LIL - 13

106 18 0
                                    

Suara riuh dari dalam restoran karena sedang banyak kunjungan tak membuat Gina merasa nyaman. Ia tetap merasa khawatir karena duduk di sebelah Jordi dan Lanny berada di hadapannya. Padahal sebenarnya ia datang menemui Lanny untuk marah karena meninggalkannya di Bali, tapi sekarang Lanny membuat nya mati kutu seperti ini. Kalau bukan karena ada insiden pria aneh itu, tak mungkin seperti ini. Kenapa juga yang ia ingat, hanya Jordi pada saat itu. Lanny pasti sengaja, setelah menemukan titik lemahnya. 

'Kamu memang bodoh Gina!' pekik Gina dalam hati. Ia merutuki kebodohannya yang bisa-bisanya menceritakan bahwa ia menyukai pria menyebalkan di sebelahnya.

"Kamu udah dapat mau pesan apa Gina?" tanya Lanny yang menatap minat padanya.

"Sudah," ucap Gina langsung menunjuk sebarang menu yang terbuka. Ia tidak terlalu minat makan sekarang. Perasaan kalutnya lebih kalut.

"Pak Jordi, sudah?" tanya Lanny mendapatkan anggukkan.

Lanny memanggil pelayan dan memesan makanan, begitu juga Jordi yang menyebutkan menu yang ia mau. Gina tak terlalu banyak bicara. Ia membiarkan keduanya kembali asik berbicara tentang pembicaraan dan rencana kembali Lanny ke Jerman.

"Pak Jordi kenal Gina udah berapa lama?" tanya Lanny memecah kesunyian.

"Enggak, kita ga kenal, betulkan?" ucap Gina cepat membuat Jordi melirik sekilas dan hanya menatapnya tak perduli.

"Reaksi kamu membuktikan kalian saling kenal, pantas saja Gina selalu santai berbicara dengan Pak Jordi," ucap Lanny sambil tertawa.

"Kami teman sekolah, kebetulan saya kenal baik Agani, jadi kami beberapa kali ketemu, tapi hanya sekedar itu," jawab Jordi membuat Gina hanya mengangguk setuju dan tersenyum ragu.

"Sudah lama kenal berarti ya, berarti tahu kalau Gina dan Gani kembar ya?"

"Tentu, saya kenal baik dengan Agani," ucap Jordi sambil memutar gelas airnya dan menatap Gina remeh.

Gina melirik Jordi. "Ya, dia sebenarnya teman dekat Ka Gani, tapi ya begitulah, kita memang jarak berbicara hanya saling mengenal," ucap Gina menatap Lanny yang menahan tawa.

Deringan ponsel membuat ketiganya diam. Gina memperhatikan perubahan ekspresi wajah Lanny. Ia menatap Lanny penasaran.

"Ehm, kalian nanti aku tinggal berdua, ga masalahkan?"

"Kenapa?" tanya Gina bingung.

"Kio ajak bertemu sebentar."

"Kenapa ka Kio ga ke sini saja, jadi kita berempat," ucap Gina senang. Ia punya teman sekarang.

"Tapi Kio tak mau, dia mau bicara berdua,"  balas Lanny tersenyum ragu. Ia juga sebenarnya bingung. Apa yang mau Kio bicarakan dengannya.

"Aku temani!"

"Sepertinya Lanny baru saja bilang, Pak Kio mau bicara berdua," sindir Jordi membuat Gina menoleh menatapnya sengit.

"Kalau gitu...."

Gina tampak berfikir tapi kemudian menyerah. Ia kan memang harus membuat Lanny dan Kio baikkan. Ia hampir lupa tentang modal untuk butiknya yang akan segera ditarik.

"Ya sudah," ucap Gina akhirnya.

Lanny tersenyum lega kemudian menatap Jordi. "Kalau saya lama, tolong antar Gina ya pak."

"Tentu saja, saya masih memiliki sikap kemanusian yang baik, akan saya pastikan di sampai dengan utuh," ucap Jordi santai sambil memutar gelasnya. Rasanya kepala Gina mendidih mendengar sikap sombong sialan itu.

Gina bahkan sampai mengosok lengannya melihat sikap dingin Jordi. Memangnya dia itu es apa. "Kemanusian? Memangnya aku minta belas kasih mu? Jelas saja kamu harus mengantarku utuh, seujung kuku saja ada yang hilang, aku akan mengatakan pada kakakku," ancam Gina tak membuat Jordi merasa takut. Ia bahkan tampak tak perduli.

Love Is Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang