Kio masih menatap Gani dengan tatapan tajam sesekali menggertakkan giginya membuat Gani akhirnya menatap Kio dengan malas. Sudah beberapa hari hal itu terjadi. Dari awal risih sampai terbiasa. Ia bahkan ingin melempar Kio dengan vas yang diletakkan dimejanya, untung saja bunga yang di vas tersebut adalah hiasan yang Audy taruh, jadi dia tak mungkin membuangnya.
"Bisakah berhenti, orang lain akan mengira aku telah berbuat sesuatu yang kejam dan kamu akan membunuhku sekarang," ucap Gani kesal.
"Karena melihatmu membuatku mengingat pria brengsek itu," ucap Kio malas.
"Siapa sebenarnya pria brengsek yang bisa melawan ketampananku?" tanya Gani galak membuat Kio berdecak. Apakah sikap sombongnya itu memang menurun dari keluarga ya.
Kio menatap Gani kesal. Kalau dipikirkan lagi, tentu saja Gani yang satu lagi jauh berbeda dengan Gani dihadapannya. Dirinya saja sudah lebih cukup untuk bilang tampan bukan?
"Karena namamu sama membuatku selalu teringat," ucap Kio malas.
"Oke karena nama kami sama, tapi kenapa setelah melihatku kamu selalu bilang aku mirip pria brengsek itu? Lalu kenapa kamu selalu datang ke sini, apa di kantormu tidak ada kerja? Dan apa gunanya kamu terus menatap pria brengsek ini?" tanya Gani frustasi menunjuk dirinya sendiri.
"Aku memikirkan cara terbaik untuk menghancurkannya!" seru Kio kesal.
"Jadi apa hubungannya dengan tatapan intimidasi itu! Sana pergi tatap pria yang bernama Gani itu saja," elu Gani frustasi.
"Karena kamu brengsek, jadinya aku semakin bersemangat menghancurkanmu!" seru Kio santai membuat Gani berdecak.
"Oke, anggaplah aku brengsek, aku juga mengakui itu, tapi sebrengsek apa pria sialan itu sampai aku jadi korban di sini," ucap Gani kesal membuat Kio makin berdecak.
"Apa kamu pernah lupa saat mencium seseorang?" tanya Kio membuat Gani mengerutkan keningnya.
"Dia bahkan menganggap ciuman mereka adalah mimpi!" seru Kio kesal.
Gani menatap Kio yang meremas rambutnya sendiri membuat Gani akhirnya mengerti. "Ah, pria brengsek sialan itu kamu?" tanya Gani membuat Kio menatapnya tajam.
"Jadi orang yang melupakan ciumannya sendiri, itu kamu, memang kamu kelihatan playboy, tapi tak diduga kamu sampai bertindak cukup brengsek pada Lanny."
"Aku tidak menyebutkan bahwa Lanny."
"Ah, tapi jelas sekali tertulis di wajahmu kalau itu Lanny!" seru Gani sebal.
Kio menatap Gani dengan tatapan tajam. Benar! Pria brengsek di dalam pikirannya adalah dirinya sendiri. Tapi nama Gani tentu saja mengingatkannya pada pria yang meninggalkan Lanny demi wanita lain yang bisa ia tiduri seenaknya. Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya mendidih.
"Jadi akhirnya kamu ditolak?" tanya Gani terlihat menahan tawa membuat Kio mendesis sebal.
"Bukannya kemarin kamu bahkan yakin akan menyerah?" ejek Gani membuat Kio melempar bantal kursi yang ia pegang.
"Tapi ini kasusnya jadi berbeda, karena..." Kio menghentikan ucapannya. Ia tampak berfikir keras dan Gani hanya menggeleng tak percaya.
"Karena kamu jadi pria brengsek sialan itu?" goda Gani membuat Kio kesal.
Apa dia sama brengseknya dengan pria itu? batin Kio kesal. Jika memikirkan itu membuat Kio tak senang sama sekali. Karena semenjak hari itu ia bahkan tak lagi menemui Lanny karena gadis itu menghindarinya dengan kembali ke Jerman. Ia bahkan tak berani menghubungi atau mengirimi Lanny pesan. Dia benar-benar pria brengsek sesungguhnya. Setelah tahu semuanya, apa ia masih harus meninggalkan Lanny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Love (END)
RomanceAku mencintainya. Dia mencintaiku. Tapi semuanya tidak semudah untuk disatukan.