14. Mayat Irene

1.6K 159 11
                                    


Di tempat dekat dengan sungai, polisi berkumpul karna baru saja ditemukan sebuah mayat dalam kantong plastik sampah. Seorang wanita tua yang tinggal di sekitar mengatakan bahwa dia melihat pria berpakaian serba hitam keluar dari mobil membawa plastik besar dan menurunkannya dengan hati-hati ke bawah jembatan bahkan menempatkannya agar tidak mudah terjatuh. Karna penasaran wanita itu pergi untuk mengeceknya, ketika dia memeriksa isinya dia terkejut begitu melihat ada mayat seorang wanita di dalamnya yang telanjang.

Polisi menempatkan mayat wanita itu ke dalam kantong mayat untuk di bawa ke bagian forensik.

Beberapa saat mobil bewarna hitam tiba di sana, Jimin keluar dari dalam bagian kemudi. Dia mengambil tag namanya kemudian memakainya. Menuruni jembatan untuk memeriksa korban hari itu.

"Apa ditemukan cctv?" Tanya Jimin pada Namjoon saat dia melihatnya.

"Tidak ada, ini adalah daerah tanpa cctv" Kata Namjoon dengan wajah yang frustasi ketika Jimin menanyainya.

"Bagaimana dengan plat nomornya? Apa ada yang melihatnya?" Tanya Jimin lagi.

Tetapi Namjoon hanya menggeleng padanya. Jimin kemudian berjalan mendekat ke kantong mayat, dia berjongkok untuk melihat dengan jelas wajah mayat tersebut. Dan sesaat, dia mengerutkan dahinya sebelum mengeluarkan ponsel miliknya untuk membandingkan foto di ponselnya dengan mayat tersebut.

Bagaimana mungkin?

Mayat yang dia temukan pagi hari ini merupakan mayat wanita bernama Bae Irene yang tengah dia selidiki.

Jika yang ada di depannya, mayat Irene lalu mayat tanpa wajah yang dia lihat minggu lalu milik siapa?

Bahkan sketsa gambar yang Jungkook berikan tempo lalu bisa sama persis dengan wajah Irene. Dari mana Jungkook mendapatkan gambaran wajah gadis ini? Mungkinkan itu hanya kebetulan yang tak disengaja?

Atau memang Jungkook mengetahui kebenarannya?

Jimin beberapa hari ini telah menyelidiki mengenai Irene, gadis itu sebelumnya bekerja di rumah sakit yang sama dengan Jungkook sebagai perawat. Dan dia berhenti bekerja seminggu yang lalu semenjak mendapatkan teror lalu menghilang tanpa jejak. Orang tua Irene sudah melaporkan atas kehilangan putri mereka kepada pihak polisi namun hingga sekarang tidak ada tanda-tanda kemunculannya dan saat ini Jimin tidak mengira bahwa gadis itu ditemukan setelah terbunuh.

Tubuhnya dalam kondisi telanjang tanpa luka tetapi kuku ibu jarinya tidak ada. Begitu jelas bahwa itu ulah pembunuh yang sama, yang beberapa hari ini meresahkan warga.

Dia mengamati ponselnya, kemarin dia mencoba menghubungi nomor ponsel Irene tetapi tidak mendapat jawaban apapun. Ketika dia menghubunginya masih terdengar sambungan telepon dihubungkan yang berarti ponsel itu letaknya masih aman.

Jimin hanya tinggal mencarinya untuk digunakan sebagai barang bukti dan menemukan pelaku. Dia menatap kantong mayat itu dibawa ke dalam ambulans untuk segera dikirim ke dokter forensik.

"Hyung, bisakah kau mengirim kantong mayat itu ke rumah sakit Hallym?" Pinta Jimin menghentikan lengan Namjoon sebelum pria itu pergi mengawal pengiriman.

"Kau memintaku lagi?" Namjoon begitu penasaran mengapa Jimin mengusulkan rumah sakit itu lagi, padahal kepolisian tidak memiliki kerjasama yang erat dengan Hallym.

Mereka memilih dokter forensik sendiri yang berasal dari rumah sakit Chonbuk. Karna kepala polisi merupakan sahabat lama pemiliki rumah sakit itu jadi mereka menjalin kerjasama.

"Kumohon hyung" mohon Jimin, wajahnya terlihat memelas.

"Tidak bisa, jika kepala polisi Jang tahu tentang ini dia akan memindahkanku" Namjoon bukan tidak ingin membantu tapi dia tak memiliki kewenangan apapun.

Dia hanya ingin menyelesaikan tugasnya tanpa masalah.

Dengan kecewa Jimin melepaskan tangan Namjoon lalu membiarkannya pergi. Padahal dia berniat meminta Jungkook untuk melakukan autopsi pada mayat Irene dan melihat reaksi pria itu nantinya.

Sulit untuk menemui pria itu, Jimin tidak akan diperbolehkan bertemu tanpa membuat janji. Dan terakhir kali Jungkook mengatakan padanya untuk tidak menganggunya lagi, saat itu dia tahu jika Jungkook benar-benar tidak ingin menemuinya lagi.

.

.

.

Taehyung muntah pada wastafel, selepas itu mencuci mulutnya dengan air dan membasuh wajahnya. Dia hanya memakai kimono tidur karna semalaman Jungkook membuat tanda merah di tubuhnya. Taehyung bahkan tak ingat ada berapa banyak karna dia jatuh tertidur.

"Bisa ikatkan dasi ku?" Dengan tiba-tiba pria itu memeluknya dari belakang ketika dia masih berada dalam kamar mandi. Bayangan mereka terpantul dalam kaca. Untuk sesaat Taehyung bisa melihat bagaimana wajah Jungkook ketika menatap dirinya.

Dia kemudian berbalik ke arahnya lalu mulai mengikatkan dasi ke leher suaminya.  Taehyung tidak banyak berbicara, dia akan menurutinya. Tetapi hal itu tak membuat Jungkook senang sama sekali, pria itu merasa sangat diabaikan olehnya meski tidak secara langsung.

"Kau tidak berbicara sedikit pun hari ini" Kata Jungkook, menyentuh sisi wajah Taehyung secara perlahan. Menyusuri bentuk wajahnya yang sempurna.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Taehyung.

"Kau tidak mau bicara dengan ku?" Tanya Jungkook, menarik pinggang Taehyung mendekat ke arahnya.

Dan Taehyung sama sekali tak bergeming ataupun takut. Jungkook tersenyum dengan hal itu, apa yang menyenangkan dari mendiaminya seperti ini.

"Aku mendengar bahwa kau pingsan kemarin. Mingyu memberitahuku bahwa kau merasa tertekan dan itu bisa membuatmu keguguran" Ujar Jungkook berbisik ke telinga Taehyung sembari memeluk tubuhnya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung.

"Tidakkah kau menginginkan perhatianku? Apa kau tidak ingin aku bersikap baik padamu? Seperti sebelumnya?" Jungkook tersenyum lebar lalu menatap ke dalam mata Taehyung. Dia mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Taehyung hingga keduanya dapat merasakan nafas masing-masing.

Dalam hati Taehyung mengatakan sudah terlambat.

"Ceraikan aku" gumam Taehyung.

Jungkook terdiam dan menatapnya, sebelum akhirnya tertawa kecil.

"Itu yang kau inginkan?" Tanya pria itu sambil menggenggam sebelah tangan Taehyung lalu menciumnya.

Dia membenarkan helai rambut Taehyung yang sedikit menjulang.

"Kau tahu itu mustahil" Bisik Jungkook kembali ke telinga Taehyung sebelum pergi.

Di samping tubuhnya Taehyung mengepalkan kedua tangannya, dia memandang punggung Jungkook dengan kemarahan dalam dirinya.

"Argh...!!!" Dengan marah Taehyung merusak meja riasnya lalu melemparkan barang-barang yang ada di atas nakas ke bawah lantai setelah Jungkook pergi.

Pria itu mungkin mendengar teriakannya sesaat setelah menutup pintu. Tapi Taehyung tidak perduli sama sekali. Di bahkan ingin menikamnya dengan pisau berkali-kali saat pria sikopat itu tertidur tapi keberanian selalu jauh dari jangkauannya. Mungkin karna dia bukan seorang pembunuh.

Taehyung menjatuhkan dirinya di lantai sembari menangis tetapi dalam seketika dia berdiri kembali dengan langkah yang tegar, berjalan menuju nakas lalu membuka lacinya. Dia menatap ponsel milik Irene di sana. Satu-satunya bukti yang dia miliki. Dia menyembunyikan ponsel itu di dalam buku tebal dan menaruhnya paling bawah sebelum menutup kembali lacinya.

Kini Taehyung menelpon seseorang melalui ponselnya sendiri.

"Kau harus tetap mengawasinya" Kata Taehyung dengan seseorang di telepon.

Dia menghapus air matanya tetapi tersenyum lebar setelah itu sembari mengelus perutnya sendiri.



.

.

.

TBC

Psycho ✓ (ʙʟ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang