Jordi memperhatikan gelasnya, tanpa sadar ia membayangkan wajah Gina. Pesta kemarin gadis itu sangat cantik, entah apa yang ia pikirkan tapi otaknya, yang dia lakukan hanya memandang Gina dari jauh. Ia tak perduli dengan apapun yang gadis itu lakukan. Walau ia tersenyum manis pada siapapun di dalam pesta. Ia tak akan pernah jatuh hati dengannya. Sampai kapan pun.
Jordi sangat mempertenguh pertahannya dari dulu. Walau gadis itu selalu datang bersama kakaknya dan menatapnya malu-malu. Dari dulu sampai hari ini ia tak pernah sekalipun menyukai gadis itu. Ia sangat yakin akan hal itu.
"Jordi, kamu kapan masuk perusahaan Calistus, malah masuk perusahaan orang lain, padahal kamu itu temanan baik dengan seorang Agani!" protes Gani menatap Jordi yang hanya menatapnya datar.
"Gina sibuk apa, jadi dia datang?" ucap Jordi tanpa sadar.
"Gina lagi sibuk beberapa hari ini, ga tahu semenjak pesta dia sukanya di butik sih, kayaknya karena dana yang ku kasi kebanyakan kali ya, tapi bentar lagi mungkin sampai."
"Mba Gina pasti senang sibuk ya, pasti butiknya bentar lagi ada di mana-mana," ucap Audy bersemangat.
Jordi kembali sibuk memperhatikan gelasnya dan memutarnya pelan. Ia hanya seorang anak yatim yang terbantu oleh keluarga Calistus. Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang harus kerja keras saat ayahnya meninggal. Tapi bagaikan mendapatkan keberuntungan, keluarganya dibantu oleh keluarga Calistus karena ayahnya bekerja lama dengan Calistus. Ia sudah mengenal Agina dan Agani sejak kecil.
Gina yang selalu berdiri dibelakang Gani menatapnya dengan penasaran. Gadis kecil yang sudah berubah menjadi gadis dewasa yang menarik perhatikan banyak pria. Ia bahkan tak bisa disandingkan dengan orang yang mengantri untuk mengencari Gina. Jordi tak pernah berharap apapun karena ia tahu, ia tak boleh berharap apapun. Tapi entah kapan perasaannya semakin besar untuk Gina, tapi tak pernah bisa ia akui.
"Aku menyukai seseorang, kalau kira-kira aku menyatakan perasaan apa akan diterima?"
Pertanyaan dari Gina dulu teringat. Ia bahkan menolak dengan dingin karena ia tahu tanpa perlu dikatakan. Ia sangat tahu bahwa perasaan itu adalah untuknya.
"Jangan dikatakan, dia tidak berharap apapun dan tak akan menerimamu."
Jordi masih menunduk kemudian ketika mengangkat wajahnya menemukan Gina yang menatapnya bingung. Wajah Gina terlihat aneh di matanya.
"Kamu dari mana aja?" tanya Gani melihat wajah Gina yang terlihat kusut.
"Mba Gina ga apa-apakan?" tanya Audy khawatir.
"Aku ga apa-apa, memang wajahku aneh ya, aku ga bisa tidur, karena selesaikan desain pesanan butik," ucap Gina ragu dan sedikit menghindar dari tatapan kakaknya. Jordi memperhatikan hal tersebut. Gina terlihat kikuk menatap Gani, tidak biasa. Gadis itu sangatlah percaya diri. Kini bahkan Gina terlihat bingung duduk di sebelah kakaknya.
Gina menarik bajunya yang lengan panjang memperlihatkan bekas biru yang terlihat oleh Jordi. Ia menatap Gina yang melirik padanya kemudian langsung menutup kembali pergelangannya.
"Bukannya hari ini kamu mengajakku keluar?" tanya Jordi tiba-tiba membuat Gina menatapnya.
"Aku?"
"Kamu ngapain dekat-dekat Jordi?" tanya Gani tak terima.
"Kamu mau ambil sekutu terbaikku ya?" tanya Gani lagi tajam membuat Gina mengerutkan keningnya.
"Gan, aku harus pergi dulu ya, jam istirahat hampir selesai, dan kamu ikut keluar, kita bicarakan urusan kita," ucap Jordi panjang sambil menunjuk Gina.
"Aku baru sampai."
"Kamu bisa kembali setelah urusan kita selesai, memangnya kamu tahan jadi orang ketiga di sini, kamu kan terlalu ceriwis," ucap Jordi tajam dan membuat Gina menghembuskan nafasnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Love (END)
RomanceAku mencintainya. Dia mencintaiku. Tapi semuanya tidak semudah untuk disatukan.