Prolog

6.2K 313 19
                                    


Jungkook begitu kejam, dia manusia tanpa perasaan. Tak merasakan penyesalan maupun rasa sakit untuk hal apapun. Seorang psikopat yang bersembunyi di balik wajah rupawan. Taehyung sungguh tak beruntung bahwa dia mengenal pemuda itu dan menikah dengannya. Bahkan setelah 5 tahun mereka menikah, pria itu hanya menganggapnya sebagai hewan ternak. Dia mengurungnya di dalam rumah, tak membiarkan Taehyung melihat dunia luar meski itu hanya berupa awan yang terang.

Kaki Taehyung terborgol dia memeluk lututnya sendiri selama berada di atas ranjang yang kusut bekas percintaan mereka. Tak ada secercah sinar sedikitpun, tempat itu gelap dan berbau sperma. Lalu bunyi tangisan bayi membuatnya mengangkat kepala, menyingkirkan rambutnya yang sedikit panjang ke bagian telinga.

Tujuh bulan yang lalu dia baru saja melahirkan anak ke tiganya atas keegoisan suaminya, Jungkook. Pria psikopat itu terus memaksanya hamil lalu merawat anak-anaknya. Hal yang sangat Taehyung benci karna Jungkook sendiri tak pernah membantunya dalam merawat anak, dia menyiksanya. Meski Jungkook tak pernah secara langsung menggores kulit Taehyung tetapi perbuatannya yang mengabaikan terhitung penyiksaan.

Taehyung membuka gaun putihnya yang sedikit robek akibat dia menolak untuk bercinta, Jungkook hampir membuat gaun itu terputus jadi dua jika Taehyung tak segera patuh padanya. Dengan mata yang sebam sehabis menangis, Taehyung melakukan tugasnya untuk menyusui dan membesarkan anak seorang psikopat. Dia tak bisa menolak lagi setelah semua yang Jungkook lakukan padanya.

Harapan Taehyung hanyalah agar pria itu memiliki sedikit perasaan manusia, hal yang Taehyung tahu mustahil untuk di mengerti seorang psikopat.

Brak...

Di saat seperti itu Jungkook masuk tanpa mengetuk pintu, membawa sarapan paginya yang dia letakkan di nakas.

"Jika sudah selesai makanlah" Katanya dengan dingin menatap kegiatan Taehyung yang tengah menyusui.

"Aku tidak ingin, lebih baik aku mati kelaparan dari pada terus begini!" Tolak Taehyung dengan teriakan keras, dia mengambil piring makanan lalu melemparkannya ke arah bahu Jungkook yang berbalik.

Prang...

Pecahan piring itu jatuh ke lantai tanpa alas bersama dengan darah yang mengucur deras melalui bahu Jungkook.

Benar-benar monster, Taehyung terkejut karna pria itu sama sekali tak merasakan sakit. Pecahan piring yang masih menancap itu dicabut begitu saja bersamaan dengan suara tangisan bayi mereka yang ketakutan. Taehyung juga sama takutnya saat Jungkook mendekat sambil membawa pecahan piring berdarah di tangannya.

Jungkook semakin dekat sampai bisa memojokkan Taehyung maupun bayi mereka di atas ranjang. Pria itu tersenyum sebelum meraih tangan Taehyung, memaksanya untuk memegang pecahan piring itu.

"Tusuk aku ahaha... bukankah itu yang kau inginkan? Kau begitu benci aku kan?" Kata Jungkook dengan tertawa lalu mengarahkan tangan Taehyung untuk menusuknya di depan dada.

"Lakukan... Yak!! lakukan...!" Teriak Jungkook dengan itikad kejinya, matanya melotot ke arah Taehyung saat dia berteriak keras membuat bayi yang ada di antara mereka menangis tanpa henti.

Taehyung tak bisa menahan ketakutannya sendiri, tangannya gemetar dalam genggaman Jungkook yang memaksanya untuk memegang pecahan piring. Air matanya mengalir seiring dengan tangisan bayinya.

Plak...

Pada akhirnya Taehyung tak dapat melakukannya, dia terlalu lemah untuk membunuh Jungkook. Tak dipungkiri bahwa dia masih mencintai pria itu seperti dulu.

Wajah Jungkook tertampar keras hingga terbuang ke samping, pria itu tertawa lagi dan lagi. Menatap ke arah Taehyung seperti cara psikopat menatap mangsanya.

"Setelah sekian lama hanya ini perlawananmu?" Tanya Jungkook melemparkan pecahan piring itu ke dinding.

Prang...

Jungkook menahan tangan Taehyung yang berusaha untuk menamparnya lagi. Dia menjatuhkan Taehyung ke ranjang, kemudian merampas bayi mereka yang tengah menangis untuk dijauhkan dari Taehyung.

"Aku suka ketika kau melawan" Senyum Jungkook berbisik di dekat telinga Taehyung sesaat menjilati belakang telinganya.

"Ku mohon berikan bayi itu, dia tidak akan berhenti menangis sebelum aku menyusuinya dan jangan sakiti dia" Rintih Taehyung pelan pada Jungkook yang kini berdiri di depannya sembari mengulurkan tangan, menggegam bayi mereka tepat di atas pecahan piring yang tergeletak.

"Kau tahu kenapa bayi ini menangis?" Tanya Jungkook tetapi Taehyung tak menjawab sedikitpun dia hanya terdiam dengan dahi berkerut khawatir.

"Jawab! Atau tidak akan ku jatuhkan bayi ini?" Ancam Jungkook yang bersiap menjatuhkan bayi itu ke atas lantai penuh pecahan piring tajam.

"Tidak aku tidak tahu hiks... kumohon lepaskan bayi itu hiks... hiks..." Taehyung memohon dan memohon dengan tangisnya agar Jungkook melepaskan bayi mereka.

"Ah, ini tidak menarik karna kau terus menangis. Berhentilah menangis sialan!" Jungkook berteriak keras, mengulum ujung lidangnya ke pipi bagian dalam.

"Baiklah.. baiklah, lakukan tugasmu kembali" Putus Jungkook menyerahkan bayi itu pada Taehyung setelah dia sama sekali tak merasakan gairah begitu melihat Taehyung menangis.

Pria itu melepaskan pakaiannya yang berlumur darah ke keranjang cucian. Jungkook membuka lemari penyimpanan obat lalu mengambil beberapa antiseptik dan segulung kain kasa, dia duduk di dekat Taehyung yang tengah menyusui. Menekan-nekan luka di bahunya dengan kapas antiseptik sebelum berusaha mengikatnya dengan perban.

Taehyung memperhatikan Jungkook dengan takut-takut, pria itu sepertinya kesulitan dalam mengikat kain kasa di tubuhnya.

"Biar aku melakukannya untukmu" Ujar Taehyung setelah dia meletakkan bayinya di ranjang. Dia meraih kain kasa yang digunakan Jungkook untuk membalut lalu mulai mengikatnya ke bagian bawah bahu dan menariknya kembali ke atas sampai luka benar-benar tertutup.

Jungkook mulai terdiam saat Taehyung melakukan ikatan untuknya. Dia merasakan sesuatu yang special hampir sama seperti gairahnya untuk membunuh.

Ini mungkin dinamakan gairah lain?

"Sudah selesai" Kata Taehyung memotong kain kasa dan mangakhiri balutan. Dia terkejut saat Jungkook tiba-tiba berdiri menghadapnya dengan wajah bingung.

Menatap dirinya dari bawah hingga ke atas lalu menggeleng entah untuk apa. Dan Jungkook pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Tepat saat itu kedua anaknya muncul di balik pintu dengan panik dan langsung berhamburan masuk setelah melihat ayah mereka pergi.

"Eomma hiks...hiks..." Teriak Jeon Somi, gadis kecil itu segera memeluk Taehyung.

Berbeda dengan putra pertamanya, Jeon Iseul dia lebih cenderung datar serupa sifat Jungkook. Tapi Taehyung tak ingin dia menuruni gen psikopat Jungkook.

"Apa appa melukai eomma?" Tanya Iseul begitu dingin dan tanpa basa basi.

"Tidak" Jawab Taehyung masih tersenyum seperti biasa untuk menutupi kesedihan di hadapan anak-anaknya.

"Bohong, ada banyak pecahan piring di sini. Apa benar dia tidak melakukan apapun padamu?" Tanya Iseul sekali lagi, dia tampak marah karna Taehyung mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.

"Iseul sayang, kemarilah..." Ucap Taehyung pelan sambil merentangkan tangannya. Iseul pun mendekat dan memeluknya. Yang dia rasakan tubuh ibunya begitu hangat dan nyaman, tentunya ayahnya tidak pernah merasakan hal seperti ini. Iseul membencinya, dia begitu membenci ayahnya.

"Kau bisa merasakan perasaan ibu, kan?" Tanya Taehyung menghirup dalam-dalam aroma rambut putranya yang jarang dia temui karna Jungkook tak pernah memperbolehkannya.

Iseul terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dalam pelukannya.


.

.

.

TBC

Psycho ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang