Kio merapikan meja kerjanya sambil berjalan keluar. "Bram, aturkan saya beberapa hari lagi ke Singapura ya, dan saya lagi ga mau terima tamu," ucap Kio pada sekertaris nya.
"Sampaikan ke Nana, saya ga mau makan siang," ucap Kio lagi.
"Tapi Nana udah keluar pak, baru aja," ucap Bram membuat Kio menghela nafas. Sekretaris nya itu kebiasaan sekali tidak bertanya, apa dirinya terlalu lembek ya.
"Buat kalian aja," ketus Kio sambil berjalan ke arah lift dan hanya menggeleng mendengar suara bersemangat Bram yang berterima kasih.
Kio berjalan keluar dari lift dan matanya cepat menangkap seseorang yang lama tak ia ajak bicara. Ia memperhatikan wajah gadis itu yang bingung saat melihatnya.
"Ehmm, pagi Kio," sapa Lanny ragu. Ia mengeratkan pegangannya pada paper bag yang dibawanya.
"Kamu ada keperluan apa ke sini?"
Lanny hanya tersenyum kecil, mereka dalam sekejab seperti tak ada hubungan apapun. Memang dirinya dari dulu mengharapkan hal ini, tapi mengapa sekarang ia tak rela dan terasa menyakitkan sekali.
"Mau berikan berkas, sebenarnya aku udah hubungin Nana, tapi dia lagi keluar, dia minta diantar ke Bram, jadi ini mau ke atas."
"Oh, untukku ya, titip sini saja," ucap Kio sambil memegang paper bag tersebut.
"Kamu udah makan siang?" tanya Kio cepat sebelum Lanny buru-buru pergi dari hadapannya.
"Belum."
"Mau temani?" tanya Kio cepat. "Eh, aku ada janjian dengan Gina..." ucap Kio.
Kemudian ia kembali berucap. "Ah, ada Gani dan Audy, tidak hanya Gina, kami bicarakan masalah kerjaan bukan masalah pribadi, jadi kamu mau kan?" tanya Kio cepat, ia hanya mau menjelaskan saja sebelum Lanny menolaknya karena ada Gina. Tapi Kio sedikit tersenyum garing setelah menyadari kelakuannya yang terlalu detail menjelaskan.
"Ehm, Jadi ada yang lain ya, kalau gitu boleh," ucap Lanny pelan membuat senyuman Kio terbit. Akhirnya ia bisa kembali makan bersama Lanny walau harus ramai seperti ini.
"Kamu bawa mobil?"
"Ehm aku tadi dengan Zora, dia drop aku sini, dan langsung pergi, Zora mau samperin Ka Ano," jelas Lanny membuat Kio tersenyum bersemangat.
"Kita bareng aja, jalan kaki ga masalah kan, di seberang sana tempatnya," ucap Kio, ia harus mencari cara agar berlama-lama dengan Lanny kan. Dan ia tidak berbohong memang tempatnya di dekat kantornya karena rencana awalnya ia hanya mau meeting tanpa makan apapun.
"Iya boleh," ucap Lanny bingung saat Kio sudah menariknya keluar, seakan lupa bahwa hubungan mereka sudah cukup lama berjarak.
Lanny hanya terdiam dan mengikuti Kio sambil memperhatikan genggaman tangan Kio padanya.
"Udah sampai," ucap Kio tanpa menyadari kelakuannya. Ia menatap Lanny sejenak yang menatap kearahnya tapi bukan wajah tapi ke bawah, ia mengikuti arah pandang Lanny. Secara cepat ia melepas genggamannya. Ia menggosok tengguknya canggung. Mengapa ia seperti terlihat berbuat mesum seperti ini.
"Eh, sorry, Lanny, ayo masuk," ucap Kio kikuk sambil berbalik dan melangkah masuk.
"Ka Kio lama banget sih, udah minta ubah tempat yang paling dekat, tapi yang paling telat kakak sendiri," elu Gina kemudian mengernyitkan kening melihat ke arah belakang Kio.
"Aku sama Lanny, ga masalah kan, dia juga sekretaris Zora," ucap Kio menggeser badannya menunjukkan Lanny.
"Siang, maaf membuat kalian menunggu," ucap Lanny kikuk, ia tak biasa bersama mereka, biasanya akan selalu ada Zora bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Love (END)
RomanceAku mencintainya. Dia mencintaiku. Tapi semuanya tidak semudah untuk disatukan.