Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Setelah Adam memberi tahu tentang kedatangan keluarga si pemuda, Humaira segera menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari menata halaman rumah dan ruang tamu, hingga membuat beberapa kue dan makanan yang akan disuguhkan kepada tamu yang akan datang nanti malam, meski pada awalnya dia sedikit terkejut dengan kabar yang diberikan papanya itu.
Dengan bantuan Zahrah, Humaira bisa menyelesaikan semua tugas itu dengan mudah dan tepat waktu. Semuanya sudah siap sebelum azan Magrib berkumandang. Seusai sholat Isya', Humaira meminta bantuan Zahrah untuk memilihkan baju yang tepat untuknya. Karena mamanya tidak ada, Humaira selalu meminta bantuan dari asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarganya sendiri.
Zahrah yang sudah mengenal keluarga itu sejak lama, tidak segan-segan untuk membantu semua kebutuhan majikannya itu. Apalagi di acara yang resmi seperti ini, Zahrah bahkan tidak pernah ingin Humaira membantunya. Karena dia tidak mau Humaira kelelahan. Tapi bukan Humaira jika dia hanya diam melihat orang lain bekerja.
"Bi, ini udah pas nggak ya?" tanya Humaira memperlihatkan tampilannya.
"Pas banget, Non. Mau pakai baju apapun, Non Maira tetap cantik," puji Zahrah mengacungkan jempolnya.
"Bibi bisa aja. Make up-nya nggak terlalu mencolok kan?"
Zahrah lantas menggeleng, dia tidak melihat bekas bedak di wajah Humaira yang memang sudah putih. Apalagi lipstik yang dipoles di bibirnya yang merah alami. Zahrah sangat kenal Humaira, dia tidak pernah melihat wanita itu menggunakan makeup selain ke kampus. Itu pun hanya sedikit.
"Alhamdulillah kalau gitu." Humaira bernapas lega. Dia khawatir kalau hasil makeup-nya terlalu mencolok dan tidak enak dilihat. Setelah memperbaiki hijab panjang warna senada dengan gamisnya, Humaira dan Zahrah turun ke ruang tamu.
Di sana, Adam sudah duduk tenang sambil menyandarkan kepalanya. Karena mamanya tidak ada dan papanya sedang kurang sehat, Humaira meminta izin kepada Adam untuk menyambut kedatangan keluarga itu. Dia langsung beranjak ke depan pintu karena sebentar lagi tamu itu akan segera tiba.
"Duh, kok deg-degan ya Bi?" Humaira memegang dadanya yang bergemuruh.
Zahrah yang melihat itu tersenyum. "Tarik napas dulu, Non. Bibi juga sering deg-degan kok kalau liat cowok cakep," canda Zahrah diakhiri tawa kecil.
Humaira juga ikut tertawa mengingat bagaimana Zahrah selalu mengucapkan subhanallah setiap kali melihat laki-laki yang menurutnya tampan. Jangan tanyakan idolanya, wanita 27 tahun itu adalah salah satu penggemar berat grup band Korea. Humaira sempat melongo ketika masuk kamarnya, hampir setiap sudut kamar ditempeli poster dari grup band yang beranggotakan sembilan orang itu.
"Sepertinya mereka sudah sampai, Non." Zahrah menunjuk pada beberapa mobil yang sudah masuk pekarangan rumah.
Mendengar hal itu membuat kegugupan Humaira bertambah besar. Dengan menarik napasnya panjang, diikuti ucapan bismillah ke sekian kali, rasa gugup itu perlahan hilang.
Dengan wajah yang sudah tenang, Humaira berjalan untuk menyambut seseorang yang baru keluar dari mobilnya. Raut wajahnya berubah menjadi heran. "Tante Yulia?" tanya Humaira ketika rombongan keluarga itu sudah ada di dekatnya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Yulia tersenyum lebar, ekspresinya tidak sama dengan Humaira. Yulia bahkan tidak kaget saat melihat Humaira, seakan-akan sudah mengetahui keadaannya.
Berbeda dengan Salwa. Wanita itu membulatkan matanya sempurna, masih belum percaya dengan apa yang dia lihat. "Maira?" panggilnya langsung menatap wajah sahabatnya lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [TERBIT]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...