LIL - 10

104 18 0
                                    

Lanny memikirkan ucapan Gina padanya. Pembicaraan mereka berdua membuatnya cukup terkejut dalam beberapa hal. Gina sangat mengerti membuatnya terlihat buruk.

Lanny dan Gina duduk di bar. Gina terus menenguk minuman beralkohol sedangkan Lanny mencoba terus menahan Gina.

"Pelan-pelan Gin," ucap Lanny khawatir.

"Ayo minum ka, kalau kakak minum, aku bakal lepasin ka Kio buat ka Lanny!" seru Gina bersemangat membuat Lanny tersenyum kecil.

"Kamu sesuka itu dengan Kio?" tanya Lanny bingung.

Gina tampak tersenyum bodoh. "Ka Lanny yang sesuka itu dengan ka Kio kan, sejak kapan?" tanya Gina mencoba menegakkan badannya.

Lanny terdiam dan kemudian tersenyum. "Aku juga ga tahu kapan pastinya, tapi mungkin aku terbiasa dengan dia, ga ada yang memperlakukan aku spesial seperti Kio," ucap Lanny membuat Gina tersenyum.

"Lalu kenapa ka Lanny selalu menarik ulur perasaan Ka Kio," ucap Gina pelan menatap Lanny dengan serius. "Ka Lanny berharap Kio yang pergi kan, tapi ka Kio ga segampang itu, dia keras kepala, berapa lama dia memendam perasaannya pada ka Zora sampai akhirnya ia memilih ka Lanny?" tanya Gina membuat Lanny tesenyum kecil.

"Aku sadar kok, Kio hanya mencari pelarian dari perasaannya dulu, dan kebetulan aku adalah orang yang selalu berada di sekitar dia," ucap Lanny mendapatkan gelengan dari Gina.

"Ka Kio itu, sangat pemilih, dan perasaannya dengan Ka Zora itu hanya perasaan ketika dia masih kecil yang tumbuh mungkin karena bersama dari kecil, berapa banyak wanita yang berada disekitar dia, tapi matanya selalu tertuju pada ka Lanny, dia pasti memilih ka Lanny karena ada alasannya," ucap Gina pelan. "Aku rasa Ka Lanny tahu hal itu, dan salah menilai ka Kio, dia ga akan menganggap kakak rendah seperti yang lain."

"Ucapan Brenda tidak perlu ka Lanny pikirkan," Lanny tertengun menatap Gina. Ia kemudian tersenyum sendu.

"Aku suka Kio tapi aku ga bisa menerimanya, semua tidak segampang itu, walau kami saling menyukai."

"Kakak hanya tidak perlu mendengarkan omong kosong...."

Lanny menggeleng. "Kamu ga pernah merasakannya Gina, selama aku bersama Kio, selama itu semua kata-kata itu akan selalu ada, akan selalu ada orang seperti Brenda yang akan menilaiku gadis miskin yang mengejar pria kaya, ya kan," ucap Lanny pelan sambil menatap sendu pada Gina.

Gina menggebrak meja. Ia tak suka kata-kata Lanny. "Harus kakak ingat kata-kataku ini, detik di mana Ka Kio mengatakan tidak akan lagi berharap pada kakak, detik itu juga Ka Lanny tidak akan bisa melepaskannya.... percaya ucapan Gina," ucap Gina pelan kemudian meletakkan kepalanya pada meja dan mulai tertidur.

Pembicaraan Gina dan dirinya membuat Lanny ragu. Apa benar, ia tak akan bisa melepas Kio? Tapi ia sudah mencobanya dan rasanya ia bisa melakukannya. Benar, ia bisa melakukannya. Lanny menghela nafas panjang memperhatikan sekitar. Ia duduk di atas koper sambil melamun sampai elusan seseorang dikepalanya membuat Lanny menengadah. "Lanny?"

Lanny tersenyum. "Kio, Gina udah bangun?" tanya Lanny pelan. 

"Belum, udah tinggalin saja, ada beberapa kerjaan yang harus aku selesaikan jadi aku ga bisa nunggu anak ngeselin itu, aku harus aduin dia ke Gani biar dimarahin," ucap Kio sambil menghela nafas malas.

"Aku udah bilang ke Pak Jordi kalau aku balik duluan," ucap Lanny cepat membuat Kio tersenyum puas. 

"Jordi itu memang harus ditinggalkan saja, pria itu setelah tahu aku adalah pemilik perusahaan Wibowo, berlagak seakan dia tak pernah memandang remeh padaku," ketus Kio membuat Lanny terkekeh geli.

Love Is Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang