Suasana ramai di sore hari ini di kampus dimana event yang kini akan mulai. Semuanya terlihat senang, tak sabar, karena pembicaraa kali ini.
Namun berbeda dengan jaerin dan jeno yang sebenarnya sudah sangat malas mereka. Yeji aman dia memutuskaan tidak perlu ikut, namun untuk jeno dan jaerin mereka harus.Saat masuk aula, jaerin hanya terus di samping jeno. Mereka juga sudah duduk berdua, yang mereka akan lakukan hanya diam mendengarkan, dan selesai pulang berharap tak ada sesuatu terjadi.
"Ck, ada si wanita berisik itu" ucap jeno pelan melihat giselle datang bersamaan dengan jay.
Jaerin hanya diam saja menatap mereka dari jauh, berintung tempat duduk jaerin dan jeno ada di tengah-tengah jadi mereka sedikit tertutupi orang-orang.
Jaerin melihat betapa kharismanya seorang Jay Park yang kini hanya berbicara dengan beberapa dosen di sana, dengan penampilaan rapihnya itu.
"Baiklah, selamat sore semuanya, terimakasih sudah ikut acara ini dan terutama anak-anak hukum yang banyak di sini, acara akan di mulai sekitar 5 menit lagi"
Pemberitahuaan itu membuat semua mahasiswa merespon tak sabar, namun tidak dengan jaerin dan jeno.
Dan kini acara di mulai, dimana seorang Jay Park mulai naik ke panggung bersama host.
Ada apa dengan jaerin yang memperhatikaan cara jay berbicara, bergerak, dan kharismannya.
Di saat orang-orang bertepuk tangan lagi-lagi jaerin hanya bisa menatap pria berjas hitam itu.Sampai saat sudah terasa tiga puluh menit berbicara, host menyuruh jay untuk berdiri di panggung dan menyapa para pendengarnya, saat itu juga jaerin merasa Jay menatapnya dan dia tersenyum tipis pada Jaerin.
Jaerin tersentak saat jeno mengenggam tangan jaerin, karena dia juga pasti tau jay menatapnya meski sejenak.
"Cobalah biasa saja" ucapnya pelan.Beberapa jam berlaru setelah acara selesai, kini mereka di bebaskan bisa pulang, atau ikut befoto dan lainnya, namun tentu tidak dengan jeno dan jaerin.
Jeno menarik tangan jaerin pelan untuk keluar, dan tak sengaja mereka berpasan dengan Jay yang bersama mungkin orang-orangnya dan dosen sedang mengobrol.
Dan saat di luar aula jaerin bisa menghela nafas lega, sedari tadi entah apa yang membuatnya tegang.
"Ah, kenapa dengan ku" gumamnya dan memijat dahinya."Kenapa hm? Apa kita mau pulang sekarang?" Tanya jeno
Jaerin mengangguk mengiyakan ajakan jeno itu.
Baru saja mereka pergi seorang dosen memanggilnya, dan jeno tak bisa menolaknya."I-iya pak ada apa ya?"
"Lee jeno, kamu ikut bapak ya sama yang lain di lantai 4 ya" jawabnya lalu pergi
Jeno menghela nafas dan menatap jaerin.
"Pergilah, nanti aku pulang sendiri saja" ucapnya"Langsung pulang! Gak aman di sini" ucap jeno
Jaerin mengangguk, dia lalu membiarkan jeno pergi. Dan kini jaerin masih terus memijat dahinya yang mulai pusing lagi, ini memang jadwalnya jaerin meminum obat namun dia tidak sempat.
Jaerin berusaha pergi menuju lobby, namun sepertinya ia tak tahan lagi, ia haru mencari obat itu, jaerin duduk di tempat yang di sediakaan, dan dia mencari-cari dengan terburu-burunya obat untuknya.
"Ashh dimana sih!" Gumamnya
"Ah kepala ku" jaerin meringis karena kepalanya terasa makin sakit semakin di rasa.
Namun jaerin terdiam seketika saat seseorang membelai kepalanya dengan sangat lembut, dan bahkan memijat lembut daerah belakang kepala jaerin.
Tentu jaerin reflek berdiri dan menoleh, Jay Park yang kini di depannya.
"Maaf jika lancang, hanya saja aku mau menolong mu" ucapnya
Tapi jaerin tak bisa bohong bahwa cara jay melakukannya lembut itu sempat menenangkannya, tapi jaerin harus sadar yang di depannya adalah jay park, dan harus berlagak bahwa Jaerin yang polos.
"Ini obat mu kah?" Tanya jay lalu mengambil obat jaerin yang terjatuh.
Jaerin langsung mengambilnya karena ia tak mau jay membaca obat apa itu.
"I-iya, makasih" jawab jaerin."Ini air" entah darimana tangan jay yang di sembunyikaan di belakang punggungnya, memberikaan jaerin sebotol air.
"Hanya sisa dari acara tadi, daripada ku bawa lebih baik kau minum saja" ucap jay
Jaerin mengangguk, dia lalu mengambil air tersebut, setidaknya jaerin tak perlu susah-susah mencari air lagi untuk meminum obat.
"Jayy!"
Tiba-tiba giselle daatang berama pria dan gadis yang tadi sempat bersama jay."Loh jaerin?! Ngapain di sini sama jay, jangan-jangan kau mau coba-coba deketin jay awa–"
"Hey, giselle gak ada urusannya ama aku dia. Udah sana pulang supir mu menunggu, udah janji kan setelah nemenin aku pembicaraa di kampus kamu pulang" potongnya
Giselle cemberut dia lalu mengangguk "i-iya"
"Ya udah sana"
Giselle mengecup pipi jay lalu berkata "em baiklah selamat malam"
"Hm, malam" balasnya
Lalu giselle pergi dan dia sempat menatap sinis jaerin sebelum akhirnya benar-benar pergi.
Entah jaerin harusnya segera pergi sedari tadi dia bahkan terlihat muak melihat perlakuaan giselle pada jay itu.
Dan kini malah jay kembali menatap jaerij yang dia memeluk botol air dan tasnya itu.
"Tidak pulang?""I-ini mau pulang" jawabnya
"P-permisi" ucap jaerin lalu berlari kecil menuju keluar lobby.
Melihat kepergiaan jaerin itu jay di bibir jay membuatnya tersenyum tipis.
"Wah, kau tidak sehat lagi sepertinya jay tersenyum tiba-tiba" ledek jake yang melihat jay itu.Jay hanya melirik jake sekilas "sembarangaan"
"Jadi gimana jay? Masih mau rencanain apa lagi? Dia aja mau ngomong sama kau kaya takut, gugup gitu, gimana mau megang senjata" ucap karina
Ada benarnya juga kata karina, tapi jay tetaplah jay dia tak akan puas sampai mendapatkan fakta baru.
"Hey, jake apa kau sempat lihat dua obat yang jatuh tadi?" Tanya jay tiba-tiba pada jake
"Aku melihatnya, tapi hanya satu yang terlihat jelas, satunya aku tidak tau obat apa itu" jawabnya
"Tapi aku heran, kenapa obat yang jelas ku lihat itu adalah obat penenang" lanjutnya.
"Obat penenang?" Tanya jay ulang
"Ya aku ini sudah di sahkan menjadi dokter ya aku tau persis-persisnya, dan yang ku lihat tadi obat penenang yang biasanya di gunakaan oleh orang-orang yang memiliki gangguan" jawabnya
Jay seketika langsung diam berpikir, umtuk apa gadis seperti jaerin mempunyai obat seperti itu. Di benaknya apa dia memiliki penyakit, tapi apa.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Silent || Jay Park [Enhypen]
FanficSeorang mafia internasional bernama Jay Park, yang harus kembali ke negaranya yaitu korea selatan, disana ia tak menyangka akan menemui seorang gadis yang menurutnya unik, matanya membuat dirinya terhipnotis.... Seperti merasakan bahwa seorang gadi...