk disisi lapangan dengan menggenggam sebotol air dengan wadah yang fenly berikan waktu itu, ah iya ia juga merindukan sahabatnya itu dan belum menanyakan tentang perasaannya. Ia terlalu takut jika nanti akan ada perubahan di pertemanan mereka dan lagi pun ia takut jika lea tak bisa menerima itu.
"kapten basket ko kalah ama amatir"ucap shandy yang duduk disamping Aluna dan mulai meminum air dari tangan aluna
"lagian sih kakak curang segala ngomong ada fiki dibelakang aku kan jadi gak fokus"ucap Aluna dengan nada khas ngambek dan pipi yang menggembung yang membuat shandy gelas dan mencubit pipinya
"ish maen cubit cubit aja lagi ah, jadi deh kakak"
"lagian itu kenapa pipinya kaya gitu games tau dek sini kakak cubit lagi"shandy malah semakin menjadi ia dengan mudahnya mencubit kedua pipi Aluna setelah itu ia sudah bersiap siap untuk kabur karna takut terkena amukan aluna
"kakak berhenti ish, malah kabur sini aku cubit dulu biar impas"ucap Aluna yang mengejar shandy, dua kakak beradik itu malah bermain kejar kejar diarea lapang basket dari arah pintu ada seorang remaja yang memperhatikan interaksi mereka, sebenarnya ia akan menemui Aluna tapi karna ia melihat itu ia tak mau mengganggu momen manis diantara keduanya, jadi ia memutuskan untuk melihat Aluna dari jauh saja.
"dek udah dek kakak nyerah ah capek"ucap shandy dengan nafas yang ntos ngosan
"lagian sih kakak jail"
"iya iya kakak minta maaf, kita duduk di deket kolam renang yuk " shandy menuntun Aluna untuk duduk ditepian kolam renang dengan kaki yang setengah masuk kedalamnya
" itu mukanya jelek tau ditekuk kaya gitu, masih ngambek ama kakak? "
" iya lah kakak curang kan aku gak bisa minta permintaan dari kakak"
"gini deh gimana kalo kamu kita bagi rata jadi kakak minta satu hal dari kamu dan kamu juga minta satu hal dari kakak, gimana? "
" hmmm oke lah daripada aku gak bisa minta apapun, kakak mau minta apa dari luna? "
" kakak cuma mau kamu tinggal disini sama kakak, bunda dan ayah lun kakak gak bisa pisah lagi dari kamu kakak gak mau kamu tinggalin"shandy mengatakan itu dengan serius dan dengan nada yang memohon, Aluna sekarang bimbang apa yang harus ia katakan di satu sisi jika ia tinggal bersama shandy bagaimana nanti fiki dan siapa yang akan menemaninya jika mamah dan papah tidak ada dirumah
"tapi kak fiki.... "
" kamu selalu aja mikirin fiki, kamu gak mikirin gimana perasaan kakak lun, atau seenggaknya kamu fikiran juga perasaan bunda kita itu keluarga kandung kamu aluna" Aluna kaget karna nada bicara shandy yang sedikit membentuk tidak seperti biasanya tapi ia mencoba bersifat tenang
"dek maaf maafin kakak, kakak udah bentuk kamu tadi, maaf dei " ucap shandy yang kini memegang tangan Aluna lembut
" aku gapapa kak, dan aku udah mutusin aku bakal tinggal disini sama kakak, bunda dan ayah" jawaban itu tentu saja membuat shandy bahagia dan jawaban itu yang memang selama ini ia ingin dengar.
Seseorang yang tadi berada di depan pintu itu kini meninggalkan mereka berdua setelah mendengar jawaban dari Aluna ia memilih untuk pulang
"terus kamu mau minta apa dari kakak? "
" aku cuma mau kakak jagain dan sayangin fiki"
"iya dek kakak bakal coba ya, yaudah yuk masuk bersih bersih kamu bau tau dei " ucap shandy yang melenggang masuk kedalam meninggalkan Aluna sendirian
Aluna mengejar shandy dibelakang nya dan menuju dapur untuk mengambil minum, didapat ia melihat bunda yang sedang membersihkan sisa sisa alat alat kotor bekas membuat kue
" bund biar luna bantu ya"
"gausah sayang, kamu bersih bersih aja sana"
Aluna melihat ada beberapa boks makanan diatas meja ia membuka salah satunya dan mendapati roti selain coklat didalamnya
"bunda beli roti ini? Ini kan favorit luna bund" Aluna mencomot selembar roti itu dan mulai memakannya
"tadi kan fiki kesini sayang, tadi bunda bilang kamu ada dibelakang terus katanya dia mau samperin kamu"
"lah tadi ga ada siapa siapa bunda tadi cuma ada luna ama kak shandy doang"
"roti itu dia yang bawain loh"
"hah jadi tadi beneran ada fiki bun? "
" iya sayang"
Aluna tergesa gesa untuk naik kekamarnya, ia mencari ponsel nya untuk menghubungi fiki tapi sayang ponsel nya mati dan ia lupa mencharger nya
"ah pake mati segala lagi, gue harus cepet mandi, gue harus samperin adek"ucapnya
Haiiiii terimakasih buat yang udah mampir, yang masih setia baca cerita ini. Makasih juga buat vote dan komen ya, maaf kalo ada typo dimana mana. Oh ya jaga kesehatan dan semoga bahagia selalu ya
KAMU SEDANG MEMBACA
PELINDUNGMU RAPUH
Fiksi Umum"Gue bakal jagain lo, selalu bahagiain lo, dan akan selalu ada buat lo, gue janji walaupun gue yang bakal sakit nantinya" Aluna Mentari W "Gue tau lo terluka mentari, jangan dipaksain!!!" Fenly Arjuna "Stop bikin diri lo hancur lun" Alea Riyandi "Ka...