Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Humaira mematut dirinya di depan cermin. Mengamati penampilan dari ujung jilbab sampai ujung gamis panjang berwarna silver, warna yang dipilih sebagai dress couple untuk acara pernikahan Salwa. Dia mengambil benda kecil di dekat sisir, memoles bibirnya yang pucat dengan liptin agar tidak mengundang khawatir orang lain, terutama suaminya.
"Udah siap?" beo Yazid yang baru masuk. Laki-laki dengan setelan tuxedo warna silver dengan dalaman kemeja warna putih melangkah ke arahnya, ikut mengamati penampilan Humaira. "Cantik banget. Istrinya siapa sih?"
Humaira tersenyum dan membalikkan badannya menghadap Yazid. Tangan mungilnya memperbaiki posisi jas yang digunakan suaminya itu. Yazid refleks melingkarkan tangannya di pinggang ramping Humaira.
"Istrinya Salman Yazid Safaraz," jawabnya sumringah.
Yazid kian melebarkan senyumnya seraya menatap wajah Humaira lekat. Mata yang ditatap pun tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa ngeliatin kayak gitu, Kak? Make up-nya ketebalan ya?"
Yazid menggeleng pelan, mulutnya masih diam. Tatapan matanya hanya berada di satu titik. "Suka aja, liat bidadari surga."
"Aamiin," sambung Humaira ingin beranjak namun tangan Yazid malah menarik tubuhnya. Laki-laki itu hobi sekali memperdengarkan detak jantungnya kepada Humaira.
"Kak, kita keluar yuk. Acaranya bentar lagi mulai." Humaira memberitahu, berharap laki-laki itu melepas pelukannya. Bukan tidak suka, hanya saja detakan jantungnya lebih kencang daripada Yazid.
"Biarin aja, toh bukan kita yang akan menikah," gurau Yazid menekan kepala Humaira pelan.
"Kak Yazid, ih." Humaira menggelengkan kepalanya dibalik dada bidang itu.
Dia lantas mendongakkan kepala meminta kepada laki-laki itu agar mereka keluar. Namun yang diharapkan gadis itu tidak terjadi. Yazid malah menempelkan keningnya dengan kening Humaira, sampai hidung panjang keduanya bertemu.
"MAMI! REINA PENGEN NIKAH JUGAA!"
Pekikan itu menggema ke seluruh ruangan, membuat dua sejoli tadi kaget dan menoleh bersamaan. Yazid sontak melepas pelukannya setelah melihat seorang bocah SMP yang berdiri di ambang pintu dengan tangan menutupi kedua matanya.
"Kenapa teriak Rei?" tanya maminya yang datang terbirit-birit.
"Kepolosan Reina ternodai dengan keuwuan mereka." Reina menunjuk ke arah dua orang yang masih berdiri di depan cermin dengan wajah heran. "Rei juga pengen," rengeknya memegang lengan sang mami.
Wanita yang merupakan adik ketiga dari Rahman itu lantas menjitak kepala putrinya. "Kenapa masuk ke kamar pamanmu?"
Gadis belasan tahun itu memanyunkan bibirnya sambil mengusap jidatnya. "Mana Rei tahu kalau ini kamarnya Paman Yazid. Kirain ini kamar Aun Salwa," jawabnya jujur.
"Ya udah sana cepat keluar! Ganggu aja ni anak," omel maminya menarik tangan Reina. Sebelum itu, mami Reina meminta maaf atas ketidaksopanan putrinya yang masuk sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [TERBIT]
أدب المراهقين"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...